Sesampainya di ruangan itu, suasana tampak panas dan sunyi. Tak ada suara apapun, mereka berdua duduk pada sebuah sofa yang terdapat disana.
"Jeno.. Kamu sudah mengecewakan papa. Dan jaemin, kamu sudah membuat saya malu. Kalian tau kan saya membawa kalian keruangan saya karena apa?"
"Pa.. Tolong! Tolong jangan lakukan apapun pada jaemin. Jeno yang salah pa, jeno yang mengatakan pada pak nakamoto kalau jaemin adalah calon istri jeno. Ini murni kesalahan jeno, papa tolong jangan menghukum jaemin"
"Nggak pak Lee, saya juga salah disini"
"Na!"
"Jen, gue juga salah disini. Jadi biarin gue terima hukuman gue"
"KALIAN BERDUA DIAM!!"
"Pa, biar jeno yang bertanggung jawab atas semua yang jeno lakukan"
"Diam kamu jen! Yang pertama, kamu tak pernah menjadi apa yang papa mau. Kamu masih sering bermalas-malasan, kamu belum bisa menjadi seperti apa yang papa harapkan. Kamu belum bisa menjadi anak yang membanggakan. Yang kedua, kalau dari awal kamu telah bicara pada papa tentang ini semua, pertunangan ini tak akan berlanjut, dan kejadian kali ini tak akan terjadi. Dan kamu jaemin, saya telah menaruh kepercayaan pada kamu agar bisa menjadi pengawal jeno yang baik, tapi ternyata sikap kamu tak menunjukkan sebagai bawahan yang baik. Semenjak anak saya kenal kamu, dia berubah. Dia telah berani meninggikan suaranya pada saya, dia juga telah lancang berbicara seperti orang yang tak memiliki etika."
"Jeno kurang apa pa! Kurang apa?! Papa hanya mementingkan kepentingan papa sendiri tanpa melihat usaha yang jeno lakukan. Papa bilang semuanya itu masih kurang?"
"Kamu lihat kakak kamu, dia menjadi orang yang sukses karena mau bekerja keras. Bahkan dia bisa mendirikan sebuah apartemen di New York itu karena hasil kerja kerasnya"
"Pertanyaan jeno sekarang, jeno kurang kerja keras yang bagaimana? Bahkan hampir semua yang jeno lakukan tak memiliki arti sama sekali dimata papa. Papa tak tahu bagaimana jeno melewati semua ini sendirian, tetap bekerja keras walaupun hasilnya tak memuaskan. Bahkan saat jeno berada di titik terendah pun papa tak ada disamping jeno. Jeno hampir putus asa, jeno hampir kehilangan arah, apa papa peduli tentang itu? Jeno tetap bangkit meski sendiri, jeno berkali-kali meyakinkan diri jeno kalau semua usaha yang jeno lakukan tak akan pernah mengkhianati jeno sendiri. Jeno kehilangan kakek dan nenek, jeno juga kehilangan mama. Kalau bukan papa tempat jeno berpulang, lalu kepada siapa lagi jeno akan berteduh?"
Jeno menarik nafas dalam-dalam, berusaha untuk menahan air matanya agar tak tumpah. Ia hanya ingin terlihat kuat di hadapan jaemin.
"Gue ngerti sekarang jen, kenapa lo bisa mengerti rasa sakit yang gue alami. Penderitaan lo justru lebih berat, gue heran kenapa lo bisa memikul semuanya sendirian? Kalau gue jadi lo, gue pasti udah nyerah"
"Taeyong, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan?"
"Taeyong mengerti pa"
"Lakukan tugasmu, papa ingin istirahat"
"Dengan senang hati dad"
Mr Lee meninggalkan ruangannya. Kini hanya tersisa jeno, jaemin dan dirinya.
Taeyong menatap kedua laki-laki itu, berjalan mendekat kearah jaemin dan membisikkan sesuatu dengan nada membenci.
"P e m b u n u h"
Apa yang dimaksud laki-laki itu? Siapa yang pembunuh? Dan siapa yang dibunuh?
"Kak, jika kakak mengerti dengan posisiku, aku mohon kakak untuk tak bersikap keras pada jaemin"
Taeyong tertawa ala-ala sikopat.
"Tadi menolak mentah-mentah tawaranku, lalu sekarang meminta tolong padaku. Apa itu bisa dikategorikan licik atau tidak ya? Kamu pikir aku akan mendengar permintaanmu? Kamu bilang tadi aku hanya peduli dengan masa depan keluarga ini, kamu benar! aku hanya peduli dengan keluarga ini. Siapa laki-laki yang berdiri disampingmu ini adik kecil? Dia sangat manis"
Taeyong menyentuh dagu pria itu dengan lembut."Kak, jangan macam-macam dengan jaemin!"
"Oh adik kecilku ternyata tak menyukai jika aku bermain-main denganmu. Ini akan semakin menyenangkan, bagaimana jika aku bermain sebentar denganmu? Aku mempunyai dua mainan, kamu mau yang berada di tangan kananku atau yang ada ditangan kiriku? Di tangan kananku ada cambuk, akan seru jika bermain dengan ini. Lalu ditangan kiriku ada borgol, tapi borgol ini untuk apa ya? Akankah lebih sangat menyenangkan jika menggunakan keduanya? Bagaimana, Na Jaemin?"
Taeyong menatap jaemin dengan tajam. Tapi jeno melindungi jaemin dengan tubuhnya.
"Jika kakak ingin bermain, bermain saja denganku. Jaemin tak tertarik dengan permainan itu"
"Oh, aku sudah menyiapkan satu untukmu adik kecil. Aku akan bermain dengan laki-laki itu sebentar"
"Jeno gak akan biarin siapapun nyakitin jaemin"
"Kamu minggir, atau kamu akan dapat yang lebih dari ini"
"Jeno gak akan minggir"
Gertakan taeyong tak membuat jeno gentar sedikitpun, ia bersih keras melindungi jaemin.
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Us [NOMIN]
FanfictionSejak saat itu, aku mencintainya. Aku mencintai seorang pelayan yang menumpahkan kopinya ke jas bajuku. NOTE: Cerita ini pernah di unpublish, tapi tak ada yang berubah dalam alur. -Bahasa baku/non baku -Previous title: From Na To be Lee -New title:...