Mereka pergi ke kantor Tuan Lee. Kantornya memang sangat besar, jaemin sempat mikir, apa jeno tak kewalahan mengurus kantor ini sendirian.
"Jaem, kamu mau ikut saya bertemu klien, atau..?"
"Gue tunggu disini aja pak, lagian gue juga ngapain disana"
"Baik, saya kedalam dulu. Dae jung, ikuti saya"
"Baik pak"
Jaemin hanya duduk menunggu di parkiran, sambil melihat sekitar.
"Pegawai disini banyak juga"
"Jaem..!!"
Seseorang berteriak dari kejauhan, melambaikan tangan pada jaemin, lalu mendekat kearah jaemin.
"Kamu masih ingat saya?"
"Donghyuck ya?"
"Panggil aku haechan!"
"Ahh.. Kenapa lo bisa ada disini?"
"Aku ikut malk, dia sedang di dalam"
Jaemin melihat kearah sekitar
"Lo sendiri aja? Mark pasti bakal marah kalau lo keluar sendirian"
"Aku kabur dari sana, disana membosankan"
"Tuhkan, mark bakal lebih khawatir lagi sama lo!"
"Malk bisa melacak aku, tenang aja. Lagian aku juga pergi gak akan jauh-jauh. Aku boleh temenin kamu kan jaem?"
"Sebenarnya sih gak boleh"
"Ih kok jaem jahat, hae aduin nanti sama malk"
"Lo kenapa lucu?"
"Hae udah tau, wlee"
Seorang laki-laki berlari kearah mereka, sambil terengah-engah.
"Hae, aku cariin dari tadi ternyata kamu disini? Kamu tuh bikin orang khawatir tau gak!"
"Maafin hae, habisnya hae bosan disana. Jadi hae disini temani jaemin"
"Tapi habis ini kita harus pergi lagi"
"Yah gak bisa temenin jaemin lagi dong"
"Lo ikut mark aja"
"Iya udah, kalo gitu hae sama malk pergi dulu ya"
"Yaa" Mereka perlahan menjauh.
Jaemin kembali memperhatikan sekitar, ia melihat kalau ada perempuan yang mirip dengan masa lalunya. Jaemin mememperhatikan kedua pasangan itu, semakin jaemin perhatikan, semakin terlihat seperti min jeong, masa lalunya.
"Min jeong? Itu benar min jeong? Ternyata benar, dia memang telah mencintai pria lain. Keliatannya dia lebih bahagia sekarang. Baguslah"
"Kamu cemburu?" Seseorang berkata tepat ditelinga jaemin.
"Jeno? Sejak kapan?"
"Baru saja, kenapa? Kamu cemburu melihat mereka?"
"Nggak! Gue bahkan sudah melupakan perempuan itu"
"Sungguh?"
"Ayolah jangan membahas ini! Buat mood gue hilang tau gak"
"Hmm.. Kalau begitu, kamu mau kemana setelah ini?"
"Kita ke cafe pak john. Jen, gue masih boleh kerja disana kan?"
"Bisa, kamu masih boleh bekerja disana. Tapi kamu harus bisa membagi waktu"
"Gue ngerti. Kita ke cafe pak john sekarang. Gue mau minta ganti shift"
"Baiklah.. Ayo"
Sesampainya di cafe pak john.
"Ren, apa pak john ada?"
"Jaem, ngapain lo kesini? Ini kan bukan shift lo. Pak jen" Renjun tersenyum kearah pria itu.
"Gue cuma mau ketemu pak john"
"Pak john ada di ruangannya"
"Jen, lo tunggu disini. Gue keruangan pak john sebentar"
"Baik.." Jaemin pergi menuju ruang pak john.
"Pak jen mau memesan sesuatu?" Tanya renjun.
"Tidak, terimakasih"
"Kalau begitu saya permisi, masih banyak pelanggan"
Selang beberapa lama kemudian, jaemin kembali
"Sudah?"
"Yaa.. Lo mau pergi kemana setelah ini?"
"Ikuti saya"
Mereka kembali menaiki mobil itu, dan membawanya pada sebuah tempat. Sesampainya di tempat itu..
"Jen..? Ini sirkuit? Milik bokap lo?"
"Nggak, ini sirkuit milik saya pribadi. Mendiang kakek dan nenek saya yang memberikan ini, sah atas nama saya"
"Lo pernah ngelakuin balap mobil?"
"Pernah, waktu saya masih SMA. Tapi ada suatu kejadian yang membuat saya takut lagi untuk melakukan balap mobil. Bahkan sampai sekarang trauma itu belum hilang. Sirkuit ini bebas dipergunakan oleh pembalap manapun. Kamu mau mencobanya?"
"Apa boleh?"
"Tentu, ayo"
Jeno menarik tangan jaemin menuju sebuah ruangan, membantu jaemin memakai alat perlindungan. Dan membiarkan jaemin melakukannya beberapa putaran. Pria itu sepertinya memang sudah ahli dalam hal seperti ini.
Beberapa putaran kemudian..
"Bagaimana perasaan kamu?"
"Huh, itu menyenangkan!"
"Sungguh?"
"Yaa! Andai lo ikut bareng gue tadi"
"Kapan-kapan ya"
"Hmm"
Jaemin membuka seragam tahan api itu, karena cuacanya sangat cerah, jadi terlalu panas bila dipakai saat tengah hari seperti ini.
"Jaemin.. Ada sesuatu yang ingin saya katakan pada kamu. Sesuatu yang selama ini saya pikirkan tapi tak pernah saya ungkapkan. Saya akan mengungkapkan perasaan saya dengan baik, jadi tolong dengarkan"
Jaemin terdiam, jeno mengambil tangan jaemin. Sungguh, jantung jaemin berdebar sangat kencang. Ia takut kalau pria itu menyatakan perasaannya, sedangkan ia tak tahu harus menjawab apa.
"Biar saya katakan apa yang selama ini ada di benak saya. Jaemin.. Saya mencintai kamu"
Benar saja, apa yang ada dibenak jaemin ternyata benar. Pria itu menyatakan perasaannya.
"Gimana sekarang? Gue harus jawab apa? Sejujurnya gue masih ragu soal perasaan gue ke jeno. Gue hanya mengaguminya, bukan mencintainya. Apa yang harus gue lakukan sekarang?"
"Tentang seseorang yang saya cintai, sejujurnya itu kamu. Saya jatuh cinta pada kamu saat pertemuan pertama kita, saat kamu menumpahkan noda kopi pada jas saya. Tentang jas itu juga, saya menyimpannya karena memiliki alasan. Saya ingin menyimpan apapun yang berhubungan dengan kamu"
Jaemin benar-benar tak tahu harus menjawab apa. Sepertinya dia harus jujur soal perasaannya, agar semua tak menjadi rumit.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Us [NOMIN]
FanficSejak saat itu, aku mencintainya. Aku mencintai seorang pelayan yang menumpahkan kopinya ke jas bajuku. NOTE: Cerita ini pernah di unpublish, tapi tak ada yang berubah dalam alur. -Bahasa baku/non baku -Previous title: From Na To be Lee -New title:...