Last Light Day of Autumn.
"Lihat dirimu,"
Mengganti pakaian si bayi dengan kedua tangannya sendiri membuat Malleus harus tetap menjaga keawasannya. Menahan kekuatan semaksimal mungkin agar kulit tipis Naleera tidak terkoyak, dan tulang kecilnya tidak patah di tangan Malleus tampaknya bukan hal yang perlu dikhawatirkan lagi oleh Lilia.
Menurut Malleus, ketika beberapa hari ia menemukan Naleera dan belajar untuk menyalin atau mengganti pakaiannya tidaklah sesulit saat ini. Genap satu tahun setelah Naleera dipelihara olehnya jelas membuat Malleus semakin mengerti akan sesuatu yang baru diamatinya dari dekat. Mengenai anak manusia yang semakin aktif saat usianya bertambah sekaligus berkurangnya jatah hidup untuk seorang manusia di bumi.
Surai kecoklatan miliknya sudah mulai terlihat, Malleus senang akan pertumbuhan ini. Ibu jari dan telunjuknya menuju bibir mungil Naleera, dengan gerakan membuka, tampaklah deretan gigi yang masih belum sepenuhnya terisi,
"Tanpa taring dan lidah yang tidak bercabang." Lalu tangan Malleus bergerak pada jari-jari halus yang masih menggenggam tangannya yang lain, "Lihat kukumu. Bersih, tidak hitam seperti milikku."
Terdengar respon tertawa dari Naleera,
"Apa yang lucu?" Malleus bertanya-tanya. Adakah dari perkataannya yang membuat anak manusia ini tertawa tanpa sebab yang jelas? Begitu pikirnya dalam hati. Irisnya memicing, menatap penuh intimidasi pada sosok yang masih mencoba meraih wajahnya, "Kau benar-benar tidak mengenal rasa takut, ya?"
Binar dari indurasmi yang jatuh pada jendela tepat menyinari Naleera. Membuatnya tampak berseri dengan tawa yang masih belum pudar walau Malleus hanya memperhatikannya dalam diam. Gir dalam otaknya berputar atas petak keperakan akan dialognya dengan Silver beberapa waktu lalu. Apakah benar bahwa bayi ini juga akan terikat dalam takdir Mawar Hitam sama seperti Silver?
Memang tidak pernah ada yang tahu isi pikiran Malleus Draconia. Ia selalu mampu menyembunyikan segala macam isi kepala yang berkecamuk bagai ombak yang membentuk gelombang kuat dalam benaknya. Malleus selalunya tenang, bagai tirta dari batu runcing yang jatuh bertemu dengan telaga yang mengirimkan riak kecil untuk menyapa teratai yang belum mekar sempurna di atasnya.
"Apa yang membuat Esme begitu senang tertawa?"
"Entahlah," Malleus mengusap dagu, "Aku juga tidak mengerti."
"Hmm~" Lilia kali ini membawanya dalam dekapan, "Kau mulai mengenali Malleus?" dengan nada jenaka Lilia mengajukan pertanyaan. Dibalas helaan napas pasrah yang datang dari Malleus sampai ia harus menyembunyikan iris lime-green tajam miliknya,
"Sia-sia saja, Lilia. Naleera tidak bisa menjawabnya."
"Belum maksudmu?"
"Iya belum."
Langkah kecil Lilia membawanya pada tepi jendela besar lain. Menawarkan heningnya malam terakhir musim gugur pada Naleera merupakan hal yang dilakukannya saat ini. Dengan gerakan mengayun, tubuh kecil itu seperti diguncang olehnya. Namun tenang saja, tidak ada niatan Lilia untuk memberikan pengalaman diluar nalar pada Naleera.
"Kau dengar itu, Malleus?"
"Dengar," Balasnya setuju, "Sepertinya kereta kuda dari Night Raven College sudah tiba."
Beberapa waktu sebelum hari ini, seekor gagak hitam memberikan surat untuk kerajaan. Berisikan sebuah permohonan untuk keluarga Lembah Duri agar mengutus seseorang untuk dijadikan pengajar dalam Night Raven College. Malleus bisa saja mengiyakan surat permohonan tersebut dengan dirinya sebagai pengajar di sana. Namun keadaan Lembah Duri belum bisa dikatakan stabil sepenuhnya karena satu atau dua hal yang membuat Malleus tidak bisa melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evenfall
أدب الهواةEvenfall; the beginning of evening; twilight; dusk. "Mengapa kau memilihku sebagai pengantinmu? Aku hanya manusia beruntung yang diselamatkan olehmu, tuanku. Aku fana, tidaklah abadi seperti kalian." Diamnya Malleus merupakan penyangkalan. Dari tubu...