Twenty Five.

61 20 6
                                    

Ni 'lassui En, Malleus Draconia.

"Musim semi belum usai," sosoknya membuka jalan dialog, tidak membiarkan keheningan terlalu lama menguasai sekitar saat kalimat terakhir terdengar dari Malleus, "Mengapa hutanmu berwarna emas, wahai saudaraku?"

Begitu lontarnya manakala iris yang memancarkan pantulan gemintang itu memandang langsung ke arah jenggala Lembah Duri. Tak biasanya daratan yang diperintah Malleus akan menunjukkan perubahan warna jika musim yang bergulir belum berganti. Namun bagi Raja dari Misty-Realm, sang kakak dari Abina Morfir kerabat dekat keluarga Lembah Duri─Eilae Moonbryn─menyadari fenomena yang cukup jarang terjadi, ditambah keheningan Malleus yang tidak pernah menjawab tepat waktu, sampai Lilia terus menepuk pundaknya dan memberinya peringatan apabila penguasa malam itu melamun tanpa alasan, bukan sesuatu yang baik untuk dibiarkan.

Dan hal tersebut tentu mengganggu Peri pengawas untuk Lembah Duri─Eilae tidak bisa membiarkan hal tabu itu terjadi.

"Malleus?"

Malleus merasa pundaknya mendapat tepukan hingga ia memalingkan wajah untuk sosok rupawan lain yang memandangnya cemas, "Maaf. Maaf Eilae. Ada apa?"

"Ada yang menganggumu? Tidak baik untuk penguasa malam terlalu sering melamun."

"Tidak─mungkin saja," Gagapnya, "Maksudku─tidak ada yang perlu kau khawatirkan."

"Aku tidak ingat sosok anak peri yang pernah kurawat bisa berbohong seperti saat ini."

Untuk peri yang hidup jauh lebih lama ketimbang Malleus, Eilae cukup awas dengan kejujuran. Ia membenci dan mengutuk sebuah kebohongan, dan tidak akan segan memberi ganjaran bagi siapapun yang berbohong padanya,

"Kau tidak merasakannya?"

Kepala anggunnya memberi gelengan, "Tidak sopan menggunakan kekuatan dalam kediaman kerabat."

"Ratu melemah," Malleus menjawab sekenanya, "Estrella tengah mengambil jiwanya perlahan."

Kemudian kepala cantiknya menggeleng lemah. Irisnya membulat hendak tidak memercayai ucapan yang keluar dari bibir gelap Malleus, tetapi peri dengan tiara yang turut hidup mengikuti musim yang bergulir itu tak sengaja menyaksikan sesuatu yang terbias dalam nayanika Malleus. Mengenai sosok yang berharga untuk Lembah Duri di antara para bintang, manakala daun-daun mulai berguguran hingga membuat gelombang nestapa di daratan yang begitu dicintainya.

"Waktunya telah habis?"

Malleus mengangguk pelan sebagai jawaban, "Esme tetap milik Estrella. Aku hanya dipinjamkan oleh para bintang."

"Mengapa kau tidak mengatakan ini lebih awal, Malleus? Jika seperti ini, pertemuan akan diadakan dalam Kawah Kabut, dan kau tidak perlu mendampingi kami selama beberapa waktu."

"Ini masih salah satu kewajibanku sebagai Dewan untuk para Peri," Malleus berusaha meyakinkan saudaranya agar raut wajah cemas itu segera hilang, "Putra dan Putriku tidak pernah meninggalkan sisi Ibunya."

Sang peri anggun terlihat bernapas lega, wajahnya kembali memahat senyum seperti yang biasa ia lakukan, "Bagus sekali. Kau memiliki anak yang baik."

"Mereka mempunyai Ibu yang hebat," balas Malleus, "Ingin kau menengoknya?"

"Aku tidak akan sanggup untuk melihatnya," ia menolak halus tahu bahwa dirinya sendiri tidak akan sanggup apabila melihat langsung, "Bagaimanapun, Ratu adalah iparku. Aku tidak akan mampu menahan gelabah ketika aku menengoknya walau sedetik saja."

Malleus tidak berkomentar apapun hingga sosok dirinya dikelilingi bulu kecoklatan dan tersadar bahwa Eilae telah berubah wujud menjadi burung rajawali yang cukup besar, tengah mengambil ancang-ancang untuk membuka kedua sayapnya,

EvenfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang