"Dua mayat ditemukan mengambang di Kali Ciliwung dengan kondisi luka tusukan memenuhi bagian tubuh. Polisi masih menduga kasus ini adalah pembunuhan. Penyelidikan masih dilakukan hingga saat ini. Jenazah korban dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan proses otopsi."
Televisi rumah sakit menyiarkan kasus pembunuhan yang menewaskan seorang pria dewasa dan gadis yang disangka sebagai anak dari pria tersebut. Mayat keduanya tidak dapat dilihat dengan jelas, karena sudah dimasukkan ke dalam kantong jenazah.
Athena menekan tombol merah di remote hingga layar benda itu menghitam. Tak ada seorang pun di sini selain dirinya. El pamit pulang untuk mengambil beberapa buku pelajaran, Lilia sedang mencari makanan di kantin.
Sebuah seringai mengerikan terlukis tak sejalan dengan tatapan mata yang kosong. Tangan Athena menyibak selimut dan menatap baju pasien yang penuh oleh noda darah kering. Lalu, dibalik pakaian terselip sebuah belati berukuran sedang. Ada ukiran nama Athena di gagangnya.
Ia melompat turun dari tempat tidur, membuka tas berisi pakaian dan mengambil satu stel baju tidur. Usai mengganti pakaian, Athena memasukkan baju pasien tadi ke dalam plastik hitam besar dan menatapnya lekat.
'Siapa pun yang coba-coba merebut kebahagiaan aku, dia harus mati. Karena gak ada lagi harta tersisa selain El dan Tante Lilia. Selamat menempuh kehidupan di alam baru, Pa, Claire. Kita akan ketemu lagi di neraka!'
Mungkin nanti malam akan dibakar saat semua orang terlelap dalam mimpi. Ia naik kembali ke tempat tidur dan berbaring nyaman. Saat pintu terbuka menampilkan wajah teduh Lilia, gadis itu tersenyum manis sekali.
"Sayang, Tante beli pasta. Kamu makan dulu, ya? Keluar dari sini sudah harus gemuk!" kelakar Lilia.
"Iya, Tante. Aku pasti makan kalau disuapin sama Tante." Gadis itu tertawa renyah meski mata masih kosong.
Ia menatap layar televisi yang menayangkan siaran berita tentang penemuan mayat tadi. Bibirnya tertarik sedikit, membentuk senyum tipis setipis sekat antara tabir kehidupan dan kematian.
***
Mata Athena terbuka. Ia menatap langit-langit kamar. Mimpi barusan cukup aneh, tapi terasa memuaskan. Bibirnya mengukir senyuman. Jam dinding menunjukkan angka tiga. Terlalu dini untuk mengakhiri mimpi, tapi terlalu tanggung melanjutkan jika tidur.
El terlelap bersama Sam dan Gabriel di sofa. Dua makhluk perusuh itu tiba setelah azan Isya. Mereka datang membawa kabar gembira.
Konon, sekolah akan libur selama tiga hari karena persiapan ulang tahun sekolah. Semua angkatan Athena menjadi panitia, termasuk Sam dan Gabriel. Kemudian, mereka rusuh membicarakan betapa menyenangkannya bisa bebas dari mata pelajaran yang membosankan.
Iseng, Gabriel menyinggung soal pertengkaran El dan Athena saat bersama-sama menjadi panitia. Itulah yang menjadi awal mula pertengkaran. Perang bantal pun tak terelakkan. Sampai-sampai suster datang dan memberi peringatan.
Athena menghela napas panjang. Rasanya terlalu lama berada di rumah sakit. Jika bisa, Athena ingin pulang hari ini saja. Ia rindu rumah kecil yang pernah menjadi kediamannya bersama Sandrina.
Di sana, ada banyak kenangan yang tak ingin Athena lupakan. Bahkan kalau bisa, Athena ingin mengulangnya setiap saat. Sejahat apapun perlakuan sang mama, tak ada yang lebih baik dan lebih peduli ketimbang Sandrina. Bahkan ibu harimau pun tidak akan memakan buah hatinya.
Hanya Hardian yang tega membuang anak kandung sendiri demi perempuan lain. Lalu, ia sanggup hidup bersenang-senang bersama keluarga baru tanpa ingat pada Athena kecil yang menderita. Jika itu Sandrina, mungkin wanita itu tak akan bisa.
Sandrina rela menyembunyikan penyakitnya agar Athena tidak khawatir. Sampai ia tergeletak pingsan di depan gang, dan meninggal dalam kondisi menyedihkan. Hardian tak akan berbuat semanis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [Tamat]
ChickLitAthena tidak pernah meminta lebih. Gadis berusia tujuh belas tahun ini hanya menginginkan cinta dan kasih sayang. Saat El datang mengulurkan tangan, Athena ragu karena terlalu takut nanti akan kembali merasakan kehilangan. Ia belum siap menumpuk luk...