47. Batas

24 2 0
                                    

"Kaki lo udah sembuh kayaknya," ucap Athena sambil menatap kaki orang di depannya. "Baguslah, Claire."

Claire menyilangkan tangan di dada. Obsesinya ingin menang dalam hal apapun dari Athena membuatnya keluar rumah tanpa sepengetahuan Hardian. Selagi papanya tengah lembur weekend, Claire memanfaatkan itu untuk menjumpai Athena lagi.

Menurut Claire, keputusan Hardian sangat tidak adil. Semenjak tahu Athena adalah putrinya, sikap Hardian berubah. Kasih sayangnya terbagi. Claire tidak suka itu.

Maka tanpa peduli pada peringatan Hardian, ia kembali bergerak sendirian. Apapun akan dilakukan demi mendapatkan El kembali. Sejak awal, El adalah miliknya. Namun, Athena berani membuat cowok itu berpaling dan meninggalkan Claire begitu saja.

Tak peduli pada fakta bahwa El hampir menenggelamkan dirinya di danau, Claire tetap menginginkan dia. Gadis itu ingin Athena sendirian. Tak punya siapapun yang akan melindungi dia. Salah sendiri mengacaukan hidupnya. Andai saja Athena menurut, pasti tidak akan sampai seperti ini.

"Lo sendirian, Athena. Apa nggak takut gue apa-apain?" Claire tersenyum sinis.

Bukannya takut, Athena malah duduk santai di atas ranjang. Wajahnya tampak begitu tenang, padahal ia tengah mengendalikan depresi yang memberontak muncul ke permukaan.

Namun, apapun yang terjadi, setidaknya Athena akan berusaha melawan. Ia tidak ingin menyerah di awal. Jika Claire memiliki rencana baru, Athena pun sama. Kehilangan berkali-kali membuat dia muak terus menerus mengalah.

Melawan adalah satu-satunya jalan mempertahankan apa yang dimilikinya sekarang. Athena tidak mau kembali merasa kehilangan. Lukanya kemarin saja belum sembuh, masih parah, dan bernanah.

"Gue tau, lo pasti kesulitan buat hidup. Iya, kan?" ejek Claire sembari bertumpu pada tongkatnya.

"Pertanyaan lo kayaknya nggak butuh jawaban," jawab Athena kalem.

"Balikin El ke gue!" perintah Claire.

"Dia bukan barang, Claire," balas Athena.

Athena menyugesti dirinya agar tenang. Memperlihatkan raut wajah takut hanya akan membuat Claire bahagia, sedangkan Athena tidak mau gadis itu tertawa senang seperti yang sudah-sudah. Sekalipun Claire tertawa, itu harus dibarengi dengan air mata sampai ia gila.

"Lo tuli? Gue bilang, balikin El ke gue," ulang Claire penuh penekanan.

"Maksa, ya? Ya udah, ambil aja," balas Athena. "Kalo bisa."

Claire menggeram marah. Hari masih pagi, tapi emosinya sudah diuji. Perkataan Athena terdengar sangat santai. Seolah-olah El tidak akan berpaling lagi darinya. Ia merasa diremehkan.

"Semalam papa marahin gue. Katanya, gue terlalu maksa dan hampir kayak orang nggak punya harga diri demi dapetin El balik. Papa juga minta gue buat jauh-jauh dari lo seolah-olah gue yang bikin hidup lo sengsara," ucap Claire penuh kebencian.

Athena tidak peduli sama sekali sebaik apa hubungan mereka. Lalu, kenapa Claire bercerita pada dirinya?

"Tapi, gue janji bakal bikin El balik. Apapun caranya, sekalipun harus maksa papa buat bikin lo nurut sama gue!" Claire tertawa di akhir kata.

Athena tersenyum kecil. Sepertinya, Claire cocok menjadi anak dari Hardian. Mereka berdua sama-sama menyebalkan dan suka melihat orang lain menderita.

"Claire, jangan menilai diri sendiri terlalu tinggi. Nggak ada alasan buat nurut sama lo apalagi papa lo."

"Itu ... papa lo juga." Claire terlihat enggan saat mengatakan hal itu.

"Mau kalian datang sembah sujud dua belas kali sehari pun, selagi gue nggak mau ngelakuin sesuatu, ya, tetap nggak mau," kata Athena tanpa memedulikan perkataan Claire.

TOXIC [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang