Say My Name.
Lembutnya suara senar yang dipetik dari harpa mendatangkan melodi yang lembut diiringi perpaduan suara seruling yang begitu ringan kini tengah memenuhi aula Lembah Duri. Suasana cenderung ramai, dan terasa begitu suci sebab warna putih mendominasi keseluruhan. Malleus menginginkan warna putih untuk malam pernikahannya, dan Naleera memilih mawar dengan warna kelopak yang sama sebagai dekorasi di hari istimewanya. Tidak sulit melakukan semua hal tersebut dalam waktu kurang dari lima hari.
Walau sebenarnya di dalam Lembah Duri, warna putih melambangkan keadaan berkabung.
Keduanya begitu menikmati permainan masing-masing hingga berbagai macam warna dari pasang mata terpusat pada kedua ras yang diselimuti perasaan harsa dengan asmaraloka yang menggungah.
Mudah menemukan senyum Malleus malam itu. Naleera tampak menawan dalam balutan gaun putih dan terus menari kecil mengimbangi alunan musik yang membentuk simponi lembut sampai mengundang peri-peri mungil mendatangi aula. Suara yang keluar dari seruling peraknya begitu lembut dan halus bagai anila sejuk yang berembus membelai setiap pohon di dalam hutan. Volume dari harpa yang dipetik oleh sang Raja pun menambah harmoni dengan seruling yang ditiup istrinya. Seakan memberi kesan nostalgia yang misterius seperti memandang gemintang pada malam purnama.
"Jadi pekerjaanmu sekarang seperti ini, ya? Menjadi musisi?"
Permainan Malleus berhenti saat melihat salah satu tamunya berdiri dengan raut wajah mengejek,
"Kau sendiri, bagaimana? Sudah jelas aku mencantumkan kode warna untuk pakaian. Kau buta warna? Tuksedomu itu warna hitam, sebaiknya kau pulang."
"Ada-ada saja memang Leona." Vil memijat keningnya mendecih lirih. Dengan sedikit sihir, tampaklah tuksedo putih yang melapisi tubuh kekarnya, "Ia yang memintaku melakukannya, Malleus."
"Siapa yang menduga kalau kalian memenuhi undanganku?" Tawa terdengar dari Malleus, "Apa kabar, Kingscholar, Schoenheit?"
Vil menerima jabatan tangan dari Malleus, memberi sapaan pada pundak untuk teman lama, "Kabar baik, Malleus."
"Kau belum menjawab pertanyaanku terkait musisi, kadal." Leona menerima jabatan tangan dari rivalnya saat masih dalam Night Raven College.
"Apa kau menantangku untuk berduel saat ini juga, Kingscholar?"
Harusnya Naleera terkesiap mendengar tawaran yang datang dari bibir gelap Malleus akan kelangsungan hidup suaminya apabila memiliki musuh seperti saat ini. Namun sebaliknya. Ia harus menyembunyikan tawanya dengan punggung tangan sampai-sampai membuat kedua tamu suaminya turut menoleh,
"Apa kalian teman baik tuanku?"
Vil segera meraih tangan Naleera yang dilapisi sarung tangan putih,
"Aku kira terataimu adalah wanita yang penurut," Ujar Vil berani, "Namun aku salah. Kau cukup berani, nona muda."
"Jika ia tidak begitu, mana mungkin dia menerima pinangan si kadal ini?"
Tampaknya Leona perlu kembali sekolah. Sikap apatis dan arogannya masih tidak berubah, "Kau istrinya?" Pertanyaan bodoh datang darinya yang segera disambut anggukan oleh Naleera, "Kau hebat sekali mampu menjinakkan naga seperti dirinya." Leona menunjuk-nunjuk Malleus dengan nista.
"Dan itu artinya istrimu juga merupakan pawang singa, bukan begitu?"
"Semua wanita itu kuat, Malleus." Pangeran kedua dari Afterglow Savannah itu mengalihkan pembicaraan. Kini Leona menatap Malleus tanpa aura permusuhan seperti yang selalu dilakukannya dalam Night Raven College, "Lagipula perseteruan kita telah usai setelah kelulusan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Evenfall
أدب الهواةEvenfall; the beginning of evening; twilight; dusk. "Mengapa kau memilihku sebagai pengantinmu? Aku hanya manusia beruntung yang diselamatkan olehmu, tuanku. Aku fana, tidaklah abadi seperti kalian." Diamnya Malleus merupakan penyangkalan. Dari tubu...