TYM -19-

632 29 14
                                    

Assalamualaikum cintah(⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Apa kabar? Semoga sehat selalu ya(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
Seperti biasa, tekan vote! Penuhi juga dengan komentar kalian, karena itu adalah sumber semangat aku-istri sahnya Kageyama hoho (⁠ ⁠'⁠◡⁠‿⁠ゝ⁠◡⁠'⁠)

Enjoy and happy reading guys!

Warning! Baca = Vote!

.
.
.

Aira menatap punggung lebar laki-laki yang menjabat sebagai suaminya. Tangannya yang mungil dengan setia berpegangan pada jaket Aidan. Aira melirik Aidan dari kaca spion motor, wajah cowok itu tampak datar.

Gadis dengan helm warna kuning itu sekuat tenaga menahan tawanya. Aidan sedang ngambek padanya, karena tidak datang menonton pertandingan renang. Sampai motor berhenti di garasi pun, Aidan tak juga membuka suara. Wajahnya tetap datar.

Aidan yang telah melepaskan helmnya pun langsung masuk ke dalam rumah, meninggalkan Aira yang sedang menyimpan helm. Gadis itu hanya cekikikan melihat tingkah Aidan. Setelah puas tertawa, ia pun masuk ke dalam rumah.

"Aidaaaan," panggil Aira begitu sampai di kamar dan mendapati Aidan yang sedang tengkurap sambil bermain ponsel. Gadis berambut panjang itu kembali cekikikan begitu tak mendapat respon dari Aidan.

Aira mengurungkan niat mandinya. Ia akan mengganggu Aidan terlebih dahulu. Gadis itu mendudukkan dirinya di samping laki-laki yang tak bergeming itu. Masih fokus menatap ponsel.

"Idih, gitu doang kok ngambek," celetuk Aira yang kini rebahan. Gadis itu tak tinggal diam, menggulingkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri.

Aidan tetap diam. Wajahnya tertekuk kesal. Ia jadi tidak fokus bermain game karena pergerakan yang diciptakan Aira.

"Wajah Lo jangan datar gitu dong, Dan. Nggak cocok tau," ucap Aira sambil menekan-nekan ujung hidung Aidan dengan telunjuknya. "Masa cuma gara-gara gue nggak nonton tadi, Lo jadi marah. Nggak ada gue kan Lo tetep menang."

Aira tanpa sadar memonyongkan bibirnya, membuat Aidan jadi salah fokus. Cowok itu lantas meletakkan ponselnya, mengubah posisinya menjadi menghadap Aira. Tangannya pun terulur, untuk menyentil bibir monyong gadis itu.

"Mulutnya nggak usah dimonyong-monyongin. Jelek banget kayak bebek," ucap Aidan dengan nada ketus. Setelah itu, bangkit dan berjalan menuju kamar mandi.

"Kan nyebelinnya kambuh lagi!" gerutu Aira mengusap bibirnya yang panas. Sentilan Aidan memang tak main-main.

"Emang ada bebek secantik gue?" gerutunya.

Baru satu detik Aira memejamkan mata, dering ponselnya membuat matanya kembali terbuka. Wajah malasnya langsung berganti ceria begitu melihat nama penelepon di layar ponsel. Tanpa menunggu lama, Aira segera menggeser ikon hijau.

Di layar, tampaklah wajah orangtua Aira, Adit dan Mawar. Tersenyum hangat melihat wajah putri satu-satunya itu. Wajah Aira yang tadinya ceria, kini berubah murung begitu melihat wajah Mawar dan Adit. Mata gadis bahkan tampak berkaca-kaca.

"Ai kangeeen," rengek Aira sembari mengusap wajahnya yang kini sudah basah oleh air mata. Bukan hanya air mata yang keluar, ingus Aira pun  juga ikut meluncur.

"Ayah Bunda kapan pulang?" tanya Aira. Gadis itu sudah tak menangis. Ia baru sadar jika tidak sendiri di rumah ini, ada Aidan. Dan ia tidak ingin memperlihatkan wajah menyedihkan untuk Aidan, karena suaminya itu pasti akan meledeknya.

"Ai apa kabar?" tanya Mawar.

"Ai baik Bunda. Bunda sama Ayah apa kabar? Kakek juga gimana keadaannya?" tanya Aira mengubah posisinya menjadi duduk bersila. Bantal pun ia letakkan di pahanya.

The Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang