22. PDKT ala Sam

13 3 0
                                    

Kegiatan hari libur ala Gloria jauh berbeda dari El dan Athena. Ia mengisi hari-harinya dengan rebahan, makan, menonton televisi, rebahan lagi, lagi-lagi makan, terus menonton televisi, lalu mengulang kembali sejak rebahan hingga rebahan lagi. Mandi dilakukan bila sudah sangat gerah saja.

Bagi Gloria, sering mandi tidak akan membuatnya bertambah cantik, melainkan menambah tunggakan air, listrik, dan peralatan mandi. Itu tidak baik bagi kantong bundanya.

Ketika sudah melewati beberapa hari dengan kegiatan yang sama, akhirnya bosan tingkat kabupaten melanda hati dan tubuh Gloria. Ia mengambil ponsel untuk mengecek adakah pesan balasan dari Athena. Lalu kembali melempar benda pipih itu ke sembarang arah karena lima puluh persen kecewa, lima puluh persennya lagi ingin mengganti dengan yang baru.

"Gue gak bisa kayak gini terus. Lama-lama gue bisa mati karena bosan!" keluhnya.

Ia menggaruk rambut yang mulai kusut, lalu membanting diri ke kasur. Gloria mengumpulkan niat untuk tidur. Namun, niatnya gagal karena ponsel berbunyi nyaring.

"Asem!"

Gloria hampir terjatuh dari tempat tidur saat ingin mengambil ponsel yang tergeletak menyedihkan di atas karpet bulu beruang.

Ketika melihat nama si pemanggil, wajah cantiknya berubah menjadi wajah penyihir yang baru datang dari kegelapan. Yang diharapkan Athena, yang menelepon malah Samsuddin.

Setelah mengomel panjang lebar ia menggeser tombol hijau--menjawab dengan suara ogah-ogahan. "Halo, Samsuddin! Ngapain lo nelepon-nelepon gue? Ada perlu apa? Kalo gak ada, matiin lagi sebelum gue nongol dari layar hape lo buat cakar-cakar itu wajah!" ketus Gloria.

Terdengar suara tawa dari ujung sana. Gloria semakin kesal. Cowok bernama Samsuddin ini benar-benar tak tahu malu. Menelepon tanpa izin, sekarang malah tertawa dengan alasan yang dapat dipastikan sama sekali lucu. Garing, kriuk, kres!

"Ngomel mulu kerjaan lo, heran, deh. Keluar main, yok? Gue butuh piknik biar gak oleng."

"Lo pikir, lo siapa berani-beraninya ngajakin gue jalan?!"

"Banyak ngomong lo, Glo. Cepetan mandi sebelum gue berubah pikiran!"

Hati Gloria semakin meledak. Berubah atau tidak itu bukan urusan dirinya. Tak ada yang berharap Samsuddin datang menjemput dan mengajaknya liburan.

Akan tetapi, belum sempat ia menjawab, sambungan telepon sudah dimatikan. Gloria berdecak pelan. Samsuddin benar-benar tidak sopan sekali. Ia menoleh ke boneka awan berwarna merah miliknya.

"Wan, gue mandi, jangan? Samsuddin mau ngajakin gue liburan dengan pemaksaan."

Awan yang diberi mata, hidung, dan mulut itu tetap diam. Namun, kediaman benda mati milik Gloria justru dianggap sebagai jawaban.

"Jadi, gue harus mau, nih? Ya udahlah, daripada mati mengenaskan karena bosan. Bisa-bisa, gue masuk koran."

Setengah ikhlas setengah tidak, Gloria kembali melempar ponsel dan menyambar handuk. Sempat-sempatnya, Gloria berdoa agar benda itu tak bisa dihidupkan lagi ditambah dengan tak bisa diperbaiki. Dengan begitu, Alana akan membelikan ponsel keluaran terbaru.

Usai membersihkan diri dan keramas Gloria memilih baju. Celana kulot berbahan jeans dipadu blous bunga-bunga berwarna biru muda mungkin cocok digunakan untuk acara liburan hari ini.

Cukup manis, dibandingkan dengan gaun selutut atau memakai rok kembang. Pasti Samsuddin naik motor. Bukan masalah kendaraannya yang menjadi pertimbangan Gloria, melainkan ingin bergerak bebas tanpa takut pakaian bawah tersingkap.

Gloria mengambil hair dryer dan duduk di atas kasur. Di sela-sela kegiatan mengeringkan rambut, muncul satu pesan dari Sam. Cowok itu menanyakan alamat rumah Gloria.

TOXIC [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang