TYM -09-

688 28 3
                                    

Happy reading

.
.
.

"Istirahat dulu, guys!" seru Aidan mengakhiri latihannya.

Semua anak-anak basket pun berhamburan ke pinggir lapangan. Ada yang menghampiri pacarnya yang membawakannya air. Sedangkan mereka yang jomblo memilih untuk ke kantin, mandiri. Begitu pun dengan Aidan, Fadil, dan Riyan. Walaupun, Aidan sudah tidak jomblo dan bahkan sudah punya istri.

Mereka bertiga berjalan menyusuri koridor kelas XI yang kosong dan sepi, karena ini memang sudah menunjukkan pukul 15.07. Sebagian murid sudah pulang dan sebagian lagi memilih untuk latihan, karena pertandingan akan dilangsungkan satu minggu lagi.

"Buah, buah apa yang bikin monyet protes?" tanya Fadil.

Aidan tampak berpikir keras, sedangkan Riyan santai-santai saja. Cowok itu sudah tau jawabannya karena semalam ia menemukan pertanyaan seperti itu di salah satu story sepupunya di WhatsApp. Itu adalah pertanyaan jebakan.

"Pisang lah," jawab Aidan dengan songong. Ia sangat yakin jika jawabannya itu benar.

"Salah!"

Aidan memasang wajah cengo. Ternyata jawabannya salah. "Lah? Trus apaan?" tanyanya ngegas.

"Apel," jawab Fadil enteng.

"Napa bisa apel, jingan?" protes Aidan tak terima dengan jawaban sahabatnya itu.

"Nah, itu monyetnya protes."

"Sialan lo!"

"Gue emang ganteng."

Aidan memilih untuk tak membalas ucapan Fadil. Cowok itu celingak-celinguk mencari tempat duduk yang pas. Banyak siswa dan siswi yang sedang melepas penat sehabis latihan di kantin. Netranya tak sengaja menangkap Aira yang duduk bersama ketiga sahabatnya di meja pojok dekat jendela.

Aidan berjalan menghampiri keempat gadis itu. Fadil dan Riyan yang melihat Dian dan Linda pun menyusul Aidan.

"Ada pertandingan karate gak sih, Ai?" tanya Linda kemudian menyeruput minuman dingin.

Aira tak langsung menjawab pertanyaan Linda. Gadis itu mengunyah terlebih dahulu cilok yang memenuhi mulutnya. "Enggak ada gue liat di mading," jawabnya.

"Aish, padahal gue mau liat lo patahin tangannya Clara," ungkap Linda menggebu-gebu. Membayangkan saat Aira nyaris mematahkan tangan Clara dua tahun yang lalu. Tepatnya saat mereka masih kelas X. Clara adalah siswi yang berasal dari SMA Bangsa.

"Padahal, tinggal sekali tarik tangan cewek gila itu langsung patah," timpal Anna. Linda dan Dian pun mengangguk kompak.

"Sak—"

"Halo guys! Pangeran tampan datang untuk menjemput tuan putri yang cantik," ucap Fadil yang kini sudah berdiri di depan Dian.

Pangeran kodok yang ada, batin Dian.

Aidan mendekati Aira, karena masih ada bangku kosong di samping gadis itu, ia pun mendaratkan bokongnya di sana. Cowok itu juga merampas cilok Aira yang masih sisa setengah, tak lupa menyeruput es jeruk Aira yang masih banyak.

"Heh punya gue!"

"Owrang pewlit kwatawnya kuwburwannya swempit," ucap Aidan tak jelas karena cilok memenuhi mulutnya.

"Jingan!" umpat Aira memasang wajah kesal. Namun, Aidan tak peduli. Cowok itu tetap melanjutkan makannya.

Fadil dan Riyan menarik bangku yang ada di meja sebelah. Fadil duduk di depan Dian dan Riyan duduk di depan Linda. Kedua cowok itu memesan makanan dan minuman pada ibu kantin. Aira juga memesan minuman, karena minumannya sudah dirampok oleh Aidan. Sedangkan makanan, Aira memang sudah kenyang.

The Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang