Cinta pertama

1.7K 93 2
                                    

Mereka menghabiskan malam itu bersama. Kini meja hanya tersisa 2 laki-laki itu, dan pak minhyung beserta kekasihnya.

"Mark, aku kira kamu gak akan ikut acara ini. Kamu kan tak menyukai direktur itu"

"Yah, mau gimana lagi. Papaku yang minta"

"Oh iya, sekali lagi saya perkenalkan. Jaemin, ini pak minhyung dan kekasihnya lee donghyuck, mark lebih memanggilnya haechan. Mark, hae, ini jaemin"

"Calon istrinya kak jeno ternyata cantik juga ya" Sahut haechan dengan polos.

"Ehh.. B-bukan, gue bukan calon istrinya jeno. Jangan salah paham"

"Kak jeno tunangannya malu-malu tuh"

"Jadi bro, apa alasan kamu mengenalkan jaemin sebagai calon istri kamu?"

"Eh? Beneran bukan calon istrinya kak jeno ya?"

"Ya, aku juga gak tahu. Tiba-tiba kata-kata itu keluar gitu aja"

"Kamu gak ngelakuin ini karena kamu ngeliat giselle kan?"

"Ah, nggak kok"

"Aku juga kaget, undangan online itu bilang kalau kamu datang dengan pasanganmu, kukira itu serius. Jadi aku penasaran dan memutuskan ikut acara ini"

"Huhh.."

"Malk, kamu janji kan habis ini mau kencan berdua bareng aku?" Haechan menyela perkataan mereka.

"Tentu babe, aku ingat. Ya sudah, kalian lanjut saja ngobrol berdua. Aku dan hae pergi duluan"

"Jaem, kita bisa jadi teman kan? Aku akan meminta nomormu pada kak jeno nanti" Gumam haechan lalu di sambut senyuman oleh jaemin.

"Kita pergi duluan"

"Kalian hati-hati"

.......

"Lalu, apa sekarang?" Tanya jaemin.

"Kita kesana" Jeno menunjuk pada tempat di pinggir laut.

"Baik"

Jeno menuntun tangan pria itu, seperti akan tersesat, padahal hanya bagian belakang dari restoran itu.

"Anginnya sejuk, pemandangannya juga indah" Jaemin memperhatikan laut yang dipenuhi bintang, dan melihat kearah kapal penumpang yang bisa dilihat dari sisi laut.

"Maaf..."

Jaemin menatap kearah jeno.

"Untuk..?"

"Soal tadi, saya tau saya lancang. Untuk itu saya minta maaf"

Jaemin tersenyum dan kembali menatap laut.

"Tak perlu di khawatirkan. Perempuan itu pantas mendapatkannya"

"Saya sedikit terkejut. Bagaimana kamu bisa tau kalau giselle hadir dikehidupan saya saat saya sedang patah hati?"

"Hanya membaca berita"

"Sungguh..?"

"Lupakan"

"Giselle memang hadir dikehidupan saya saat saya sedang patah hati. Saat itu, gadis yang saya cintai meninggalkan saya saat saya sedang di fase sangat mencintainya, alasan dia meninggalkan saya karena ingin melanjutkan kuliahnya diluar negeri. Saya memang tak beruntung dalam hal percintaan, cinta pertama saya meninggal karena kecelakaan saat ia hendak menemui saya. Apa kamu pernah jatuh cinta sebelumnya jaemin?"

"Ya.. Bisa dibilang dia cinta pertama gue. Tapi dia meninggalkan demi pria lain. Sejak saat itu, gue takut jatuh cinta lagi"

"Apa sekarang kamu masih mencintainya?"

"Untuk apa? Untuk apa masih mengharapkan dia yang jelas sudah meninggalkan gue? Sepertinya dia sudah mencintai orang lain"

"Apa kamu mengharapkan kebahagiaan untuknya?"

"Tidak, untuk apa mengharapkan kebahagiaan buat dia? Dia sudah merasa bahagia disana. Jadi gue gak perlu ngelakuin hal itu, buang-buang waktu"

"Kamu benar.."

"Oh iya, soal cincin. Gimana lo bisa punya cincin itu?"

"Sebenarnya ini cincin yang akan saya berikan pada giselle. Malam itu, saya mencoba untuk melamar dia, tapi saat dia hadir disana, dia membawa pria lain. Dia berbicara tepat di depan saya kalau selama ini dia tak mencintai saya"

"Perempuan brengsek"

Jeno melempar kotak yang berisi cincin tersebut ke dasar laut.

"Tunggu.. Apa yang lo lakuin? Lo sadar barusan lo ngebuang apa? Itu berlian jen!"

"Kenapa? Kamu mau cincin itu? Saya bisa beli yang lebih dari itu untuk kamu"

"Bukan gitu..."

"Saya tak ingin mengingat apapun yang bersangkutan dengan giselle. Jadi biarkan cincin itu tenggelam seperti hubungan saya dengannya. Siapapun yang menemukan cincin itu semoga memiliki hubungan yang langgeng, seseorang yang mencintainya dengan tulus. Dan semoga cincin itu ditemukan oleh orang yang tepat"

"Jen.. Apa lo sedih melepas giselle? Apa lo masih sangat mencintai perempuan itu?"

"Saya sudah merelakannya, saya juga sudah melepaskannya. Malahan sekarang saya jatuh cinta dengan orang lain, dan saya sangat mencintainya"

"Sungguh? Siapa orang itu?" Tanya jaemin penasaran.

"Saya tak bisa beritahu kamu jaem, ini masih saya rahasiakan"

"Kalau begitu, apa dia tau soal perasaan lo?"

"Sepertinya tidak"

"Apa dia cantik? Dia pintar? Atau dia dari keluarga bangsawan? Atau... Lo jatuh cinta sama salah satu asisten rumah tangga lo? Apa jangan-jangan itu karina?" Jaemin terus berbicara.

"Iya, dia cantik, dia juga pintar. Dia sangat pintar meracik kopi. Dia bukan dari keluarga bangsawan. Tidak, dulu dia anak dari seorang pengusaha kaya. Tapi sepertinya keluarganya tertimpa musibah, dan itu membuat perusahaan keluarganya menyusut"

"Kenapa lo gak kasih tau tentang perasaan lo ke orang itu?"

"Andai itu mudah jaem.. Andai itu mudah. Saya takut menghancurkan semuanya"

"Saya tak punya keberanian seperti itu"

"Hmm, gue bisa bantu ko. Lo tenang aja, gue pasti bantu lo"

"Ini orang sebenarnya peka atau gak?"

"Terimakasih sebelumnya.. Oh iya, saya boleh panggil kamu nana?"

"Nana? Apa itu?"

"Tak memiliki maksud apapun, tapi saya ambil nama ini dari depan nama kamu. Na jaemin, Nana"

"Ohh.. Itu bagus, gue suka" Jaemin tersenyum.

"Syukurlah kalau kamu suka. Maaf, saya kira kita bisa kencan berdua. Tapi sepertinya ini terlalu larut untuk berkencan. Apa yang ingin kamu lakukan?"

"Kita pulang aja, lagipula gue udah ngantuk"

"Baiklah, kalau begitu kita pulang"

Kali ini jeno harus lebih memikirkan bagaimana caranya mendapatkan hati pria itu.

End Of Us [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang