23. Festival Nusantara

13 4 0
                                    

Suasana semarak menyambut Gloria dan Sam saat tiba di sebuah lokasi. Sam membawa Gloria ke festival Nusantara, di mana berbagai jajanan tradisional seluruh Indonesia dijual di sana.

Seperti dugaan, ada banyak sekali penjual yang menjajakan makanan andalan mereka. Mata Gloria mendadak lapar dan ingin memakan semuanya meskipun perutnya akan melarat.

Sam tampak bersemangat mengabsen apa saja yang tersedia. Jika sedang kedinginan, ada banyak makanan berkuah yang lumayan untuk membantu menghangatkan badan.

Bagi yang sedang emosi, disini juga ada minuman dingin untuk menyejukkan pikiran. Tak lupa makanan berbumbu khas yang mulai menusuk indera penciuman. Lengkap pokoknya.

Gloria itu terperangah. Ia menatap Sam dengan mata berbinar. "Samsuddin! Kok, lo baik banget, sih, mau bawa gue ke festival nusantara?!" teriaknya heboh.

"Iya, dong." Sam tertawa." Lo suka, kan?"

Gloria mengangguk antusias. Wajahnya terlihat gembira sekali, seperti baru saja menemukan tambang emas murni. Makanan enak adalah salah satu nikmat Tuhan. Cara menikmatinya, ya, dengan menyantap semua yang terhidang, begitu pikir Gloria.

Di dalam hatinya, Sam berteriak lebih nyaring dari Gloria. Berhasil membuat sang gebetan terkesan adalah suatu hal yang membanggakan. Apabila bisa menemui momen di mana Gloria senang berjalan bersamanya, ke depannya Sam yakin terasa lebih mudah untuk mendekati macan betina itu.

Suasana di festival nusantara ramai sekali. Gloria melemaskan leher dan jari jemari. Ia siap bertempur mencari berbagai makanan yang ia suka.

"Samsuddin, kita mencar aja, ya? Biar kita dapet banyak makanannya!" seru Gloria semangat.

"Eh, kok, mencar?!" protes Sam.

"Bodo!"

Tanpa menunggu tanggapan lainnya dari Sam, Gloria segera melesat dan mencoba membaur dalam keramaian ummat manusia yang sama-sama kelaparan. Ada yang bergandengan tangan dengan pasangan halal, pasangan tidak halal alias pacaran, sahabat, keluarga kecil yang bahagia, maupun keluarga besar sejahtera nan sentosa.

Gloria berhenti didepan stand sate. Ia melihat nama yang tertera di depannya, Sate Pak Uda. Pembelinya lumayan banyak, tapi demi seporsi sate lezat dipadu dengan lontong berkuah kacang, Gloria rela menunggu selama beberapa saat.

"Pak, satu!"

"Pak, satu!"

Gloria menoleh, ada suara lain yang mengikuti suaranya. Suara yang sudah akrab terdengar selama beberapa hari di sekolah, serta suara yang selalu saja mengganggu ketenangannya.

"Samsuddin, lo ngapain ngikutin gue?" tanya Gloria tak santai.

Sam mengangkat bahu. Pertanyaan itu tidak lazim ditanyakan pada seseorang yang sudah jelas sedang memesan sate.

"Gue nanya, woi. Kenapa lo malah angkat-angkat bahu? Lo lagi senam aerobik?"

"Gue juga pengen sate, Glo. Lagian gue gak setuju kita mencar."

"Kalo gak setuju, kenapa gak bilang?"

"Gimana caranya bilang, lo aja langsung pergi kayak cempe baru lepas kandang."

Gadis itu mendengkus sebal. Cempe merupakan sebutan untuk anak kambing. Bisa-bisanya, Sam menyamakan dirinya dengan hewan. Namun, ia tak mau memperpanjang masalah. Intinya, sekarang Gloria harus membeli makanan sebanyak mungkin. Siapa yang membayar? Tentu saja Samsuddin. Toh, dia yang mengajak dirinya ke sini.

"Mas, Mbak! Lontongnya mau dicampur apa dipisah?" Suara Pak Uda memecah keheningan.

"Dua-duanya campur aja, Pak. Aduk-aduk sampai nyatu kalau bisa." Setelah mengatakan pesanannya, Sam mencoba melirik Gloria.

TOXIC [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang