Safe.
Masih banyak yang perlu dibenahi, dan tidak sedikit perkara yang sampai pada telinga Silver terkait desas desus yang menyebar seakan membisikkan sebuah ketakutan dalam kerajaan. Contohnya seperti saat ini, Silver menghela napas muak lantaran mendengar luapan emosi dari Sebek saat tahu bahwa Rajanya—Malleus memutuskan untuk merawat seorang bayi manusia. Apalagi bayi tersebut berjenis kelamin perempuan.
"Tidak ada untunya bagi Anda untuk membesarkan anak ini, Tuan!!"
"Sebek tolong sopan sedikit." Silver menegur pelan,
"Diam saja!!" bentak Sebek tak terima mendapat teguran dari makhluk yang menurutnya lebih rendah dari dirinya.
Malleus masih bergeming sementara Lilia tidak memudarkan senyumnya kendati saat ini kedua kesatria Lembah Duri di sana tengah berdebat antara pro dan kontra atas situasi yang harus disikapi dengan kepala dingin.
"Hentikan." Titah Malleus yang seketika membuat ruang Raja menjadi hening, "Sebek, aku hendak mengajukan sebuah pertanyaan untukmu." Kelereng hijaunya memusatkan antensi kepada seorang pemuda yang diibaratkan seperti api. Sangat mudah tersulut emosi dan tidak memiliki sedikit ketenangan sedikitpun,
"Baik, Tuanku! Maafkan aku." kepala hijaunya menunduk,
Lilia masih menimang-nimang bayi mungil itu di tangannya, sesekali memperlihatkan rupa si bayi pada Silver. Sosok kecilnya telah membuat Silver tertarik, indah dan memikat seperti bunga yang menarik perhatian lebah. Palapa, istilahnya seperti itu.
Malleus menghela napas, uap putih keluar dari mulutnya seakan menahan semburan api yang kapan saja bisa keluar dari dalam perut.
"Ketika kau berada di posisiku tengah malam saat hari hendak berganti dan tanpa sengaja dipertemukan dengan seorang wanita yang terlihat membutuhkan pertolonganmu saat itu juga, apa yang akan kau lakukan?"
Pemuda dengan mahkota hijaunya dengan mantap menjawab,
"Sebagai kesatria Lembah Duri, aku akan membantunya!"
"Walau seorang manusia sekalipun?"
Dadanya tercekat. Malleus menatapnya lekat dengan raut wajah datar, duduk di atas kursi Raja sambil memegang sebuah surat yang diserahkan dari Silver sebelumnya tepat saat ia telah kembali ke Lembah Duri. Hanya surat yang datang dari kerabat jauh, bukan hal yang tidak terlalu Malleus pikirkan.
"Mengapa kau membisu? Apakah pertanyaan ini terlalu sulit ketimbang latihan yang Lilia berikan saat kau baru berusia enam tahun?"
Sebek masih mengunci mulut.
Siapapun tahu kalau Sebek Zigvolt acapkali merendahkan manusia. Malleus pun tidak mengerti mengapa Sebek sangat menghina dan masih memandang rendah tetangga mereka yang fana itu. Peri dengan manusia memang jarang bisa dikatakan akur, tetapi Malleus menginginkan sebuah perubahan dalam kerajaannya. Sebagai makhluk yang paling lama hidup, Malleus berusaha membaur. Mempelajari manusia dengan perkembangan zamannya, bagaimana para manusia beradaptasi dengan zaman, dan bagaimana para peri menyikapinya hingga terjadi simbiosis mutualisme antar dua ras. Malleus masih menginkan hal tersebut walau ia sendiri mengaku bahwa membaur bukanlah keahliannya.
"Aku tidak bisa menilai apapun kalau kau terus-terusan menyembunyikan pikiranmu." Malleus mulai memangku wajahnya dengan kepalan tangan. Membuat surai panjangnya ikut terjatuh menutupi sebagian besar wajah ovalnya,
"Dari dulu, aku tidak pernah menyukai manusia."
"Alasannya?"
"Sebab menurutku mereka jauh lebih lemah. Serakah, tidak teratur dan kekurangan lain yang tidak mampu kusebutkan satu persatu."
![](https://img.wattpad.com/cover/313444221-288-k353333.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Evenfall
FanfictionEvenfall; the beginning of evening; twilight; dusk. "Mengapa kau memilihku sebagai pengantinmu? Aku hanya manusia beruntung yang diselamatkan olehmu, tuanku. Aku fana, tidaklah abadi seperti kalian." Diamnya Malleus merupakan penyangkalan. Dari tubu...