"Claire menjumpai Athena," kata El sembari menatap pria di hadapannya.
Mata Hardian melebar mendengar perkataan El. Berita barusan mengejutkan dirinya. Awalnya tak yakin sebab putri keduanya telah berjanji tidak akan ke mana-mana. Ia mengira Claire berada di rumah seharian. Ternyata dia kembali membuat masalah.
"Saya tau, saya nggak berhak ikut campur masalah keluarga Anda, tapi melihat bagaimana susahnya kalian sadar diri, rasanya saya harus bicara sama Anda. Tolong, jaga perasaan Athena. Jaga ketenangan dia. Jangan mengacaukan usaha kami," pinta El.
Raut wajah El terlihat begitu putus asa. Hardian tertegun. Rasanya ia tidak bisa menerima kata-kata El, tapi hatinya masih berfungsi dengan baik. Dirinya sadar, kehadirannya membuat Athena terus terluka.
Namun, Hardian tak bisa menjauh. Ada rasa bersalah yang harus ditebus. Ada cinta yang harus diberikan dengan tulus. Orang pasti akan mengatakan dirinya terlambat, tapi Hardian akan terus berusaha untuk itu.
El paham pada perasaan Hardian. Betapa sulit menjadi seorang ayah dari dua putri beda ibu. Apalagi Athena telah lama kehilangan sosoknya. Menerima kehadiran Hardian pasti tidak mudah.
Jangankan bersikap layaknya ayah dan anak yang saling merindu, mendengar nama Hardian saja sudah menjadi trauma tersendiri untuk Athena. El dan yang lainnya tidak bisa memaksa gadis itu bangkit dari masa lalunya.
Athena menghabiskan separuh dari usianya untuk mengarungi kehidupan penuh luka. Lantas, bagaimana mungkin perubahan itu bisa didapat dalam waktu singkat? Gila saja. El tidak seegois itu.
Sebagai orang yang pernah mendampingi maminya saat melewati masa-masa paling berat--kehilangan adik perempuan El di masa lalu, El tahu ada beberapa hal yang tidak boleh dipaksakan termasuk kesembuhan dan melupakan.
El mengerti bagaimana susahnya hidup berdampingan dengan depresi, makanya ia tidak akan memaksa Athena sembuh secepat mungkin. Jika memang proses Athena lama, tidak masalah. Toh, El tidak berniat pergi darinya.
Namun, jika Hardian dan Claire masih saja berulah, itu akan sulit. Bahkan, proses itu semakin lama. Bukannya pulih sedikit demi sedikit yang ada malah semakin parah.
Baru kali ini, El bersungguh-sungguh dengan perasaannya pada seorang gadis. Sampai-sampai dia berani meminta waktu Hardian untuk membicarakan masalah ini.
Ia tahu sudah bersikap terlalu lancang. Dirinya masih muda, masih belum tahu langkah baik apa yang harus diambil untuk mengatasi sebuah masalah. Namun, El melakukannya karena hati nurani yang meminta. Bukan asal gerak saja.
"Apa Athena benar-benar nggak bisa maafin saya?" tanya Hardian putus asa.
"Bukan saya yang berhak menjawabnya, Om. Athena sendiri yang punya hak di sini."
Hardian mengangguk. "Tapi, dia nggak mau ketemu saya."
"Mungkin belum, Om. Dia nggak bisa maksain dirinya buat baik-baik aja tiap ketemu sama Om. Asal Om tau, depresi Athena tadi sempat kambuh gara-gara Claire. Dia sampai lepas kendali," cerita El.
"Dia depresi?" Mata Hardian meredup.
"Iya, dan saya cuma bisa diam. Om tau rasanya gimana putus asanya saya, ngeliat orang yang saya sayang kayak gitu, tapi nggak bisa ngelakuin apapun?" kata El. "Saya bener-bener sayang sama Athena."
Jujur, Hardian tak tahu harus berkata apa. Ia sangat ingin menebus kesalahannya di masa lalu. Akan tetapi, Athena malah menolak kehadiran dirinya.
"Saya permisi, Om. Saya harap, Om paham sama kata-kata saya. Tolong, jaga Claire dari Athena. Hidup Athena udah terlalu berat buat ditambah sama tingkah putri Anda yang manja itu." El bangkit dari tempat duduknya dan berlalu dari hadapan Hardian.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [Tamat]
ChickLitAthena tidak pernah meminta lebih. Gadis berusia tujuh belas tahun ini hanya menginginkan cinta dan kasih sayang. Saat El datang mengulurkan tangan, Athena ragu karena terlalu takut nanti akan kembali merasakan kehilangan. Ia belum siap menumpuk luk...