Direktur kim

773 31 0
                                    

Mereka sampai pada sebuah gedung mewah..

"Pa, papa bilang ada rapat? Tapi kenapa ramai seperti ini? Ini seperti ada pesta"

"Benar, kita akan rapat sambil merayakan hari jadi perusahaan pak kim"

"Itu berarti, semua pengusaha terkenal hadir malam ini?"

"Right"

"Termasuk perusahaan tuan jeong?"

"Papa bilang semuanya ya semua, itu berarti direktur jung juga akan berada disini, mungkin.. Jika ia sudah pulang dari new zealand. Dia orang yang sibuk, kecil kemungkinan dia akan hadir di acara malam ini. Kenapa tiba-tiba kamu bertanya soal direktur jung?"

"Ah.. Tidak.. Hanya saja, taeyong malas bertemu dengan anak sulungnya"

"Ah, anak muda yang umurnya di bawah kamu ya.. Menang betul, selain anak dari pak kim, anak sulung dari pak jung juga bisa jadi saingan buat kamu. Ayo, kita turun"

Taeyong dan ayahnya menuruni mobil lalu berjalan ke dalam gedung. Mereka melihat sudah banyak tamu undangan yang berdatangan..

"Selamat datang direktur lee"

"Ah, direktur kim.. Saya dan taeyong berterimakasih karena sudah mengundang kami ke acara ini, suatu kehormatan bagi saya untuk bisa ikut serta dalam acara ini"

"Terimakasih direktur kim" Ucap taeyong sambil menundukkan setengah badannya.

"Sudah sudah, kalian tamu penting, jadi saya tak akan lupa. Oh iya, bagaimana dengan Lee jeno? Dia tak ikut serta?"

"Ah, jeno ya.."

"Dia sedang saya tugaskan ke luar seoul untuk bisnis" Sahut pak lee.

"Sepertinya jeno orang yang sangat bekerja keras ya" Taeyong dan ayahnya tersenyum.

"Pa, semua tamu sudah hadir. Tinggal menunggu direktur jung dan direktur kang"

"Doyoung, sambut mereka"

"Ah maaf.. Saya tak menyadari kehadiran keluarga lee"

"Tak apa, sepertinya anak anda sangat sibuk malam ini, sehingga tak menyadari kehadiran kami"

"Kalau begitu selamat datang direktur lee, selamat datang pak taeyong" Doyoung menundukkan setengah badannya.

"Terimakasih"

"Tapi pak kim, kenapa rapatnya tak kita mulai saja? Karena, nihil kemungkinan kalau direktur jung akan hadir di acara malam ini"

"Anda benar pak taeyong.. Tapi tak ada salahnya kita tunggu beliau sebentar lagi"

"Haduh, direktur jung ini bagaimana.. Bukankah dia sangat mendisiplinkan waktu?"

"Selama menunggu direktur jung dan direktur kang, silakan dinikmati makanan yang sudah kami sediakan. Doyoung, temani mereka. Papa akan memanggil ibumu dan menyambut yang lain"

"Baik pa, doyoung mengerti"

Direktur kim meninggalkan taeyong dan ayahnya, menyisakan doyoung yang akan menemani mereka.

"Taeyong, kamu tunggu disini, papa akan menyambut teman lama papa. Pak doyoung tolong temani taeyong"

"Baik direktur lee"

Ayahnya pun menjauh dari tempat mereka.

"Doyoung.. Apa kabar?" Taeyong menepuk pundak doyoung lalu memberikan pelukan hangat.

Doyoung pun membalas pelukan tersebut..

"Aku baik, gimana sama kamu?"

"Akupun begitu.. Sudah lama ya kita tak bicara seperti ini lagi. Sebetulnya aku muak dengan hubungan jaga jarak ini. Kita harus repot-repot bersikap formal hanya untuk mengobrol tentang pekerjaan"

"Akupun merasakan hal yang sama, tapi ini sudah takdir kita sebagai penerus perusahaan ayah-ayah kita. Ngomong-ngomong, minhyung dan ayahnya tak datang? Padahal mereka di undang"

"Mereka pasti malu, karena mereka pasti tau keluarga utama juga akan hadir di acara ini"

"Kalau jeno? Dimana dia?"

"Dia sedang bertugas keluar. Ngomong-ngomong, dimana calonmu?"

"Ah ayolah, aku bahkan belum memikirkan hal itu"

Tiba-tiba seseorang dengan banyak pengawal memasuki area pesta tersebut. Orang itu menarik perhatian semua tamu undangan, termasuk taeyong dan doyoung yang tengah asyik mengobrol.

"Dia datang?" Tanya taeyong.

"Direktur jung orang yang akan datang bila di undang, dan begitupun sebaliknya"

"Bukannya dia orang yang sangat sibuk? Perusahaan tambang emas miliknya sedang naik pesat"

"Yang sibuk bukan dia, tapi anak sulungnya. Makanya kamu liat taeyong, dia datang hanya bersama istri dan anak keduanya. Jaehyun takkan datang meskipun di undang. Paling dia hanya mengirim beberapa sekretarisnya bila kita mengundang dia. Aku pernah mengundangnya untuk rapat penting, tapi yang datang beberapa sekretarisnya saja. Dia sama sepertimu, sangat sulit untuk di jumpai jika tak ada janji penting"

"Aku tau soal itu, aku pernah menemuinya beberapa kali di milan"

"Kalian pergi berdua?"

"Tidak, aku hanya sedang liburan, sedangkan dia melakukan bisnisnya di sana. Kita sering berjumpa di galleria vittorio emanuele II. Dia juga sering pergi ke katedral disana"

"Oh, kamu begitu tau tentang aktivitas jaehyun selama di milan. Apa kamu membuntutinya?"

"Bodoh, aku orang yang cerdas. Aku tak perlu repot-repot membuntuti seseorang hanya karena ingin tau tentang aktivitas apa saja yang ia lakukan"

"Ah, kamu punya bawahan dan orang dalam.. Tak heran.. Lupakan pertanyaanku tadi, aku seperti orang idiot yang bertanya tentang itu pada orang seperti kamu"

"Tak apa, santai saja"

"Tadi kamu bilang ia sering mengunjungi katedral disana? Ah, dia orang yang religius. Mungkin bisnisnya naik karena ia orang yang rajin ibadah, itu sebabnya tuhan memberkatinya"

"Apa kamu juga ingin menjadi anak tuhan yang sangat patuh pada perintahnya?"

"Akan ku coba nanti"

"Semoga kali ini bukan hanya ucapanmu saja. Sebab dulu kamu selalu berkata begitu tapi tak ada satupun yang berubah"

Doyoung tertawa..

"Sudah, papa sudah memanggil. Sepertinya rapatnya akan segera di mulai, ayo.."

"Kita juga ikut?"

"Ya iyaa.. Ayo.. Pestanya di mulai setelah rapat selesai. Setelah itu, kita nikmati pestanya"

"Boleh"

Doyoung mengajak taeyong untuk memasuki ruang rapat.

End Of Us [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang