7. Berubah?

135 24 5
                                        

Kali ke sekian, Asahi melihat orang yang sama datang menyambangi tempat ia berdiri. Wajahnya tidak lagi berlapis senyum ramah tamah seperti awal mereka bertemu, tapi menampilkan ekspresi jengah terhadap dirinya yang terus memberikan reaksi yang sama.

"Bisa ngga, sih? Senyum gitu lho. Saya pelanggan padahal" Begitu keluhnya.

"Hyungiee, ayo tukeran tempat" Asahi berteriak pada seseorang yang berdiri di balik pintu dapur cafe.

Jaehyuk hanya menghela napas. Selalu begitu setiap kali dirinya mulai mengajak Asahi berbicara. Antara merespon ketus atau menghindar, tidak pernah berubah.

Sosok di hadapannya telah berganti menjadi seorang laki-laki berambut coklat muda. "Anda mau pesan apa?"

Di sisi lain dari cafe, Asahi melamun sambil menata ulang piring gelas yang sudah bersih. Dia tidak tahu apa yang sedang dirasakannya saat ini. Jantungnya terus berdegup kencang seperti awal mula bertemu Jaehyuk baik di kehidupan sekarang maupun sebelumnya.

Namun jika dikatakan dia senang akan kehadiran sosok Jaehyuk di hadapannya, rasanya belum sampai sejauh itu. Asahi tidak tahu mengapa ia terus berusaha menghindari Jaehyuk setiap kali dia datang.

"Sa, anter pesenan ke meja 10 yaa" Mendengar perintahnya, Asahi bergegas meletakkan piring terakhir dan mendatangi teman kerjanya di kasir tadi.

Satu cappucino, satu coklat panas, satu keranjang kue kering, dan sepotong kue manis. Tangan Asahi dengan telaten membawa nampan dengan empat hidangan berbeda itu menuju ke meja yang dimaksud.

Pemilik pesanan duduk manis sambil memainkan ponselnya. Tidak perlu mendongak, Asahi hafal betul pakaian apa yang dikenakan oleh Jaehyuk hari itu.

Coat selutut berwarna hitam telah disampirkan pada sandaran kursinya. Menyisakan turtleneck warna coklat dengan lengan yang sedikit digulung menjadi penampilan utama Jaehyuk sekarang. Kacamata dengan bingkai hitam tipis menambah aksen dewasa yang sesuai dengan kehidupan di abad ini.

"Nungguin seseorang?"

"Iya, nungguin kamu. Sekarang duduk"

Baru saja bibirnya terbuka untuk membantah, Jaehyuk dengan cepat menambahkan kalimatnya. "Temen kamu tadi udah ngebolehin"

Asahi tetap diam ketika tangan Jaehyuk membawanya duduk. Lagi-lagi Jaehyuk menunjukkan dirinya yang serius, Asahi tidak pernah menyukai suasananya.

Baik itu dengan statusnya sebagai bangsawan, raja, ataupun anak tuan tanah sekalipun. Asahi membenci Jaehyuk yang menunjukkan kuasanya.

Tanpa perlu menanyakannya, Asahi dapat melihat dengan jelas kalau Jaehyuk bukan dari kalangan ekonomi menengah. Tapi zaman telah berubah, tidak ada lagi kasta di kehidupan yang sekarang. Baik dirinya maupun Jaehyuk sudah sama-sama setara.

"Kenapa sih kayanya ga suka banget liat saya?"

"Engga tuh, biasa aja" Asahi menyangkal. Alis lawan bicaranya naik sebelah, tanda tidak percaya dengan apa yang baru saja Asahi ucapkan.

"Saya aja ga kenal kamu, tapi kenapa saya sepenasaran ini ngeliat kamu?"

"Kalau cuma penasaran, kenapa harus sampai ngobrol duduk begini? Saya sibuk, tuan"

Gerakan Asahi yang berusaha bangkit dari duduk dihentikan dengan satu titah mutlak dari Jaehyuk. "Duduk. Saya belum selesai ngomong"

Lupakan jatung yang berdetak tidak karuan, Asahi kesal dengan tabiat memerintah Jaehyuk. Sejak keputusannya untuk mengajak Asahi berbicara, Jaehyuk melupakan semua pendekatan halus yang umumnya ia gunakan. Sosok kulit pucat di hadapannya sekarang harus menjawab pertanyaannya.

The Last || JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang