Asahi menunggu Haruto menjemputnya di halte dekat apartemen. Mereka berencana untuk pergi jalan-jalan ke suatu taman bermain. Musim belum terlalu dingin, oleh karena itu Asahi mau diajak pergi.
"Apa aku terlalu lama, hyung? Hidungmu merah" Haruto menyambutnya dari kursi pengemudi. Dia hanya menurunkan jendela bagian penumpang agar dapat melihat Asahi di luar sana.
"Cuacanya yang sangat dingin, Haru" Asahi masuk ke dalam mobil Haruto. Bernapas lega saat merasakan penghangat mobil yang tengah menyala. Haruto menyerahkan satu heatpack pada Asahi. Yang lebih tua menerimanya dengan senang hati.
Mobil Haruto melaju dengan kecepatan sedang. Dia hanya memperhatikan jalan sambil mendengarkan Asahi yang sesekali bersenandung.
"Apa Jihoonie ke kantor papanya lagi?" Asahi menanyakan kabar Jihoon ke Haruto. Seolah sudah jadi kebiasaan karena dia jarang menanyakan kabar Jihoon secara langsung.
"Jihoon hyung harus mengurus satu project besar di perusahaannya. Mungkin aku juga akan jarang bertemu Jihoon hyung di kampus" Haruto melirik sekilas Asahi yang tengah cemberut.
"Telepon saja, Jihoon hyung tidak akan marah kalau kamu yang mengganggunya" Haruto menyerahkan ponselnya pada Asahi. Ponsel itu sudah berdering menghubungi nomor Jihoon di seberang sana.
"Kenapa, To?"
"Jihooniee"
"Ohh, kenapa Sahi-ya?" Nada bicara Jihoon melembut ketika mendengar suara Asahi.
"Asa sudah lama ngga lihat Jihoonie. Kata Haru, Jihoonie sibuk" Asahi merengek pada orang di seberang sana. Jihoon terkekeh gemas dengan kelakuan salah satu teman lamanya ini.
"Nanti kita jalan-jalan, okay? Kalau perlu tidak usah ajak Haruto supaya kita bisa bebas"
"Oi, aku dengar" Haruto ikut menyahut ketika namanya disebutkan.
"Hari ini Haru ajak Asa ke taman bermain. Katanya seru kalau ke sana sebelum musim dingin"
"Hati-hati, bilang padaku kalau Haruto galak. Nanti aku yang memukul hidungnya"
"Eyy, hidungku itu aset tau" Haruto menyahut lagi. Asahi ikut tertawa mendengarkan dua temannya yang bercanda dengan cara mereka.
Telepon diputus karena Jihoon ingin melakukan hal lain di kantornya. Dia berpesan pada Haruto untuk menjaga Asahi selama mereka jalan-jalan. Tubuh Asahi yang cenderung lebih kecil di antara mereka bertiga membuat Jihoon dan Haruto seolah membagi tugas untuk menjaganya.
Haruto dan Asahi tiba di tempat tujuan setelah hampir satu jam menempuh perjalanan. Asahi melupakan rasa dingin yang ia keluhkan sebelumnya. Kini dia terlihat bersemangat ingin menjajal berbagai wahana yang ada di sana.
"Haru ayo main seluncuran" Ajak Asahi, lelaki itu berlari kecil lebih dulu. Haruto mengikutinya dari belakang. Selama Asahi masih di dalam pengawasannya, ia akan membiarkan lelaki dengan tubuh lebih kecil itu bergerak semaunya.
Perosotan dengan ketinggian sedang, mobil kecil tanpa mesin, roller coaster, korakora, dan masih banyak lagi. Energi Asahi seperti tidak ada habisnya setiap kali diajak pergi ke taman bermain. Kunjungan mereka akhiri dengan pergi ke toko souvenir yang ada di dekat gerbang keluar.
"Haru, ayo beli ini" Asahi menunjukkan sepasang bando dengan aksesoris telinga kucing kepada Haruto.
"Hyung mau beli dua?"
"Bukan ihh, satunya untuk Haru" Tangan Asahi memasangkan bando berwarna hitam ke kepala Haruto dan bando berwarna putih kepada dirinya sendiri. Dia menarik Haruto ke cermin terdekat untuk melihat pantulan diri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last || Jaesahi
Fiksi PenggemarKetika setiap jiwa diberikan empat kali kesempatan untuk berada di dunia, mereka memiliki permulaan yang hampir serupa dengan hidup-hidup sebelumnya. Yang berbeda adalah ketika hati nurani dan takdir lain mengajak mereka mengambil langkah. Di hidupn...
