"Papa, bagaimana dulu papa bertemu mama?" Malam ini giliran Jaehyuk yang bercerita untuk Jihan. Biasanya Jihan meminta dibacakan salah satu dari koleksi dongengnya. Tapi pertanyaan justru terlontar dari anak usia empat tahun itu.
"Ceritakan itu saja, pa. Jihan mau dengar" Sambung gadis kecil yang telah mengambil posisi di antara lengan Jaehyuk.
"Bagaimana cara memulainya ya?" Jaehyuk berpikir. Dia sama sekali tidak tahu menahu awal bertemunya sang adik dengan pujaan hati.
Jihyuk mengenalnya saat menempuh pendidikan setara sarjana. Ada gadis yang terus bersinar di antara teman-temannya, terkadang suara tawa mampu menyita perhatian Jihyuk padanya.
Jihyuk yang biasanya tidak berminat untuk menghapiri lebih dulu, memutuskan bergabung dengan kelompok yang terus ia lirik. Si gadis memberikan tempat untuk Jihyuk duduk di sampingnya. Namanya Jiwon, punya kebiasaan untuk meremat kedua tangannya demi menghentikan tawa.
Cerita terus berlanjut sampai saat mereka telah lulus dan Jihyuk melamar Jiwon. Belum ada pernikahan yang berlangsung, karena Jiwon terlambat tahu tentang kehamilannya. Jihyuk terlalu khawatir jika hanya memaksakan egonya untuk melangsungkan pernikahan.
Jihyuk selalu menemani Jiwon, memenuhi keinginannya, membantu semampunya. Sampai ketika suatu hari di musim semi, bayi kecil lahir dan dinamai Yoon Jihan. Sayangnya Jiwon tidak dapat berada di samping Jiwon dalam waktu lama. Belum genap satu tahun bayinya lahir, Jiwon harus pergi lebih dulu.
Begitulah cerita papa dan mama dari anak gadis bernama Jihan.
Di khayalan Jaehyuk.
Kenyataannya Jaehyuk dan Jiwon bertemu tepat saat Jihan lahir. Wanita itu bersembunyi dari radar keluarganya selama sang adik pergi merantau di negara lain.
"Aku mohon, temani dia sekarang" Begitulah pinta sang adik dengan nada panik. Pujaannya tengah berjuang di antara dua dunia. Lebih parah lagi dia hanya berjuang seorang diri, tanpa teman sama sekali.
Jaehyuk disambut dengan darah yang bersimbah di tempat persembunyian Jiwon. Anaknya telah lahir, tapi Jiwon sama sekali tidak punya sisa tenaga hanya untuk merawat si bayi. "Bawa dia pergi. Jangan pedulikan aku sekalipun aku mati hari ini"
Jaehyuk membisu, menatap nanar keduanya. Waktunya semakin sempit, hanya ada dua pilihan di tangan Jaehyuk saat itu. Pergi membawa si bayi dan meninggalkan ibunya, atau tetap bertahan di sana dan melihat keduanya mati sia-sia.
Diraihnya bayi yang berbalut selimut tebal, bergegas Jaehyuk pergi ke rumah sakit terdekat untuk memberikan pertolongan pada si bayi. Setelah percaya kalau si bayi berada di tangan terbaik, Jaehyuk langsung kembali ke tempat Jiwon.
Tapi terlambat. Tidak ada nadi yang dapat terasa di tangan ramping Jiwon. Jaehyuk berbohong tentang Jiwon yang berada di samping Jihan selama kurang dari satu tahun. Justru tidak selang satu jam berpisah, Jihan telah kehilangan ibunya.
"Jihan sedih tidak bisa bertemu mama. Tapi pasti papa lebih sedih saat mama pergi" Celetuk si gadis empat tahun di samping Jaehyuk.
"Katanya setiap orang bisa hidup sampai empat kali. Kira-kira mama bisa ketemu papa lagi ngga ya?" Tangannya memelintir kecil kain baju yang ia kenakan, Jaehyuk hanya mendengarkan racauan Jihan yang tengah mengawang jauh.
"Jihan mau jadi anak papa dan mama lagi di kehidupan selanjutnya. Semoga mama diberikan umur yang lebih panjang di masa depan"
"Sudah larut malam, sayang. Saatnya Jihan tidur" Jaehyuk menyudahi sesi mengobrol mereka. Semakin jauh, semakin banyak harapan kosong yang tercurah.
Jihan menurut, tangannya mengambil boneka kecil lalu menyamankan diri. Napasnya berderu teratur sebelum tenggelam di dunia mimpi. Jaehyuk bertahan pada posisinya cukup lama, mengisi kekosongan malam dengan suara pikirannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last || Jaesahi
FanfictionKetika setiap jiwa diberikan empat kali kesempatan untuk berada di dunia, mereka memiliki permulaan yang hampir serupa dengan hidup-hidup sebelumnya. Yang berbeda adalah ketika hati nurani dan takdir lain mengajak mereka mengambil langkah. Di hidupn...
