TYM -02-

1K 39 12
                                    

Jangan lupa untuk meninggalkan jejak ಡ⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ ⁠ಡ

Happy reading ♡
.
.
.

Bel panjang pertanda pulang sudah berbunyi tiga menit yang lalu. Aira sekarang tengah memasukkan alat tulisnya ke dalam tas. Begitupun dengan teman-temannya.

"Udah, Ra?" tanya Dian yang sudah berdiri bersama dengan Anna dan Linda. Aira mengangguk kemudian memakai tasnya dan keluar dari kelas bersama ketiga sahabatnya.

"Lo pulang bareng Aidan?" tanya Linda pada Aira.

"Hmm," gumam Aira dengan malas. Ya, ia selalu berangkat dan pulang sekolah bersama Aidan, karena gadis itu tidak diperbolehkan menggunakan motor maupun mobil. Lagi pula mereka kan tetangga.

Aira dilarang oleh kedua orang tuanya untuk mengendarai mobil karena alasan ia masih kecil. Dan gadis itu juga tidak mau menggunakan motor karena teringat dengan kejadian sewaktu ia kelas tiga SMP. Di mana ia dibonceng sepupunya yang tinggal di Bandung dan karena belum sepenuhnya bisa mengendarai motor, alhasil mereka berdua ditabrak mobil. Aira bergidik ngeri jika mengingat kejadian itu. Kejadian dimana ia sekarat bersama dengan sepupunya.

"Yodah, kita bertiga duluan, ya. Bye!" Dian, Linda, dan Anna melambaikan tangannya saat mereka sampai di parkiran.

"Bye!" Aira balas melambaikan tangannya. Gadis itu berjalan ke motor sport hitam milik Aidan. Untuk mengusir kegabutan selama menunggu cowok itu, ia bermain game di ponselnya.

Sudah sepuluh menit lamanya Aira menunggu Aidan. Namun, cowok itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Ia melirik sekitar parkiran. Hanya tersisa beberapa kendaraan, juga motor kedua sahabat Aidan yang berada tepat di samping kiri motor Aidan.

Basket. Ya, Aidan pasti sedang bermain basket bersama teman-temannya.

Aira berjalan menuju lapangan basket. Namun, gadis itu menghentikan langkahnya karena ponsel yang berada di saku roknya bergetar.

Bunda is calling...

Aira segera menggeser ikon berwarna hijau, kemudian menempelkan benda pipih itu di daun telinganya.

"Halo, kenapa, Bun?" tanya Aira.

"Kalian kok belum pulang?"

"Ini, Bun. Kayaknya Idan lagi main basket," jawab Aira.

"Yaudah, kamu ajak Idan pulang sekarang. Ada yang mau kita omongin sama kalian berdua. Bunda tunggu kalian di rumah," titah Mawar.

"Oke, Bun. Ini Ai juga mau ke lapangan. Ai tutup, ya teleponnya. Assalamualaikum," ucap gadis itu kemudian memutuskan sambungan telepon setelah mendengar balasan salam dari sang Bunda. Ia pun melanjutkan langkahnya menuju lapangan basket.

Gadis berambut hitam sepunggung itu sudah sampai di lapangan basket dan benar saja, di sana ada Aidan yang sedang bermain basket bersama teman-temannya.

Dari pinggir lapangan, Aira bisa melihat Aidan yang sedang memantul-mantulkan bola ke lantai, kemudian melakukan lay-up shoot. Bola berwarna orange dengan garis hitam itu masuk ke dalam ring dengan cantik. Semua teman satu tim Aidan bersorak.

Keringat sedari tadi bercucuran di pelipisnya. Baju kaos putih yang dipakainya juga basah oleh keringat, membuat roti sobeknya sedikit terlihat. Dan itu adalah tontonan indah bagi siswi yang sedang menonton. Aidan menyugar rambutnya yang basah ke belakang. Memberikan kiss jauh kepada beberapa siswi yang sedari tadi menonton. Aira yang mendengar teriakan histeris para siswi itu pun berlagak seakan ingin muntah.

"Anjir, jijik gue." Aira bergidik.

Sadar akan tujuannya ke sini, Aira kembali menatap Aidan yang sedang memperebutkan bola. "Woy, Aidan!" teriak Aira dengan telapak tangan yang menempel di kedua sisi mulutnya guna memperbesar suaranya.

The Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang