Eden's Determination!
"Ibuku terlalu kuat!"
Begitu keluhnya saat datang dan langsung mendekap Silver dari belakang, sontak hal tersebut membuat Lilia yang sedang berdialog dengan putranya turut terperangah. Sesuatu yang sama sekali tidak diduga oleh Silver bahwa sang pangeran tanpa ragu mendatanginya, memeluk dan merajuk dari belakang seperti anak kecil. Lilia hanya tertawa manakala melihat pipi pangeran yang menggembung saat Silver kemudian mendudukan sang pangeran di atas pangkuannya,
"Ada apa ini, Pangeran?" Begitu tanyanya menenangkan Eden yang masih merengut. Suaranya terdengar lembut dengan usapan tangan yang tidak berhenti berada di antara tanduk kecilnya, "Bukankah kau sedang berlatih dengan ibumu?"
"Iya!!" Ucapnya membenarkan, "Namun aku belum berhasil membuat ibuku jatuh!! Padahal aku yakin kalau gaun itu menjadi penghambat ibuku untuk bergerak." Iris hijaunya tak berbohong, ada kekaguman yang terus tumbuh untuk sang ibu, "Kukira ibuku hanya bisa merajut dan bermain alat musik. Namun aku salah."
"Yah, kau terlalu meremehkan ibumu. Haha." Lilia mengejeknya, "Tak apa, Pangeran." Mencoba membesarkan hati Eden yang mulai tidak bersemangat, "Kau tahu, saat ayahmu masih kecil, ia bahkan tidak mampu memegang pedang dengan baik."
"Namun ayahku terlihat hebat."
"Tentu saja," Lilia menanggapi cepat, setuju atas penglihatan objektif dan subjektif cucunya secara bersamaan, "Kau juga ingin seperti ayahmu, bukan?"
"Tidak."
Kemudian hening. Lilia beradu pandang dengan Silver sebelum memusatkan seluruh atensi pada Eden,
"Apa maksudmu?"
"Aku ingin melampauinya."
"Itu baru cucuku." antusias Lilia mendengarnya, "Minta paman Silver mengajarimu ilmu pedang. Kau tahu, pamanmu adalah pasangan ibumu untuk latihan."
"Bukankah aku sudah terlalu tua untuk hal ini?"
Apapun yang dilakukan oleh Silver dan Lilia, selalu membuat Eden jauh lebih semangat. Lihat saja, anak itu tidak mengurangi kecepatannya berlari menuju ruang Raja di mana ayahnya bekerja dan ibunya yang masih diperlukan oleh ayahnya selama beberapa saat. Dan peri kecil itu tetiba memekik setelah mantap membuka pintu kayu jati dengan kedua tangannya, "Aku akan mengalahkanmu, Naneth!!" dengan tatapan determinasinya.
Dan hal tersebut membuat Naleera serta Malleus yang masih meminjam ibunya dari Eden agak terlonjak sebab suara pintu kayu jati yang terbuka begitu saja.
"Oh. Seperti itu?" perkataan itu memutus fokusnya pada salah satu perkamen yang tengah dibaca, "Baiklah, akan kutunggu hal itu, Pangeran."
"Pangeran. Shh! Jangan ganggu ibu dan ayahmu." Silver tak berpikir dua kali untuk menggendong lalu menciumi pipi mulus Pangeran kecilnya, "Maaf tuan Malleus. Maaf Esme. Namun sepertinya, Pangeran ingin bersamaku selama beberapa waktu."
Sebuah kode dari Silver untuk orang tua Eden. Malleus tersenyum tipis, beradu pandang dengan Naleera. Wanita itu hanya menunjuk anaknya menggunakan dagu tak lupa dengan lirikan sembari tersenyum,
"Lakukan apa yang ingin kau lakukan padanya, Silver."
"Haha, lucu sekali dia itu. Lanjutkan pekerjaan kalian." Lilia membuat gerakan melambai sembari kembali menutup pintu dan memberikan keduanya privasi selagi Silver masih memberikan Eden wejangan untuk selalu mengetuk pintu apabila hendak memasuki ruang Raja.
Malleus melirik Naleera yang sudah kembali teralihkan dengan tumpukan perkamen Lembah Duri yang Malleus minta untuk disortir ulang. Banyak dari gulungan itu yang berusia lebih tua dari sang Raja sendiri. Dan jika lapuk, sang Raja berniat memberi Naleera tugas untuk menulis ulang kembali perkamen itu dengan bahasa peri bersama dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evenfall
FanficEvenfall; the beginning of evening; twilight; dusk. "Mengapa kau memilihku sebagai pengantinmu? Aku hanya manusia beruntung yang diselamatkan olehmu, tuanku. Aku fana, tidaklah abadi seperti kalian." Diamnya Malleus merupakan penyangkalan. Dari tubu...