Beberapa orang suster masuk mengikuti Via. Pemeriksaan berkala harus selalu dilakukan pada Athena mengingat luka-luka gadis itu cukup serius. Tulang rusuk yang patah harus selalu dipantau setelah operasi. Perkembangan pemulihan luka dalamnya pun harus dipastikan meningkat atau memburuk.
Usai memastikan kondisi Athena normal, Via mengusap rambut gadis kesayangan El lalu beralih ke pipi yang agak lebam. Athena sedang tidur.
Ingin menunggu, tapi mereka tidak bisa berlama-lama. Masih ada beberapa pasien harus dikunjungi. Ditambah lagi ada pasien lain tengah menunggu dioperasi. Via keluar segera tanpa banyak bicara selain perintah-perintahnya pada suster.
Pintu ruang rawat Athena kembali terbuka, kali ini El yang datang. Ia masuk lalu duduk di kursi yang tersedia. Menatap lurus pada wajah Athena tanpa mengalihkan perhatiannya.
El menanti gadis itu membuka mata. Tadi, ia terpaksa pulang ke rumah membawa baju kotor. Biar asisten rumah tangga mencucikan semuanya. Setelah memasukkan beberapa pakaian bersih dalam tas El kembali meluncur ke sini.
"Lama banget. Biasanya, lo aktif. Nggak bisa diam. Kenapa sekarang malah diam tanpa disuruh?" gumam El.
Cowok itu melepas jaket kulit hitamnya lalu memilih tidur sejenak. Berbagai sugesti diucapkan di dalam hati demi menghibur diri. Mungkin, saat bangun nanti, Athena sudah sadar dan kembali mengomelinya. Mungkin Athena bangunnya bersamaan dengan dirinya.
Bumi terasa sepi tanpa suara Athena. Bagi El, Athena adalah pusat dunianya. Meskipun redup, gadis itu mengambil peran sebagai matahari. Sedikit saja ada kebiasaan yang berubah, rasanya hampa dan kesepian.
Tak lama setelah El terlelap, Athena perlahan membuka mata. Dia melihat sosok tampan itu yang sedang tertidur dengan posisi duduk. Sepertinya tak ingin jauh-jauh dari dirinya.
Sebenarnya, Athena sudah bangun sebelum El masuk. Namun, insting menyuruhnya memejamkan mata saat suara langkah kaki terdengar mendekat lalu masuk ke kamar rawatnya.
"Lo ngeselin, gue diam salah. Nanti gue banyak ngomong juga salah," gumam Athena.
Gadis itu mencoba merasa-rasa, bagian mana yang masih sakit. Nyeri di beberapa bagian, tapi terasa lebih baik dari kemarin. Pikirannya memutar kejadian itu dengan lancangnya, sampai-sampai Athena sakit kepala. Dia berusaha mengalihkan perhatian ke tempat lain.
"Ternyata hati gue yang lebih sakit," ucap Athena.
***
Hari demi hari terus berlalu. Keadaan Athena mulai membaik. Ia sudah dapat diajak mengobrol seperti biasa. Acara pembagian raport juga sudah lewat..Kali ini Athena hanya mampu berpuas diri di peringkat dua. Beberapa kejadian membuat dirinya tak bisa jadi juara pertama seperti tahun-tahun lalu.
Namun, Athena tak berkecil hati. Itu saja sudah bagus. Mengingat dirinya tidak mengikuti ujian di hari terakhir, peringkat dua merupakan sebuah anugerah tak terhingga. Apalagi konflik dengan Claire bisa saja membuat Athena tidak naik kelas.
Athena bukanlah orang ambisius. Lebih baik bersyukur daripada takabur. Semua sudah ditentukan oleh Tuhan. Bisa bersekolah kembali saja Athena merasa bahagia. Ia berjanji akan menjadi sahabat yang selalu ada untuk Gloria. Terharu rasanya mengetahui pergerakan macan betina itu di SMA Merdeka.
Gloria benar-benar tipikal sahabat yang ideal. Di depan Athena, menjadi pelindung yang galak bagai singa. Selalu ada saat dibutuhkan. Menghibur di kala susah melanda hati. Sampai rela bertengkar dengan Claire karena sibuk sekali mengganggu dirinya.
Di belakang Athena, Gloria mengupayakan segala cara untuk membuat Athena bahagia. Menyerang Claire sendirian. Mengumpulkan massa demi melakukan unjuk rasa agar Athena tidak dikeluarkan. Paling mengejutkan ialah fakta Gloria memaki-maki ayahnya di depan ruangan kepala sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [Tamat]
ChickLitAthena tidak pernah meminta lebih. Gadis berusia tujuh belas tahun ini hanya menginginkan cinta dan kasih sayang. Saat El datang mengulurkan tangan, Athena ragu karena terlalu takut nanti akan kembali merasakan kehilangan. Ia belum siap menumpuk luk...