44. Ketika El Cemburu

15 2 0
                                    

Semua mata tertuju pada si kembar yang berjalan dengan angkuh di lobi rumah sakit. Mereka melangkah santai tanpa mempedulikan sapaan dari para suster. Siapa yang tidak kenal Raja dan Rafa? Anak dari Via, dokter bedah berbakat sekaligus pemilik rumah sakit dan pewaris harta kekayaan keluarga yang tak terhitung itu.

Sebenarnya, El juga masih keturunan William karena Via adalah adik dari Lilia. Kehidupannya terjamin karena beberapa persen saham di perusahaan yang bernaung di bawah William adalah milik maminya.

Jadi, El tidak perlu khawatir saat ditinggal pergi sosok yang seharusnya memberi nafkah. Hanya saja selama ini cowok itu menutup semua akses saat orang lain mencoba cari tahu tentang hidupnya. Ia benci hidupnya diganggu.

Berbeda dengan si kembar yang memang suka menjadi pusat perhatian. Mereka selalu berusaha tampil mencolok meski tidak terlihat kentara ingin dipuji. Ketampanan, kekayaan, dan pakaian mewah yang melekat di badan. Semua itu membuat si kembar merasa bagai bintang.

Seperti sekarang, alih-alih menuju lift umum, Raja malah menyeret Rafa menuju lift khusus petinggi menuju lantai lima tempat di mana ruangan Via berada. Setelah lift mulai naik ke atas, barulah ia bisa kembali ke setelan pabrik, yaitu nyeleneh.

"Gila, gue dipandangin terus dari awal masuk rumah sakit. Kegantengan gue kayaknya nambah, deh," kata Raja dengan penuh percaya diri.

Kembarannya mengernyit bingung. "Emang lo ganteng?" tanya Rafa polos.

"Emang gue nggak ganteng?" Raja malah balik bertanya.

Mereka saling menatap lalu tertawa bersama. "Kita ganteng!"

Pintu lift terbuka. Tanpa mengetuk pintu, si kembar menyelonong masuk ke ruangan ibunya dan menghampiri Via yang sibuk dengan beberapa berkas. Raja dan Rafa tidak peduli pada semua kertas itu. Mereka hanya ingin bertemu kakak ipar. Itu saja.

Via tahu kehadiran anak-anaknya. Namun, ia memilih tetap fokus pada pekerjaan. Toh, kalau butuh apa-apa mereka bisa langsung bersuara.

Sementara itu, Raja dan Rafa manyun diacuhkan oleh Via. Diam-diam keduanya menggerutu di dalam hati. Anak datang, bukannya disambut dengan pelukan atau ciuman, malah tetap sibuk dengan kertas-kertas itu.

"Mi!" seru mereka kompak, dengan suara memelas tentunya.

Dengan santai Via berdehem pelan menyahut panggilan dari Raja dan Rafa. Rasanya ia tahu apa yang menyebabkan buah hatinya datang. Tadi pagi, saat sarapan, keduanya terus membicarakan keinginan untuk menjenguk Athena, pacar abang sepupu rasa kandungnya.

"Kamar pacar Abang di mana?" tanya Raja langsung pada intinya.

Via mendongak. Anak-anaknya sungguh tak tahu basa-basi. Wanita itu berpura-pura belum tahu maksud dan tujuan si kembar datang menemui dirinya.

"Kalian ke sini mau liatin pacar Abang? Bukan mau ketemu Mami?" tanyanya dengan raut wajah kesal yang dibuat-buat.

Raja dan Rafa mengangguk kompak lagi. Via mendengkus. Dasar kembar!

"Kita udah capek-capek buat lepas dari cabe merah dan cabe ijo demi menemui orang yang katanya dekat sama Abang," terang Raja.

"Siapa yang kalian namain cabe?" Mata Via menyipit curiga. "Mami nggak bolehin kalian ngatain orang tanpa sebab, ya? Apalagi sampe ganti nama."

Rafa mengode Raja untuk menceritakan sekilas siapa cabe merah dan cabe ijo yang mereka maksud. Anggukan Raja disambut cengiran aneh dari Rafa. Mereka benar-benar alergi pada cabe berkaki dua.

"Malah saling ngode, cepat cerita!" desak Via kesal.

"Itu loh, Mi. Masa tadi di sekolah ada yang maksa kita berdua buat anterin mereka pulang. Udah gitu gelendotan segala lagi, Raja geli," sahut Raja memelas. "Udah gitu rambutnya di cat segala lagi, satu merah satu lagi ijo."

TOXIC [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang