One.

117 26 8
                                    

Esme Naleera.

Seorang Raja pun juga perlu menyendiri dari tugas-tugasnya mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan wilayah yang dipimpinnya. Tenaga yang terkuras harus kembali diisi untuk menjalani hari esok ketika baskara menunjukkan sinarnya yang kelak membelah langit malam.

Namun hal tersebut tidaklah berlaku bagi Malleus Draconia. Sosok adiraja itu tidak akan mudah lelah. Banyaknya tuntutan atau pekerjaan, terkadang memeriksa perbatasan, mengunjungi kerabat atas permintaan Lilia, atau menjadi partner latihan untuk kesatria Lembah Duri sama sekali tidak memengaruhi staminanya.

Kelereng hijau memandang rembulan yang menyimpan jutaan asrar, makhluk mitologi tersebut tidak bergerak dari tempatnya menekuk kaki. Ditemani dengan kunang-kunang, diiringi suara binatang malam dan aliran sungai bening membuat malamnya terasa jauh lebih damai. Semilir angin menyapa kulit tebalnya, Malleus Draconia menundukkan kepala dengan leher melengkung dan sayap yang sebagian besar menutupi moncong, ekor panjang nan kerasnya bergerak ke atas ke bawah dengan ritme yang begitu pelan.

Makhluk besar yang mampu menyemburkan api tersebut tidak tertidur, ia hanya menikmati kesendiriannya dalam wujud yang sesungguhnya. Rupa yang membuat orang-orang ketakutan, bahkan baru mendengar kalimat naga pun, yang ada dalam mindset banyak orang adalah bencana sebab kekuatannya yang mampu menghancurkan sebuah daratan.

Cukup jauh dari Lembah Duri dirinya mengasingkan diri, biasanya pada dini hari Malleus akan keluar mahligai. Menghilangkan diri dan menuju pada tempat ke mana anila menuntunnya.

Indra pendengarannya sadar akan suara lain yang datang dari arah sungai tepat di depannya. Hal tersebut membuat mata besar hijaunya kembali terbuka dan memerhatikan aliran sungai dalam diam. Tidak ada hal yang aneh, hanya ada air yang begitu bening hingga dasar sungai terlihat. Batu-batu besar dan ranting pepohonan yang jatuh ke dalamnya.

Irisnya kemudian terpaku pada sosok manusia yang membiarkan dirinya terhanyut oleh arus sungai yang cukup kuat. Seorang wanita dengan napas terengah. Ia menggunakan satu tangannya untuk bertahan dari batu ke batu lainnya hingga tepat di hadapan Malleus yang masih menjadi naga besar.

Malleus membeku.

Tangan kiri wanita itu menggendong sesuatu yang dibalut oleh kain.

Dalam pandangan yang bisa Malleus lihat, ada sesuatu dibalik kain tersebut.

Wanita bermanik sebiru samudranya memandang Malleus tanpa suara. Hanya napas yang semakin tipis terasa diikuti dingin dari air sungai yang membuat sekujur tubuhnya menggigil.

Tangannya mendorong kain yang berada dalam gendongannya.

Malleus tampak terkejut mengetahui sebuah fakta bahwa di dalam kain tersebut terbalut bayi yang begitu mungil. Nyaris bayi tersebut kembali menggelinding ke sungai, tetapi cakar besar Malleus bergerak dengan sendirinya untuk menyeret kembali bayi mungil itu agar tidak hanyut.

Wanita tersebut menunjukkan senyum paling tulus yang pernah Malleus dapatkan dari seorang manusia. Kepala brunette miliknya tertunduk saat Malleus kembali memusatkan atensi untuk si bayi yang tampak baik-baik saja, seakan mengucapkan terima kasih tanpa suara.

Hendak Malleus menarik wanita asing itu dari sungai, tetapi ia menghilang. Membiarkan arus sungai membawa tubuhnya begitu saja tanpa meninggalkan pesan apapun.

"Malleus. Ternyata sumber asap yang kau lihat itu berasal dari ujung sana. Di atas tebing dengan ketinggian—"

Lilia menghentikan informasi yang keluar dari bibirnya saat melihat sesuatu yang naga Malleus tahan dengan cakarnya.

EvenfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang