Jaemin duduk di teras, pandangannya melihat kearah langit, mengingat pertemuan pertama mereka di cafe itu, ia tersenyum sendiri.
"Bodoh, gue mulai gila"
"Hayo mikir apa?"
"Karina..?"
"Hehe, kaget ya?"
"Biasa aja"
"Huh.. Oh iya jaem, pak jeno dihukum kenapa?"
"Dia ngebela gue, laki-laki itu emang bodoh"
"Maksud kamu?"
"Gue buat kacau makan malam Pak Lee bersama tuan Nakamoto. Jeno ngebela gue dan dia di asingkan di paviliun pulau"
"Kasihan.. Pak jen emang gak pernah dapet perlakuan adil. Tapi aku salut, pak jen bisa bertahan sampai dititik ini"
"Gue juga gak nyangka, gimana dia bisa nyembunyiin itu semua sendirian?"
"Apa pak jeno mirip denganmu jaem?"
"Sedikit.. Bedanya jeno masih memiliki keluarga sedangkan gue gak. Gue ditinggal orang tua gue pas masih berumur 10 tahun, lalu gue diurus sama ibu ganti gue yang kebetulan dia temen deket nyokap gue. Dia mengurus gue sampai gue lulus sekolah, tapi sayang sekarang dia udah meninggal"
"Kasihan.. Aku mau nanya sesuatu sama kamu, boleh?"
"Bebas"
"Apa kamu mencintai pak jeno?"
Pertanyaan karina membuat jaemin salah tingkah, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"E-... Anu.. E-enggak.. Kenapa emangnya?"
"Uhm, gapapa aku nanya aja. Soalnya diliat-liat, pak jeno kayaknya suka sama kamu jaem"
"M-masaa?, nggak mungkin. Laki-laki kaya dia mana mau sama gue" Jaemin berdalih.
"Aku gak tau ya, tapi firasat aku berkata kalo pak jeno itu suka sama kamu"
"Firasat firasat mulu lo, kasih makan tuh bongshik, seol, sama nal. Jangan lupa juga kasih makan yue"
"Aduh kalau yue gaberani aku, bukan makan makanan yang aku kasih malah makan akunya. Gamau aku belum nikah" *(yue nama harimau peliharaannya taeyong)
"Mau nikah kayak punya pacar aja" Jaemin berjalan meninggalkan karina sambil meledek.
"Eh jangan salah sangka ya, gini-ginipun banyak yang mau sama aku. Dari om-om sampai kakek-kakek malah. Amit-amit aja deh, aku cantik masa sama kakek-kakek. Tapi kalau pemilik gedung SM gapapa deh" Karina melamun sebentar, lalu menampar pipinya sendiri.
"Ih apaansih rin, lagian kamu ngapain ngomong sendiri? Makin gajelas aja kamu" Ia merasa frustasi dengan dirinya lalu pergi.
............
(1 minggu kemudian)
Jaemin bergegas untuk pergi, ia berusaha untuk tak dilihat oleh siapapun. Sebelumnya jaemin sudah berpesan pada karina, jika taeyong bertanya dimana dirinya, karina hanya perlu menjawab kalau jaemin pulang dan menyampaikan permintaan maaf karena tak izin.
"Seharusnya disini kan tempatnya? Mark sama hae dimana sih?"
Jaemin menunggu cukup lama, hingga akhirnya sebuah mobil hitam berjalan kearahnya, orang itu membuka kaca mobilnya dan....
"Jaem, ayo masuk"
"Okee" Jaemin mulai memasuki mobil itu.
"Maaf baru bisa temuin kamu sekarang, saya cukup sibuk akhir-akhir ini"
"Gapapa mark, gue ngerti. Akhirnya.. Tunggu gue jen"
"Jaem, kenapa sangat lucu? Hae ingin mencubit pipimu"
"Jangan babe, nanti bukan cuma aku yang cemburu, jeno juga"
"Ih apaan sih malk, orang aku tuh gemes sama jaemin. Lagian aku tau kok kalo jaemin punya jeno, emang salah ya aku gemes sama jaemin"
"Y-ya nggak sih.. Bukan gitu babe uhm.."
"Ekhem.. Udah, bucinnya ntar dulu. Sekarang fokus aja ketugas kalian masing-masing"
"Siap komandan" Sahut haechan.
..........
Mereka memantau rumah itu dari jauh, memang terlihat banyak bawahan taeyong yang berjaga disekitar pantai. Mark dan haechan hanya mengalihkan perhatian penjaga itu, sisanya jaemin yang mengurus.
"Kamu siap babe? Gak perlu takut, aku jagain kamu"
"Siapa yang takut, nggak tuh"
"Terus ini kenapa tangannya geter-geter?"
"Ah, nggak tuh"
"Inget, masih ada gue"
"Iyaiya.. Ayo babe"
"Ayo malk"
Mark dan hae mencoba untuk mengajak bicara penjaga yang ada disana, sedangkan jaemin mencari celah untuk menyusup kedalam. Karena mahae mengajak mereka bicara di depan, mau tak mau ia harus lewat pintu samping. Pintu samping terdapat di pinggir pulau, ia harus menyelam untuk bisa mencapai ke pintu samping. Tanpa ragu jaemin menyelam dan berenang kearah pintu samping paviliun terapung itu. Hingga akhirnya ia sampai pada pintu samping, belum sampai disitu, jaemin juga berusaha mencari kamar dimana jeno berada. Kamar di paviliun itu cukup banyak, seperti kamar hotel yang berjejeran. Ia membuka satu persatu kamar, tapi itu kosong. Jaemin tak bisa berteriak, karena di dalam paviliun juga terdapat banyak penjaga, jeno benar-benar seperti sedang dikurung. Ia perlahan-lahan melangkahkan kaki, mencari bilik kamar jeno. Dan kini ada satu kamar yang menarik perhatian jaemin, kamar itu dijaga dengan ketat. Bukankah itu kamar jeno?
Jaemin mengambil tongkat baseball dan memukul satu persatu penjaga yang ada disana, seketika mereka semua tumbang akibat pukulan jaemin yang cukup keras. Ia mendobrak pintu kamar itu, ia melihat pria yang hanya duduk melamun melihat kearah laut. Tatapan pria itu seperti memiliki ketenangan, namun ada rasa kesepian juga disana. Jaemin mendekat kearah jeno, menepuk punggung pria itu. Sontak jeno terkejut dan melihat kearah jaemin.
"Na...??"
KAMU SEDANG MEMBACA
End Of Us [NOMIN]
FanfictionSejak saat itu, aku mencintainya. Aku mencintai seorang pelayan yang menumpahkan kopinya ke jas bajuku. NOTE: Cerita ini pernah di unpublish, tapi tak ada yang berubah dalam alur. -Bahasa baku/non baku -Previous title: From Na To be Lee -New title:...