TYM -07-

797 28 1
                                    

Kalian pasti tau cara menghargai sebuah karya.

Enjoy and happy reading  (⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

.
.
.


"Woy," panggil Akmal entah pada siapa. Emang ada orang yang namanya Woy?

Dani, Ria, Aidan, Aira, bahkan Arzha dan Arsha tak ada yang menoleh. Mereka semua masih sibuk dengan urusan masing-masing, lagi pula mereka tidak tau siapa yang dipanggil Akmal. Dani dan Ria yang fokus menonton sinetron, Aidan dan Aira sedang mabar
game Mobile Legends, sedangkan Arzha dan Arsha sibuk memakan kue brownis buatan Ria.

"Aduh, itu Dewa kenapa gengsi banget, sih. Gemes, deh," ujar Ria dengan pandangan ke TV yang sedang menayangkan film favoritnya.

"Iya, Ma. Ngomong jujur apa susahnya," timpal Dani.

Akmal yang tak mendapat respon pun berdecak kesal. Dan juga kenapa kedua orangtuanya hanya memperhatikan TV, bukan dia? Padahal ia baru saja pulang dari KKN selama satu bulan. Bibir merah muda cowok tampan itu maju beberapa centi. Bisa-bisanya dirinya dicueki seperti ini. "Dan, Ai!"

"Iya," ucap Aidan dan Aira tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Mereka takut kalah dalam permainan.

Kurang asem emang, batin Akmal. Ingin sekali ia memukul kepala kedua remaja itu. "Ke pasar malam yok," ajak cowok itu dengan semangat. Sudah lama ia tak ke pasar malam.

"Males. Mending mabar," jawab Aidan dan Aira kompak.

Sialan emang, maki Akmal dalam hati. Namun, ide cemerlang pun tiba-tiba menghampiri otaknya. Ia akan jamin seratus persen jika Aidan dan Aira pasti akan langsung ikut.

"Gue yang traktir!"

Aidan maupun Aira langsung menoleh dan menatap Akmal lekat. Ini adalah kesempatan emas untuk mereka berdua, karena jarang sekali seorang Akmal Agragara mengeluarkan uang. Terutama untuk Aidan. Akmal sudah masuk dalam daftar kakak yang pelit dengan adiknya.

"Kita siap-siap dulu," ucap Aidan seraya bangkit dan berjalan dengan cepat bersama Aira ke kamar untuk siap-siap.

Akmal tersenyum. Caranya ini benar-benar manjur untuk Aidan dan Aira yang sukanya gratisan. Sebenarnya, Akmal bisa pergi ke pasar malam sendirian. Namun, di sana pasti banyak orang yang pacaran karena ini adalah malam minggu. Ia tidak ingin terlihat seperti jomblo ngenes karena datang sendirian. Lebih baik mengajak Aidan dan Aira.

"Aa' Akmal," panggil Arzha.

"Iya?"

"Kita juga mau ikut." Arzha dan Arsha menatap Akmal dengan wajah memohon. Mengedipkan matanya dengan cepat.

"No-no! Kalian gak boleh ikut," tolak Akmal dengan gelengan keras.

Satu tahun yang lalu, Akmal mengajak Arzha dan Arsha ke pasar malam. Namun, banyak yang mengira jika dua bocah itu adalah anaknya. Bahkan, Arzha dengan jahilnya memanggil Akmal dengan sebutan 'Daddy'.

"Mama ... Papa," adu Arzha pada Ria dan Dani. Akmal dengan cepat memberi Dani kode agar melarang kedua bocah itu.

"Arzha sama Arsha gak usah ikut, ya. Soalnya, Aa' Akmal pulangnya larut. Besok aja kita pergi ke pasar malamnya sama Mama. Ya?" ucap Dani. Dengan berat hati Arzha dan Arsha mengangguk sebagai respon.

"Lagian, inikan udah malem. Gak baik kalo anak kecil keluar malam-malam. Banyak kunti," ucap Akmal berniat menakut-nakuti kedua adiknya.

"Yang namanya pasar malam, kan emang malam. Kalo pagi itu namanya pasar pagi," balas Arzha.

The Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang