9. Peternakan

100 13 1
                                        

"Yang mulia yakin ingin bepergian seorang diri?" Permaisuri bertanya di ambang pintu. Dia melihat suaminya yang tengah mematut diri di depan cermin mengenakan pakaian sederhana.

"Hm hm, tidak perlu khawatir. Aku sering melakukannya sejak sebelum kita menikah" Jawab si raja yang baru saja naik tahta.

"Tapi kan, sekarang statusmu adalah raja. Bukan lagi anak gubernur kota timur"

"Semua akan baik-baik saja, Jane. Tidak ada yang berubah sekalipun aku telah menjadi raja"

Permaisuri tidak lagi menyanggah suaminya. Setelah menikah selama satu bulan, mungkin dia harus menghormati hal yang telah jadi hobi raja baru itu.

Banyak warga menyambutnya santun, kastanya yang sejak awal tinggi menjadi lebih tinggi lagi setelah menikahi anak gadis satu-satunya dari raja sebelumnya. Raja baru yang menaiki tahta setelah dua bulan menikah itu memutuskan untuk kembali menjadi dirinya dulu untuk menyambut musim gugur.

"Kenapa hari ini dingin sekali? Jangan lupa pakai baju hangat" Begitu sapanya saat menemu seorang gadis di peternakan ujung desa. Gadis itu tampak mengenakan terusan warna putih usang yang lebih cocok untuk hari di musim panas.

"Baju saya sudah cukup hangat, tuan" Begitu balasnya. Sang raja sedikit terkejut ketika seseorang tidak menyapanya dengan sebutan yang mulia. 'Mungkin memang gadis itu lebih nyaman dengan sebutan tuan.'

"Apa peternakan ini milikmu?"

"Bukan, tuan. Saya hanya membantu merawat kuda dan sapi milik Tuan Loen"

"Bisakah aku membeli salah satu dari mereka?"

Si gadis dengan cepat menggeleng. "Saya hanya membantu merawatnya, tuan. Jika anda berkenan membelinya, anda bisa menemui Tuan Loen di kediamannya"

Tentu dirinya tidak dengan sungguh-sungguh ingin membeli. Tapi melihat bagaimana gadis di hadapannya menjawab, sang Raja menunjukkan senyum simpul.

Namanya Ash, tanpa marga karena dia hidup sebatang kara. Begitulah yang raja baru itu ketahui dari gadis tersebut. Gadis ini sama sekali tidak mengetahui dirinya yang merupakan raja di negeri barat laut sana.

"Hari mulai gelap, kembalilah pulang. Aku akan sering menemuimu di sini" Begitu titah raja pada Ash. Si gadis tidak menyanggah ataupun memberikan respon lainnya. Dengan begitu raja beranjak pergi bersama kuda yang menemaninya berkeliling kota.

Satu minggu.. Minggu berikutnya... Selang waktu bulan-bulan selanjutnya.... Tanpa terasa keduanya acap kali bertemu selama satu musim.

Raja datang membawa beberapa potong kain tebal bersamanya pada pertemuan kali ini. Gubuk tua pemberian Tuan Loen untuk Ash telah berkali-kali menjadi tempat keduanya bertemu dan menghabisi petang bersama.

"Sebentar lagi musim dingin. Salju akan turun lebat seperti biasanya. Ku mohon jangan menolaknya lagi" Raja memasang wajah yang sangat meminta untuk dikasihani, Ash tidak bisa lagi memberikan alasan untuk menolaknya.

"Aku penasaran dengan pekerjaanmu di pusat kota sana. Kain ini sangat tebal dan lembut, pasti harganya sangat mahal" Jemari lentik Ash menyusuri kain tebal pemberian raja. Dirasakannya bulu halus yang tentu tidak dibuat dari sembarang bahan.

"Aku hanya mengelola berkas lama bersama beberapa orang tua" Raja tidak sepenuhnya berbohong, tapi entah mengapa ia enggan menyebutkan status aslinya pada gadis di hadapannya.

"Apa suatu hari nanti aku dapat melihatmu bekerja di pusat kota?"

Pertanyaan sederhana, jawabannya pun hanya ada dua. Tapi raja memilih bungkam. Ash tidak pernah pergi jauh dari tempatnya bekerja, pun datang ke acara penobatannya di musim panas lalu. Terbukanya identitas dirinya sebagai raja akan mengakhiri hubungan baik diantara keduanya.

The Last || JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang