Berlebihan (?)

2.1K 119 4
                                    

"Duh, lo jangan ngada-ngada deh. Terlebih ini meeting penting, kalau gak sesuai sama selera lo gimana? Kalau jas yang gue pilihin jelek atau gak cocok, gimana?"

"Kalau gak sesuai sama selera saya, saya anggap ini hutang"

"Jangan bercanda! Gue baru aja lunasin hutang gue dan lo buat ini sebagai hutang? Oke, gue pilihin lo jas. Jangan remehkan gue! Gini-gini gue pandai memilih outfit. Baik, hanya memilih dan semuanya selesai. Tapi lo habis ini gak akan ganggu hidup gue lagi kan?"

Jeno sedikit tertawa, lalu menjawab..

"Iya, saya gak akan ganggu kamu lagi"

Jaemin berusaha memilih jas itu, menelaah semua jenis jas, ia juga memperhatikan dengan detail dari warna dan bentuk jasnya agar tidak keliatan mencolok. Ia juga memperhatikan agar warna jasnya sesuai dengan kulit pria itu. Setelah lama memilih, akhirnya jaemin menemukan 1 pasang baju kerja yang cocok untuk jeno.

"Ini.." Memberikan sepasang baju itu pada jeno

"Kamu yakin?"

"Jangan banyak omong, coba dulu"

"Baik"

Jeno memasuki ruang ganti, dan mengganti pakaiannya. Saat ia keluar, pria itu tampak sempurna. Jaemin terpaku, jujur saja ia merasa kagum pada pria itu.

"Gimana?"

"Bro..? U r perfect"

"Seriously?"

"Yeahh"

"Saya juga ngerasa cocok. Emang gak salah saya pilih calon istri"

Jaemin yang merapikan kerah jas milik jeno, kini terhenti mendengar jeno mengatakan 'calon istri' di kalimat yang ia ucapkan.

"Hah? Apa? C-calon istri? Maksud lo?"

"Ahh.. Nggak, siapa yang bilang calon istri? Gak ada"

"Heh gue gak budek ya, gue barusan denger lo bilang calon istri. Siapa yang calon istri terus siapa yang suami?"

"Saya suaminya, kamu calon istri saya"

"Hahaha.. Kocak lo pak"

Jaemin menganggap itu semua hanya candaan, padahal kalau jaemin memperhatikan wajah laki-laki itu, sepertinya dia memang serius mengatakannya.

'Tok.. Tok.. Tok'
Terdengar suara ketukan pintu dari luar..

"Sialakan masuk"

Seseorang itu membuka pintu kemudian berkata

"Maaf pak mengganggu waktunya.. Apa bapak su-"
Gadis itu berhenti berbicara saat ia melihat ada seseorang disana.

"Oh karina, ada apa?"

"Anu.. Saya tunggu diluar saja pak, hehe"

"Sekretaris lo?"

"Ya, sekretaris pribadi saya"

"Diliat-liat hampir semua asisten lo masih muda ya. Cantik-cantik lagi, lo gak kecantol sama sekretaris lo? Maksud gue, gue liat hampir dari mereka semua itu cantik"

"Semua dari mereka bukan tipe saya"

"Emangnya tipe lo yang kayak gimana?"

"Kayak kamu"

Sedikit blushing, tapi jaemin masih menganggap itu semua hanya candaan.

"Heh, serah lo pak"

"Kita keluar?"

Jaemin mengangguk. Mereka keluar dari ruangan itu. Masih ada karina disana.

"Ah pak, sudah selesai?"

"Yaa"

"Kalau gitu, gue balik ke cafe"

"Biar bawahan saya yang anter kamu"

"Ng-nggak, gak perlu. Gue bisa balik sendiri"

"Nggak, saya khawatir. Dae jung kamu antar jaemin ke tempat dia bekerja. Jaga dia, jangan sampai lecet. Kalau jaemin sampai kenapa-kenapa, saya pecat kamu"

"Baik pak"

"Bukankah itu terlalu berlebihan? Diliat-liat, jeno emang aneh. Gue gak ngerti lagi sama sikapnya dia"

"Ayo mas"

"Mas-mas emang gue tukang bakso, panggil gue jaemin"

"B-baik.."

Jaemin pergi meninggalkan rumah mewah itu.

"Ekhem.. Jaeminnya udah pergi lho pak, masih aja diliatin"

"Kenapa? Emangnya gak boleh?"

"Hehe bukan gitu maksud saya pak. Saya liat-liat, ada yang lagi jatuh cinta nich.. Soalnya, gak biasanya bapak bawa orang lain masuk ke kamar bapak. Biasanya selain asisten yang bersihin kamar bapak, bapak ngelarang siapapun masuk ke kamar bapak. Tapi jaemin.."

"Kamu bisa diem gak?"

"I-ya pak, saya diem"

"Kita berangkat sekarang"

"Baik boss"

End Of Us [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang