Goheno 'nin, Hiril Vuin.
In gwidh ristennin,
(The bonds cut,)Ilfirin nairelma,
(Undying is our regret,)I fae narchannen,
(The spirit is broken,)Nauva I nauva,
(What should be shall be,)Padika atas sebuah lara kepergian Silver masih bergema begitu pilu dengan kesedihan yang terasa dekat dalam Lembah Duri. Menambah sayat tak kasat mata di dalam hati, membiarkan derai air mata terus-terusan mengalir tanpa henti dibalik kepingan memori sebuah kenangan.
Menghilangkan aura, meringkankah langkah, hingga menekan seluruh sirkuit sihir adalah hal yang dilakukan oleh sang profesor untuk saat ini. Berusaha menyatu dengan bayang hingga sampai pada jerumun kuda. Mengeluarkan kuda coklat miliknya lalu menuntunnya hingga pada halaman belakang Lembah Duri.
Sejak kepergian Silver beberapa hari lalu, langit Lembah Duri masih kelabu tanpa ada tanda dari bianglala yang akan membelahnya. Anila berderu ribut mengirimkan hawa dingin, suasananya masih sangat berkabung. Malleus masih tenggelam dalam lara, Lilia masih belum mampu menghentikan sesuatu yang mendobrak turun dari matanya merahnya. Lembah Duri kehilangan sosok yang cukup berarti, tetapi hal tersebut tak lantas menghentikan rencana Sebek untuk keluar dari lingkungan kerajaan utama.
Tanpa ada keinginan untuk menoleh sedikit pun ke belakang, Sebek mempersiapkan tunggangannya. Tangannya sudah siap untuk memacu hewan besar berkaki empat sebelum ia sadar akan suara ramah yang memanggil namanya dengan bantuan sang angin. Suara itu membuat kedua bahunya menegang, sampai-sampai ia harus turun dari kudanya untuk memberi hormat pada sosok yang menyebut namanya.
Segera iris hijau kekuningannya menangkap Naleera yang masih mengenakkan gaun putih sederhana tanda berkabung, begitu pula dengan sesosok peri muda yang berdiri tepat di belakang wanita itu. Jubah putihnya berkibar sebab angin yang menghempaskannya. Wajah tenang tanpa ekspresi Eden nyaris menyerupai Malleus jika saja Sebek tak segera menyadari tiara yang ada di kepala hitamnya, dan dua ekor naga yang masing-masing melingkar di tubuh sang ibu,
"Tuanku," begitu sapanya, "Apa yang akan kau lakukan dengan kudamu itu, tuanku?" Naleera bertanya padanya. Dalam pandangan subjektif Sebek, ibunda dari sang Pangeran menahan selimut rajutan yang ada di bahu hingga perutnya agar tak tersapu oleh angin. Wajahnya tampak begitu letih dengan mata yang masih membengkak dan berair. Bibir yang selalunya agak kemerahan kini memudar, entah mengapa Sebek menilai kalau wanita itu lebih pucat dari biasanya.
"Suil. Cund Vuin, Hiril Vuin." Memangku tangan di dada lalu berlutut sebagaimana yang acapkali dilakukan olehnya untuk Malleus. Eden mengangguk lembut menanggapinya dengan seulas senyum. Lain Naleera yang tergesa untuk mendekati Sebek. Wanita itu tidak pernah sanggup melihat orang lain memberi salam padanya seraya menunduk akan statusnya sebagai Ratu yang tidak akan pernah ia akui.
"Mengapa seperti ini? Bangunlah, tuan." Ia mengajak, membawa bahu besar Sebek untuk berdiri sebelum ia mendapati wajah si lawan bicara untuk saling memandang, "Ada apa ini, tuan? Mengapa terburu-buru sekali?"
Naleera sudah mendengar ini dari suaminya. Dan sejak awal, Sebek pun mengantungi persetujuan dari sang Raja akan keputusan akhir yang membawanya sampai saat ini. Hal yang Malleus katakan setelah itu adalah Lembah Duri akan selalu terbuka untuknya apabila Sebek berubah pikiran. Namun Malleus menangkap makna lain yang dijawab oleh Sebek pada saat itu; tidak ada hak untuknya memasuki lingkugan kerajaan apabila ia mantap untuk keluar. Dan Sebek bukanlah tipe yang menjilat air liurnya sendiri.
Dan kemungkinan hal ini adalah sesuatu yang akan Naleera usahakan walau ia tahu persen keberhasilannya tidak akan mencapai angka satu. Mengubah hati seseorang memang tidak mudah, tetapi Naleera tidak ingin hal ini terjadi pada keluarga tuannya. Dan satu lagi, setidaknya Naleera ingin mendengar alasan mengapa Sebek bersikukuh untuk keluar dari mahligai. Sebab saat ia(Naleera) bertanya pada Malleus, sang Raja tidak mengatakan apa-apa. Ia diam seribu bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evenfall
Fiksi PenggemarEvenfall; the beginning of evening; twilight; dusk. "Mengapa kau memilihku sebagai pengantinmu? Aku hanya manusia beruntung yang diselamatkan olehmu, tuanku. Aku fana, tidaklah abadi seperti kalian." Diamnya Malleus merupakan penyangkalan. Dari tubu...