Jaehyuk berjalan tenang dengan menggandeng Jihan di tangan kanannya. Kunjungannya kali ini bukan dalam rangka urusan pekerjaan, melainkan menemui ayahnya yang sedang melarikan diri dari kenyataan.
"Ayah, aku masuk" Jaehyuk berbicara usai mengetuk pintu, dia hanya perlu menghitung 3 detik sebelum membuka pintu besar di hadapannya.
Jaehyuk selalu membiasakan diri untuk memberi tahu sang ayah bahwa dia akan masuk. Sehingga Jeonghan, ayahnya tahu kapan harus menutup obrolan yang hanya boleh ia ketahui dengan lawan bicaranya. Anak perempuan yang digandeng oleh Jaehyuk berlari ke arah kakeknya, tangan Jeonghan terbuka lebar menyambut dengan pelukan.
"Tuan muda Yoon ternyata cenayang" Kim Mingyu, pemimpin tertinggi di gedung yang Jaehyuk datangi berucap satir. Dua lelaki Yoon hanya tertawa singkat.
Mudah saja bagi Jaehyuk untuk mengerti tempat ayahnya berada. Terutama ketika dia dengar tentang berita yang tersebar tadi siang. Ayahnya butuh istirahat dari lingkungannya di gedung utama.
Beberapa tahun terakhir, Diamond Group sering menjadi topik utama berita. Meninggalnya pewaris utama, perselingkuhan istrinya, penyelewengan kuasa sekretaris lamanya, dan Jihan. Ayahnya lelah dan selalu mengingat banyak hal di kantor besar di pusat kota itu.
"Titip ayah ya, paman. Masalah dengan ibu biar aku yang urus" Tatapan tanda tanya yang diberikan Mingyu membuat Jaehyuk menyimpulkan bahwa teman ayahnya ini belum melihat berita tadi siang.
"Ibu nuntut ayah soal saham Diamond Group"
Penjelasan Jaehyuk mengubah cara Mingyu menatap temannya itu, ini sudah kasus ke sekian yang menyangkut pautkan perusahaan rintisan kakeknya dalam enam tahun terakhir. Jika Jeonghan ingin egois, rasanya ingin sekali memusnahkan gedung besar 20 lantai itu rata dengan tanah. Meninggalkan nama Diamond Group sebagai mantan perusahaan besar yang pernah jaya.
"Harabeoji ayo ketemu mama" Jihan ikut berbicara bersama para lelaki dewasa.
"Harabeoji akan ketemu mama, tapi kapan-kapan ya? Nanti harabeoji akan ikut ketemu mama sama Jihan" Jeonghan menatap lembut Jihan yang tengah tersenyum kepadanya.
Jaehyuk dan Mingyu hanya menatap dalam diam. Keduanya tidak ingin melukai momen bahagia Jeonghan saat ini. Jeonghan menyukai kehadiran Jihan, tapi Jihan adalah alasannya kehilangan banyak orang di hidupnya.
"Ayah, semuanya bukan salah ayah. Ayah ga perlu datang ke kantor kalau masih butuh istirahat. Aku yang akan gantikan sementara"
Jeonghan mengangguk pelan, Mingyu kurang lebih tau kalau temannya itu akan sering ke kantornya untuk beberapa waktu. Dia tidak keberatan sama sekali, sekalipun nanti kedatangan Jeonghan hanya untuk menunjukkan diri bahwa dia masih hidup. Temannya ini butuh waktu dengan dunianya sendiri.
"Jihan, ayo. Pamit dulu sama harabeoji" Kunjungan mereka berakhir cepat, sekarang saatnya Jihan dan Jaehyuk untuk pulang.
Gadis belia usia empat tahun itu memeluk leher kakeknya sebelum turun dari pangkuan. Kakinya melangkah gesit menuju Jaehyuk, memeluk kaki besar sebelum tangan Jaehyuk meraihnya untuk melangkah keluar ruangan.
Jaehyuk dan Jihan tidak langsung pulang, keduanya mampir ke cafe dekat kantor Mingyu yang sudah beberapa kali Jaehyuk kunjungi."Selamat datang" Sambut lelaki kulit putih hampir pucat. Tanpa seri di pipi dan bibir, orang akan mengiranya sedang sakit.
"Papa, Jihan boleh minum coklat?" Gadis kecil itu meminta izin pada Jaehyuk dengan tatapan penuh harap. Jaehyuk mana mungkin menolaknya.
"Pesan segelas teh dan satu coklat panas, ya" Asahi mengangguk singkat, menyuruh mereka untuk menunggu pesanan dibuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last || Jaesahi
FanfictionKetika setiap jiwa diberikan empat kali kesempatan untuk berada di dunia, mereka memiliki permulaan yang hampir serupa dengan hidup-hidup sebelumnya. Yang berbeda adalah ketika hati nurani dan takdir lain mengajak mereka mengambil langkah. Di hidupn...
