3. Suara Ryu

192 31 2
                                        

Salah satu kebahagiaan yang Asahi rasakan di kehidupannya yang sekarang adalah sekolah. Bahkan ayahnya menyekolahkan Asahi sampai tingkat universitas.

Asahi menyukai seni sejak tiga kehidupan sebelumnya. Dahulu Asahi suka bersenandung di pagi hari sambil menyulam sapu tangan. Di lain waktu orang sekitar akan melihatnya menggambar dengan alat yang dia punya. Sekarang kesempatan merasakan jenjang pendidikan tingkat tinggi juga ia gunakan sebagai mahasiswa jurusan seni. Ketertarikannya terhadap seni tidak pernah luntur meskipun jiwanya sudah berumur lebih dari seribu tahun.

Namun rasanya takdir tengah mengajak Asahi bercanda. Dia melihat sosok Ryujin di salah satu bangku kelas pertamanya pada hari senin. Gadis itu tengah sibuk dengan dunianya sendiri. Headphone yang menutupi telinganya tanda kalau Ryujin tidak menyimak apapun selain musik yang berputar.

Meski rambutnya tidak lagi panjang sampai pinggang dengan warna legam, Asahi mengakui kalau Ryujin memilih gaya rambut yang sesuai untuknya. Baju terusan kusam yang sering ia gunakan di kehidupan sebelumnya kini tergantikan dengan pakaian kasual ala tren sekarang.

Penampilan Ryujin sekarang benar-benar menghilangkan pesona gadis desa lugu yang Asahi alami tiga kali. Yang terlihat sekarang adalah gadis yang hidup dengan caranya sendiri.

Asahi duduk beberapa bangku di belakang Ryujin. Dia hanya memperhatikan Ryujin dari tempat duduknya. Kenapa aku baru melihatnya sekarang? Padahal sudah lewat masa orientasi kampus.

Ryujin terlihat menjeda kegiatan yang tengah ia lakukan karena merasa fokusnya terpecah. Asahi melihatnya mengalihkan pandangan dari kanan ke kiri seolah mencari sesuatu.

Apa yang dia cari? Sepersekian detik selanjutnya, mata Ryujin bertemu dengan tatapan Asahi ke arahnya.

"Auw.. " Rintih Ryujin. Dia baru saja menarik paksa otot lehernya untuk melihat ke belakang. Rintihan samar terdengar Asahi karena suasana kelas yang semakin ramai.

Peristiwa yang terjadi barusan hanya dianggap angin lalu oleh Asahi. Setelah kelasnya selesai, dia segera pergi menuju kantin fakultas seorang diri.

"Kamu siapa?" Cetus suara perempuan yang tiba dan duduk di depan mejanya. Itu Ryujin.

"Ah-ya.. A-asahi" Cara bicara Ryujin terlalu datar untuk orang asing, Asahi harus merutuki pelan dirinya karena tergagap saat menjawab Ryujin.

"Bukan itu. Kamu siapa sebenernya?" Nada suara Ryujin semakin menekan dan membuat Asahi bergeming takut. Mama, Asa ada salah apa hari ini?

"Kan!! Suaranya sama kaya suaraku!" Ryujin sedikit menjerit. Asahi mengerutkan kening karena bingung.

"Sama?" Ulang Asahi. Gadis itu mengangguk singkat.

"Biasanya suara hati orang bakal sama kaya suaranya saat ngomong. Tapi kenapa suara kamu beda? Bahkan suara hati kamu sama kaya suara hati aku?" Meskipun memori Asahi yang berusia seribu tahun masuk ke dalam kategori tidak wajar. Dia tidak habis pikir bagaimana gadis di hadapannya ini dengan gamblang menceritakan hal ganjil yang ia alami?

"Anu.. Ryujin-ssi, maksud kamu apa ya? Aku gak paham"

"Eh.. Kok kamu tau namaku?" Ryujin menyipitkan matanya penuh selidik.

"Kita pernah ketemu waktu kamu ke kafe tempat aku kerja" Jelas Asahi.

"Oh ya?........aaa, iyaa" Asahi bingung dengan tingkah Ryujin. Sedetik bisa sangat dingin, datar, sulit digapai. Sedetik selanjutnya jadi sangat periang dengan segala kecerahan di sekitarnya. Bagaimana aku harus bersikap? Bersahabat kah? Atau menjaga jarak?

The Last || JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang