29. Penenang

13 2 0
                                    

Selang oksigen terpasang di hidung mancung Athena. Menurut Via, Athena sempat gagal pernapasan selama beberapa saat. Bisa jadi hal itu disebabkan oleh syok yang timbul akibat tenggelam. Makanya, untuk menunjang kerja paru-paru, dia harus dibantu dengan benda itu.

Gabriel menatap Athena, lekat. Kalau dilihat-lihat, sebenarnya Athena tidak terlalu cantik. Tergolong biasa dengan kulit sawo matang, wajah bulat, rambut sepinggang, dan tentu saja pendek. Pesona tersembunyi yang ia milikilah mampu memikat siapapun yang ada di sekitarnya.

"Hah, pegel!" ujar Sam sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa tepat di samping Gabriel yang sudah duduk.

Ia melihat-lihat hasil swafoto sambil cekakak-cekikik. Sejak tadi, Sam terlihat bodoh mengambil gambar beberapa kali. Wajahnya terpampang dengan konyol di sana. Sementara Athena terpejam lemas.

Gabriel menghela napas. "Lo gila apa gimana, sih? Orang sakit diajak foto. Masih mending kalo sadar. Lah, ini merem begitu," omel Gabriel tak habis pikir.

"Yang iri harap diam. Anjing menggonggong kafilah berlalu," gumam Sam asal. "Gue kangen Glo."

"Lo ngatain gue anjing?!"

"Lo merasa?"

"Dasar, Sam Otak Udang!"

"Nggak denger, nggak denger. Gue pakai makser!"

"Si bego, masker bukan makser!"

"Suka hati Sam, lah!"

"Ini anak pengen tak hih!"

Gabriel memijat kening yang berdenyut. Baiklah, jika pertengkaran mereka berlanjut hingga saling adu bacok, maka besok akan ada berita di Koran Sendo bertajuk : 'Dua Orang Siswa SMA Otak Udang Meninggal Di Ruang Rawat Karena Adu Mulut'.

"Taubat gue," keluhnya.

Di tengah adu cekcok siapa yang otak udang, suara ponsel Gabriel membuat suara-suara ribut itu terhenti sejenak. Gabriel melihat sebentar dan menekan tombol loud speaker agar Sam dapat mendengar juga. Telepon dari Arya, sang guru seni.

Mereka terpaksa memasang titik fokus tingkat tinggi saat suara di seberang saat nampak tergesa-gesa saat menjelaskan sebuah situasi dengan intonasi cepat serta panjang kali lebar. Ketika panggilan berakhir, mereka saling menatap dan memasang ekspresi yang sama. Terperangah.

"Nggak, nggak boleh!"

Mereka melihat ke sumber suara. Di sana Athena berdiri sambil bertumpu pada kedua tangan yang memegang tiang infus. Selang oksigen dan jarum infus berserakan diatas tempat tidur. Tangan gadis itu mengeluarkan darah, mungkin karena mencabut paksa jarum infusnya.

"Lo kapan bangun?!" teriak Sam dan Gabriel kompak.

"El nggak boleh ngelakuin itu! Claire bisa mati! Anter gue ke sana!" Athena memaksa.

Tak ada pilihan lain. Kalau tak diantar, nanti pasti nekat pergi sendiri. Sepanjang perjalanan Athena terus menenangkan diri yang masih gemetar karena ketakutan. Rasanya ia masih berada di air. Sesak, hampa, dan hampir putus asa.

🍁

Semua orang terlihat ketakutan sambil memandang ke satu titik. Di sana El sedang tersenyum sinis melihat korbannya ketakutan. Cowok kejam itu puas melihat wajah pucat orang yang telah berani membangunkan singa tidur didalam dirinya. Kakinya menginjak betis kiri Claire yang terluka.

"Sekarang, lo bakalan ngerasain gimana rasanya tenggelam hingga ke dasar dan nggak bisa nyelametin diri!"

Ia sudah mengikatkan batu di tubuh Claire. Gadis itu menangis meraung-raung saking takutnya. Terdengar menyedihkan, tapi El tak ingin berbelas kasihan. Salah Claire tak pernah serius menanggapi peringatan yang sudah diberikan jauh-jauh hari, bahkan hampir setiap hari El ucapkan.

TOXIC [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang