We Both Change. Aren't We?
Lehernya tergores.
Angin yang keluar dari tongkatnya menolak untuk melakukan perubahan sihir dan mengakibatkan udara di sekitarnya menjadi bumerang untuk Naleera. Raut wajah kekasihnya tampak tidak terima dengan keadaan dan setengah kesal. Hal tersebut memancing Malleus untuk menertawainya selagi mengambil langkah untuk mendekat,
"Sirkuit sihirmu sedang tidak terbentuk dengan baik untuk saat ini." Ia merunduk, menjulurkan lidah bercabangnya untuk menyapu darah yang keluar dari kulit leher istrinya,
"Na—namun kemarin masih baik-baik saja, kan..." Wajahnya memerah mendapat perlakuan diluar dugaannya. Tentu mereka masih berada di dalam lingkungan Lembah Duri, dan Naleera melirik kanan kiri untuk memastikan tiada yang melihat.
"Tidak perlu memaksakan diri." Malleus menenangkan, mengusap kepala coklatnya penuh kasih untuk menghilangkan pikiran negatif yang mengitari istrinya. Satu tangannya mengulur meminta tongkat sihir Naleera tanpa suara,
"Kayu pohon chequers. Kau pandai memilihnya." Pujian itu membuat Naleera mengangguk senang. Dipandang lagi tongkat sihir feminim istrinya yang memiliki banyak goresan di badan tongkatnya, pertanda sering digunakan dan hal tersebut membuat Malleus sadar akan usaha Naleera yang tidak pernah menyerah, "Untuk sementara, aku menyita benda ini."
"Mengapa begitu?" wajah senangnya terganti dengan raut setengah cemberut, dan Malleus baru melihat sisi kekanakan Naleera saat ini. Ia lihat lagi wajah itu, ia dekatkan lagi hingga Malleus memastikan dengan tangannya sendiri.
"Kau itu manusia yang tak terduga, aku bahkan tidak mampu menebak apa yang akan kau lakukan dalam lima menit. Untukku yang sudah hidup lama, kau selalu mengejutkanku."
"Tuanku juga sama seperti itu, kan." Balasnya, "Aku juga tidak mengerti isi pikiranmu.
"Benarkah? Berarti, kita memiliki kesamaan." Butuh beberapa detik untuk Naleera menyadari bahwa Malleus menciumnya.
Namun hal tersebut tak lantas membuat bibir Naleera mengukir senyum. Ia semakin mengerucutkan bibir hingga dagunya sedikit naik dengan pipi menggembung, memalingkan wajah.
"Aku baru lihat wajahmu yang seperti itu," namun perkataan Malleus tak lantas membuat Naleera mengubah ekspresinya, "Jika aku ingat-ingat, mungkin ini yang disebut menggemaskan?"
"Tuan!!"
Gelak tawanya terdengar, "Jangan seperti itu kau tahu, putraku bahkan menertawai tingkah ibunya." Malleus ingat perkataan Lilia yang menyatakan tentang suatu perubahan sikap wanita yang tengah mengandung. Seperti inikah contohnya? Di mana Naleera sering merajuk tanpa alasan dan kurangnya logika untuk Malleus memahami apa keinginannya karena gadis itu tidak memberi tahunya keinginannya dengan jelas.
Malleus bertanya pada Lilia, apa yang seharusnya ia lakukan? Dan Lilia menjawab setengah tertawa, "Bersikaplah lebih lembut padanya. Kau tahu, wanita itu memiliki perasaan yang sensitif. Apalagi yang kita bicarakan ini mengenai seseorang yang tengah mengandung."
Memang Malleus memikirkan segala hal yang terbaik untuk istrinya, dengan kewajibannya sebagai kepala Lembah Duri yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Namun hal tersebut nyatanya tidak membuat Malleus merasa berat, ia selalu menikmati rajukan istrinya yang acap kali tidak terkesan masuk akal. Jika sudah begitu, menggoda atau menghiburnya dengan permainan biola untuk menghilangkan wajah cemberut yang menurut sang Raja menggemaskan itu adalah pilihan terbaik walau Malleus tidak menolak apabila Naleera terus-terusan merajuk. Karena menurutnya hal tersebut memang lucu.
Dan sesuatu yang Malleus tahu dari Lilia, jika wanitanya sedang seperti itu, hal terbaik adalah berusaha untuk memahaminya. Karena yang tengah Malleus hadapi adalah hati, bukan akalnya. Untuk dirinya pribadi, menangani hal seperti ini merupakan tantangan yang baru dan lebih sulit daripada menghadapi suatu ancaman atau menggunakan sihir dalam kekuatan yang besar.
![](https://img.wattpad.com/cover/313444221-288-k353333.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Evenfall
FanfictionEvenfall; the beginning of evening; twilight; dusk. "Mengapa kau memilihku sebagai pengantinmu? Aku hanya manusia beruntung yang diselamatkan olehmu, tuanku. Aku fana, tidaklah abadi seperti kalian." Diamnya Malleus merupakan penyangkalan. Dari tubu...