21. Selangkah, Dua Langkah

148 17 0
                                        

Langit sore menyiratkan warna jingga keemasan ketika Asahi dan Jaehyuk duduk berdua di bangku kayu di bawah pohon. Di tengah kesunyian yang tenang, dua pasang mata saling bertaut, penuh makna dan kehangatan yang tak terucap.

Mereka saling menatap dalam, saling menyalurkan rasa tanpa kata. Mata si manis berbinar lembut penuh cinta. Begitu juga Jaehyuk, si manis selalu terlihat cantik di matanya.

"Jangan mengatakannya, Jaehyukkie" Asahi melarang apapun yang akan diucapkan. Jaehyuk hanya cemberut sebentar sebelum akhirnya kembali tersenyum pada si manis.

Jaehyuk tahu Asahi terlalu berhati-hati. Terlalu takut akan dunia yang belum tentu mau memahami. Tapi hatinya tetap sabar.

"Jihan pasti menyukaimu, aku yakin itu" Ucap Jaehyuk menenangkan. Dia tahu si manis masih ragu untuk maju selangkah demi selangkah.

Namun, Asahi menggeleng pelan. Ia tersenyum, senyum kecil yang menggambarkan ketenangan dan penerimaan.

"Seperti ini saja sudah cukup," bisiknya, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Jaehyuk. Ia menolak rakus akan cinta.

Asahi tidak meminta dunia, tidak meminta pengakuan, bahkan tidak meminta waktu yang kekal. Ia hanya ingin momen ini, detik ini, dengan Jaehyuk, di dunia kecil mereka sendiri.

Asahi menyamankan diri seperlunya. Ia tidak ingin serakah, tidak ingin meminta lebih dari yang sekarang dia miliki. Asahi sudah cukup bahagia.

Jaehyuk perlahan merengkuh tubuh Asahi ke dalam pelukannya, memeluk erat tubuh itu seolah tak ingin melepaskan.

Asahi membiarkan dirinya tenggelam dalam kehangatan itu, membiarkan aroma kayu manis kesukaannya menenangkan hatinya yang selalu penuh keraguan.

"Aku boleh bertanya, tidak?" Asahi tidak menjawab, hanya menatap mata Jaehyuk sambil mengedip pelan.

"Duluu sekali, yang kamu maksud itu, kapan? Saat kita kecil?" Jaehyuk bertanya.

Senyum Asahi sedikit memudar. Ia tenggelam dalam pikirannya sendiri untuk mendapatkan jawaban.

"Cukup lama, tapi bukan saat kecil" jawab Asahi akhirnya, menghindari memberi tahu kebenaran penuh. Beberapa rahasia lebih baik disimpan sendiri, bukan karena tidak percaya, tapi karena kejujuran itu menyakitkan.

Ia tidak ingin Jaehyuk tahu segalanya. Tidak ingin membuka seluruh luka dan rasa yang selama ini ia pendam. Ia hanya ingin menjaga yang sekarang, yang ada di depan matanya.

"Setidaknya sekarang sudah lebih baik. Itu cukup buatku, Jaehyukkie" lanjut Asahi.

Si manis menenggelamkan wajahnya ke dalam pelukan. Bergumam sendiri mengutarakan perasaannya.

"Aku mencintaimu" gumamnya pelan, hampir tak terdengar. Kalimat itu tidak meluncur untuk didengar dunia.

Jaehyuk membalas dengan gumaman yang sama. Suaranya sedikit bergetar, bukan karena takut, tapi karena perasaannya terlalu penuh. Mereka membiarkan waktu melambat, membiarkan dunia di luar tidak ikut campur dalam dunia kecil mereka.

Namun di balik pelukan itu, ada satu hal yang tak bisa sepenuhnya terobati, ketakutan Asahi akan dunia. Ia mencintai Jaehyuk, tapi ia juga tahu bahwa cinta mereka tidak akan mudah diterima.

Jaehyuk mengerti, meski hatinya ingin berseru kepada dunia bahwa ia mencintai Asahi. Tapi demi Asahi, ia memilih diam. Ia memilih mencintai dalam sembunyi, dalam pelukan, dalam kata-kata yang hanya mereka berdua yang mendengar.

Mereka tidak meminta dunia mengerti. Mereka hanya ingin mencintai, sebisanya, selama mereka bisa. Dan untuk saat ini, itu sudah cukup.

Setidaknya, bagi Asahi.

The Last || JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang