Cerbung ini sudah terbit di Penerbit Lovrinz, Guys. Jadi dengan berat hati tamat di aplikasi sampai bab 50 aja. Ada 5 bab lagi yang diunpub biar gak dimarahin hehe. Jadi, selamat membaca dan terima kasih sudah baca cerita Mimin. Kalau mau novelnya, hubungi Mimin aja ya.
***
Barang-barang telah dikemas. Judulnya saja menginap di rumah sakit. Jika dilihat dari barang-barang bawaan, sebenarnya mereka membangun markas di sini. El meminta Sam dan Gabriel membawakannya sebagian ke bawah, sementara dirinya menjinjing satu tas berisi pakaian Athena.
"Heran gue, timbang nginap di rumah sakit doang bawaannya kayak orang mau ngekos. Banyak bener sampe mobil gue full sama barang lo pada. Piknik lo di sini?" gerutu Sam sembari berusaha mengangkat karpet.
"Berisik, dah." El meresleting tas kecil Athena usai memasukkan ponsel ke sana.
"Jidat lo, segala karpet dibawa-bawa. Tenda sekalian!" Sam masih mengomel.
"Biarin aja, El. Yang penting anaknya gerak," kata Gabriel kalem.
Seorang suster membantu Athena masuk ke kamar mandi untuk ganti baju. Setelah melepas infus, Athena didudukkan di kursi roda. Suster akan mengantarkannya hingga ke lobi rumah sakit.
Padahal, Athena merasa sanggup berjalan kaki. Akan tetapi, suster tersebut enggan menuruti kata-katanya.
Akhirnya, Athena terpaksa menerima dilayani. Jauh di dalam hati, ia merasa tidak enak. Kakinya sehat. Sanggup dibawa berjalan walaupun harus menggunakan tongkat sebagai alat bantu. Kenapa harus memakai kursi roda segala. Sudah begitu, didorong pula.
"Anggap aja susternya lagi gabut," bisik El tepat di telinga Athena.
"Nggak suka."
El paham pada perasaan Athena. Gadis itu selalu tidak suka mendapat pelayanan dari orang lain. Namun, bagaimana bisa dirinya membiarkan Athena berjalan sendiri ke lobi rumah sakit? Yang benar saja. Athena masih dalam masa pemulihan.
Digendong tidak mau, kursi roda-lah solusinya. Via pasti akan mengamuk juga kalau tahu Athena jalan sendiri. Lilia pun akan menjewer telinganya. Hal yang paling penting adalah El tidak mau Athena kelelahan dan kesakitan karena terlalu memaksakan dirinya.
Mereka tiba di lobi rumah sakit. Mobil Gabriel sudah menunggu. Via turut serta berdiri di tengah-tengah putra kembarnya. Di tangan Via ada buket bunga mawar merah yang amat besar. Sementara di tangan si kembar, masing-masing memegang paper bag berukuran medium.
Ketika Athena tiba, si kembar tersenyum lebar. Keduanya berebut mendekati Athena dan menunjukkan apa yang dibawanya.
"Kak, di sini ada hadiah atas kesembuhan lo. Ingat, ya? Pas sampe ke rumah langsung buka! Harus punya gue duluan!" Raja mewanti-wanti sambil mengangkat paper bag merah sejajar dengan wajahnya.
"Apaan, dah? Kak Athena harus buka punya gue duluan. Pokoknya, paper bag biru duluan!" timpal Rafa tak mau kalah.
Spontan Raja menatap sinis. Ia menepuk pipi Rafa, dan dibalas dengan perlakuan serupa.
Via menatap jengah. Ia mendorong kedua putranya agar menjauh dan langsung tersenyum manis saat menatap Athena. Buket di bunganya berpindah ke pangkuan gadis itu.
"Akhirnya, kamu bisa pulang juga. Selamat, ya, atas kesembuhannya. Jangan lupa kontrol ke sini buat ketemu sama Demian. Dia selalu menunggu waktu bercerita sama kamu," tutur Via lembut.
"Iya, Tante." Athena menjawab sekenanya.
Sejujurnya, ia tidak nyaman diperhatikan banyak orang. Berlama-lama di sini untuk apa? Toh, hanya beramah tamah saja. Kalau memang mau memberikan sesuatu, lebih baik diserahkan pada El saja. Bibir Athena lelah tersenyum sebab tak terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [Tamat]
ChickLitAthena tidak pernah meminta lebih. Gadis berusia tujuh belas tahun ini hanya menginginkan cinta dan kasih sayang. Saat El datang mengulurkan tangan, Athena ragu karena terlalu takut nanti akan kembali merasakan kehilangan. Ia belum siap menumpuk luk...