1. Hamada

414 55 2
                                        

Asahi yang kini berumur 6 tahun memandang jauh anak-anak lain yang tengah bermain di taman. Ayunan yang terletak tepat di perbatasan masuk hutan menjadi tempat Asahi menghabiskan waktunya di panti. Dia mengayun pelan menikmati semilir angin sore.

"Kalau tidak salah, anak itu diadopsi dan menjadi kaya raya di kehidupan sebelumnya. Kalau yang itu, jatuh dari tebing. Yang pakai baju putih anak bangsawan yang hilang. Yang kecil itu, ibunya meninggal saat melahirkan dan ayahnya menghilang" Gumam Asahi pelan.

Untuk anak usia 6 tahun yang sudah tinggal di panti asuhan sejak bayi, bukan rahasia lagi kalau Asahi dijauhi oleh mayoritas anak-anak di sana. Dia terlalu polos untuk mengatakan hal di luar nalar tanpa beban. Lagi pula Asahi tahu hidupnya tidak akan berubah sampai dia bisa keluar dari panti ini.

Kata pertama yang terucap oleh Asahi di umurnya yang ke 2 tahun adalah bahasa Korea. Awalnya para penjaga panti tidak memahaminya, Asahi menunjuk gambar domba di buku cerita dan kembali menyebutkan katanya.

"Yang!" Begitulah ceritanya mereka tahu Asahi punya kemampuan bahasa selain Jepang. Tidak hanya Jepang dan Korea, kemampuan berbahasa Asahi bertambah dua lagi ketika usianya menginjak 5 tahun. Bahasa Inggris dan Belanda. Anak kecil yang besar di panti asuhan dengan akses belajar bahasa asing yang minim menjadikan Asahi memegang titel 'anak ajaib'. Titel ini juga yang membuat anak lain merasa minder dan berakhir bermain tanpa dirinya lagi.

"Asahi! Ibu kepala mencarimu" Teriak seorang anak lelaki dari pinggir taman. Asahi menengok ke arah suara tanpa menunjukkan ekspresi selain datar. Dia segera turun dari ayunan dan berlari kecil menuju ruang utama tempat pengurus panti menyambut tamu. Asahi melihat ibu kepala panti tengah mengobrol dengan sepasang suami-istri yang duduk bersamanya.

"Ah, kemari nak" Bujuk rayu ibu kepala panti yang sangat jarang terdengar. Asahi menebak kini adalah saat dirinya yang diajukan untuk diadopsi.

"Dari deskripsi yang anda sampaikan pada kami, hanya anak ini yang memenuhinya" Bahu Asahi diremat pelan oleh ibu kepala panti. Asahi tidak nyaman dengan sikap ibu kepala panti yang hanya ramah saat menyambut tamu. Tapi reaksi penolakan seperti apapun nantinya akan berimbas pada Asahi ketika tamu mereka sudah pergi. Lebih baik jadi anak yang penurut selama ada tamu di hadapannya.

"Kamu tahu saya siapa?" Tanya pria yang tampak berumur sekitar 30 tahun. Asahi mengangguk mantap. Meskipun hanya pernah menemuinya sebanyak tiga kali, Asahi hafal betul dengan sosok dihadapannya. Yang berbeda kini penampilan sosok itu berpuluh tahun lebih muda dari yang ia temui sebelumnya.

"Ryu Shin ahjussi" Jawab Asahi. Dua wanita di sana menatap bingung ke arah Asahi.

"Akhirnya, ternyata ini benar-benar kamu. Saya ingin adopsi dia" Pria itu tampak bersemangat.

"Sebentar tuan Hamada, kenapa anda langsung yakin untuk mengadopsi anak ini? Bukankah anda bilang sudah pergi ke banyak panti dan tidak menemukan yang cocok?" Reaksi aneh dari ibu kepala panti cukup mewakili perasaan istri dari tuan Hamada. Tuan Hamada bercerita kalau dirinya sedang mencari seorang anak untuk diadopsi. Namun dia telah mencari di tiga negara dan tidak pernah menemukan anak yang menurutnya cocok.

"Hanya dia yang dapat menjawab satu pertanyaan itu. Saya sudah mencarinya bertahun-tahun, bahkan sejak sebelum menikah" Jelas tuan Hamada, pertanyaan sederhana yang diberikan menjadi patokan utamanya mencari Asahi.

Sebenarnya tuan Hamada tidak menyimpan memori apapun tentang kehidupan sebelumnya seperti Asahi. Dia bahkan menikmati hidupnya dengan baik sampai umur kepala tiga. Jika kalkulasinya benar, maka kali pertama Asahi kembali terlintas di kepalanya lagi adalah saat Asahi lahir enam tahun yang lalu. Sejak saat itulah tuan Hamada mengingat sebagian besar tentang Asahi.

The Last || JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang