Kembalinya lee taeyong

1K 60 0
                                    

"T-tapi.. Maaf jen gu-"

Jeno menutup mulut jaemin dengan jari telunjuknya.

"Syuuutt, saya tau. Jangan mengatakan itu, karena saya tau jawaban kamu. Walau begitu, saya tak akan menyerah. Saya akan membuktikan kalau saya benar-benar mencintai kamu. Dan saya pastikan kamu akan menjadi milik saya"

"Eh tunggu, bukan itu yang gue maksud. Gue... Arghhh perasaan rumit macam apa ini!"

"Kalau begitu kita pulang?"

"Ya, lebih baik kita pulang. Gue juga mulai pusing"

"Tolong jangan jadikan itu sebagai beban pikiran kamu. Kembali bersikap normal, dan anggap saya tak pernah berbicara hal ini"

"Bodoh, setelah lo menyatakan perasaan lo, lo suruh gue buat lupain ini? Hh.."

"Ayo pulang"

"Hmm"

Sesampainya dirumah.

"Jen, gue masuk duluan"

"Hm, baik"

Jeno memperhatikan sekitar. Kenapa? Ada apa? Kenapa semua asisten sangat terlihat sibuk? Ia menghampiri ayahnya yang kini mendekat ke arahnya.

"Pa, ada apa ini?"

"Papa mengundang direktur nakamoto untuk makan malam disini. Kakak kamu juga akan pulang sore ini, sekaligus perayaan untuk kembalinya kakak kamu"

"Loh kok papa gak bilang jeno dulu?"

"Memangnya apa untungnya buat kamu?"

"Apa semua keluarga pak nakamoto ikut serta? Atau papa hanya mengajak pak nakamoto saja?"

"Semua keluarga direktur nakamoto ikut serta. Kakaknya direktur nakamoto pun ikut serta, itung-itung membahas pertunangan kamu dengan giselle"

"Oh iya, papa kan belum tau soal ini. Gimana cara bilangnya ya.."

"Pa.. Sebenarnya.. Jen-"

"Kamu siap-siap dari sekarang. Berpenampilan yang rapi malam nanti"

"Tapi pa.. Jen-"

Belum sempat selesai berbicara, papanya langsung pergi meninggalkan jeno untuk mengecek semua pekerjaan asisten.
Jeno mengurungkan niatnya, berniat ia akan memberitahunya nanti.

Waktu menunjukkan pukul 18.30, tapi jeno masih belum bisa berbicara dengan ayahnya. Saat hendak ingin berbicara dengan ayahnya, selalu saja ada yang menghalanginya.
Dua mobil mewah telah sampai dirumahnya, sepertinya itu mobil milik taeyeong dan sekretarisnya. Mr Lee menyuruh jeno untuk menyambut kakaknya diteras. Ia berdiri sambil menghormati orang yang kini berjalan mendekat kearahnya.

Taeyong sampai di depan pintu, semua asisten menyambutnya begitupula dengan jeno. Taeyong membuka kacamata hitamnya, melihat sinis kearah jeno. Tanpa menyapa sedikitpun, tanpa sepatah katapun, ia memasuki rumah itu. Tapi jeno tahu, tatapan mata taeyeong seakan menyuruhnya untuk mengikuti laki-laki berjas itu. Jeno mengikuti pundak laki-laki itu dari belakang, berjalan kearah ruangan ayahnya. Taeyeong mengetuk pintu dan memasuki ruangan itu.

"How r u dad? R u alright? I miss you, more" Taeyeong memeluk ayahnya.

"Fine. How 'bout u?"

"Very well"

"Kakak mengalami kehidupan baik disana?" Jeno memberanikan dirinya untuk bertanya.

"Ofcourse"

"Bagimana bisnis kita disana, taeyeong?"

"Semuanya baik pa. Papa tenang saja"

"Kamu memang sangat bisa diandalkan. Papa bangga pada kamu"

"Ahh, taeyeong terharu. Thanks pa"

"Papa belum pernah mengatakan itu padaku. Apa aku masih kurang memuaskan papa? Kalau begitu, aku akan berusaha lagi!"

Batin jeno bertutur dengan tegas, memantapkan hatinya untuk bekerja lebih keras. Ia tak iri dengan apa yang ayahnya lontarkan pada taeyong. Yang terpenting sekarang adalah dirinya, memikirkan cara untuk merebut hati ayahnya. Jeno memang selalu dipandang sebelah mata oleh taeyong, entah apa yang membuat anak sulung itu bersikap seperti itu pada jeno. Ia iri? Atau apa? Tapi apa yang ia iri kan dari jeno? Ia bisa mendapat kasih sayang penuh dari ayahnya.

Seorang pelayan mengetuk pintu.

"Silakan masuk" Sahut jeno dari dalam.

"Maaf tuan Lee, tuan muda taeyeong, tuan muda kedua. Maaf mengganggu waktunya. Tapi sepertinya keluarga dari direktur nakamoto sudah berada di depan"

"Terimakasih, saya akan segera keluar"

"Kalau begitu, saya permisi. Oh iya, selamat kembali untuk tuan muda taeyeong. Kalau begitu saya permisi"

"Nah, kita harus keluar dan menyambut mereka"

"Papa keluar lebih dulu. Ada yang ingin taeyong bicarakan dengan jeno"

"Baiklah, berbicaralah layaknya seorang kakak dan adik. Kalian sudah dewasa, jadi papa rasa kalian tak akan bertengkar seperti dulu lagi. Kalau begitu papa keluar lebih dulu, untuk menyambut mereka"

"Baik pa"

"Apa yang ingin kakak bicarakan?"

"Wih, santai dong. Apa kamu tak merindukanku adik kecil?"

"Cepat katakan"

"Baiklah, baiklah. Papa memberi tahu padaku, hari ini adalah pertunangan kamu dengan giselle, benar?"

"Benar, kenapa?"

"Kamu yakin ingin menikah dengan perempuan itu?"

"Apa peduli kakak?"

"Oh ayolah. Nenek telah memutuskan bahwa yang akan jadi penerus keluarga ini adalah kamu, Lee Jeno. Jadi kakak tak ingin kamu salah memilih perempuan, sejujurnya kakak tak menyukai perempuan itu. Perempuan itu sangat licik"

"Kakak tak memperdulikanku, kakak hanya peduli dengan keluarga ini. Sudahlah tak perlu mengurusi ku, aku sudah dewasa. Aku berhak memilih jalan hidupku sendiri"

"Jalan hidupmu sendiri? Menghabiskan sisa hidupmu dengan orang yang tak kamu cintai? Aku tau jen, setiap malam aku membaca isi chat darimu. Memang tak pernah ku balas, tapi sejujurnya aku masih peduli padamu. Aku bisa membantumu, sebagai kakak yang baik aku ingin yang terbaik untukmu. Kamu tak ingin menikah dengannya bukan?"

"Kak taeyong memang benar, sejujurnya aku tak ingin menikahi perempuan itu. Tapi kalau kakak hanya peduli pada masa depan keluarga ini, lebih baik aku menikah dengan perempuan itu"

"Jen..!! Jeno Lee!!"

Tanpa memperdulikan perkataan taeyong, Jeno meninggalkan ruangan itu.

"Andai kamu tau dek, kakak menyayangi kamu. Kakak ingin yang terbaik untuk kamu. Maaf, kakak memang tak bisa memperlihatkan rasa sayang kakak padamu. Kakak tak memiliki keberanian seperti itu. Maaf jen.."

End Of Us [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang