Will You allow Me to Love You?
Manusia tidak bisa menduga dan tidak pernah menduga apa yang akan terjadi dalam hidupnya. Memikirkan hal itu, ia memainkan rambutnya di bawah bentala malam yang menjadi atap, berdiri di tengah-tengah kebun mawar dengan perasaan yang sulit untuk dikendalikan. Memutuskan menggunakan batang dari kayu yang begitu tebal untuk menyandarkan punggungnya, Naleera kembali melempar perhatian pada semak-semak.
Pikirannya berkecamuk—ah, tetapi terlalu berlebihan apabila dikatakan demikian. Namun Naleera masih harus memikirkan jawaban untuk Malleus. Ia meremat dada di mana jantungnya bekerja, aliran darahnya kembali tergelitik mengingat perkataan Malleus beberapa malam lalu. Setelah Malleus mengatakan hal tersebut, Naleera tidak lagi merasa ada dinding yang tidak terlihat untuk dirinya dan Malleus. Naleera tidak lagi merasa ada jarak yang jauh dengan sang Raja.
Malleus tidak segan untuk mengajaknya jalan malam berdua, membicarakan apapun selama berjam-jam. Malleus bahkan tak jarang meminta Naleera untuk menemaninya mengerjakan tanggung jawabnya sebagai Raja di dalam ruang kerjanya alih-alih Malleus mengatakan, 'Belajar di sini saja' Dan Naleera tidak menolak hal tersebut, walau terkadang masih tidak sanggup untuk memandang Malleus dalam waktu yang lama. Gestur sederhana dari Malleus malah membuatnya semakin jatuh dalam perasaan yang kini menggerayangi pikirannya.
Cepat atau lambat, ia harus memutuskannya. Perasaan memang tidak bisa dibohongi, Naleera merasakan sesuatu yang begejolak dalam dada saat Malleus secara terang-terangan menunjukkan perasaannya melalui tindakan. Pipinya memanas menimbulkan rona samar sebelum ia menyadari adanya kedua pergelangan mungil yang memeluknya dari belakang di sekitar leher dan bahu,
"Bukankah terlalu rawan saat kabar beredar di luar sana dan kau menghabiskan malammu seorang diri tanpa seseorang yang mendampingi?" celetuknya sembari menyilangkan tangan membentuk dekapan,
"Tuan!"
Naleera segera berdiri, menundukkan kepala memberi sapa,
"Selamat malam tuanku, maafkan atas kelalaian ini."
Lilia masih tidak menginjak tanah, ia melayang seperti biasa. Kedua tangan kecilnya segera menangkup pipi Naleera penuh kehangatan, memberi ciuman kecil di pipi layaknya seorang ayah kepada putrinya,
"Tidak perlu formal padaku, Esme. Kau anakku juga."
Iris hijaunya berpendar, membulat sempurna saat Lilia sudah melipat kaki di atas rerumputan. Menepuk paha sebagai sinyal untuknya,
"Sepertinya orang tua sepertiku memang diperlukan untuk mendengar gundah anak-anakku tersayang." Celetuknya seakan tahu apa yang menjadi kabut dalam pikiran sang gadis, "Berbaringlah."
"A-apa tidak masalah?"
"Tentu saja," ia berkelakar, "Malleus, Silver dan Sebek sering melakukan hal ini saat pikiran mereka sedang tidak baik-baik saja."
Tawarannya terdengar menggiurkan. Terlebih posisi Naleera saat ini memang membutuhkan seorang yang jauh lebih tua untuk mendengarkan segala isi kepalanya. Silver awalnya memang pilihan terbaik, tetapi Naleera mengurungkan niat mengingat saat dirinya bercerita kala malam yang sepi, Malleus dan dirinya membadingkan besar tangan lalu saling tertawa di bawah bintang. Tentu saja Silver tertawa mendengar penuturan cerita itu, lucu. Dan hal yang selanjutnya Silver katakan adalah: 'Kau tahu, hati manusia itu rapuh. Dinding yang kau bangun susah payah itu akhirnya akan runtuh saat kau tahu sosok yang akan menghias hidupmu kelak.' Dan pernyataan itu membuat Naleera semakin gila karena pikirannya sendiri.
Naleera berbaring. Ia merasakan tangan kecil lain membelai pergelangan tangannya dan satunya membelai kepala. Lilia Memandang Naleera dengan senyum yang tidak dipudarkan, ia dan memamerkan taring yang terkadang membuat Naleera bergedik ngeri apabila ia melihat Malleus dan Lilia membuka mulutnya,
![](https://img.wattpad.com/cover/313444221-288-k353333.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Evenfall
Fiksi PenggemarEvenfall; the beginning of evening; twilight; dusk. "Mengapa kau memilihku sebagai pengantinmu? Aku hanya manusia beruntung yang diselamatkan olehmu, tuanku. Aku fana, tidaklah abadi seperti kalian." Diamnya Malleus merupakan penyangkalan. Dari tubu...