Minggu pagi di rumah keluarga Sosro biasanya dipakai untuk quality time. Kalau bukan karena kepentingan yang amat mendesak, semua anggota keluarga wajib ikut. Peraturan tersebut diputuskan oleh Arjuna sebagai kepala keluarga setelah di suatu malam Aretha istrinya curhat kalau dia merasa makin jauh sama anak-anaknya yang mulai dewasa.
Tadinya baik Athala, Alia, dan Askara merasa berat dengan peraturan itu soalnya di hari minggu pagi mereka udah punya kegiatannya masing-masing. Athala yang biasanya sepedaan sama sahabatnya Kevin ke luar kota, Alia lari bareng geng taman bunganya di acara car free day, dan Askara yang tanding futsal sama anak geng air mancur. Tapi lama-lama mereka menerima itu karena merasa yang dilakuin sama orang tuanya juga baik untuk mempererat hubungan keluarga mereka.
Maka pagi ini, keluarga yang akrab disapa keluarga Sosro itu badminton di halaman depan rumah dimana emang ada spot khusus olahraga yang di desain fleksibel bisa jadi lapangan badminton, voli, futsal, bahkan ada ring basketnya juga. Gak heran kalau gengnya Askara betah banget main karena fasilitas rumahnya apa aja ada.
Pertandingan dimulai antara tim Askara dan Mama Aretha melawan Alia dan Papa Arjuna yang udah bersiap di posisinya masing-masing. Athala yang minggu lalu jatuh dari motor dan mengalami fraktur sehingga tangannya itu harus dibidai tidak bisa bermain dan diminta untuk menjadi wasit saja.
Shuttlecock pertama kali diumpan oleh Mama Aretha menyeberangi lapangan dan dapat dikembalikan oleh Papa Arjuna yang berada di posisi depan. Askara yang memang kelebihan tenaga, diberi umpan yang bagus pun belum apa-apa sudah melakukan smashing dan mengenai lengan Alia yang kini mencak-mencak.
"Tuh kan. Aska belum apa-apa udah main smash! Mana kena tangan aku jadi merah ini!" Gerutu Alia memegangi lengannya yang terbuka karena dia menggunakan kaos tangan pendek sebahu turun sedikit.
Papa Arjuna mendekati Alia untuk memastikan kalau anak gadisnya itu baik-baik saja.
"Hayo loh Askara!" Ucap Athala mengompori Askara yang mulai ketakutan walaupun dia beneran gak bermaksud nyasarin kok ke Alia.
"Aska mainnya pelan-pelan ya Nak," ucap Mama Aretha menengahi. "Alia gak papa Nak?' Lanjutnya.
Baik Askara maupun Alia mengangguk. Melihat ekspresi muka Askara yang masih tegang membuat Athala tidak bisa menahan dirinya untuk tertawa.
"Dah yuk main lagi. Mas Atha jangan ketawa-ketawa terus," tegur Papa Arjuna.
Habis itu permainan dilanjutkan dan berakhir di jam 9 pagi. Setelah itu, agenda yang dilakukan sarapan bersama, namun sebelum itu mereka membersihkan diri dari cucuran keringat. Athala yang memang pada dasarnya orangnya malas mandi apalagi merasa tidak berkeringat sebagai wasit, dia memilih untuk leha-leha di sofa ruang tengah sambil nonton televisi.
Athala mengamati tangan kanannya yang berlapis perban dengan coretan berbagai gambar dan tulisan yang dibuat oleh saudara juga teman-temannya. Jujur saja patah tulang karena jatuh dari motor baru pertama kali dia rasakan, coba saja kalau waktu itu dia gak ugal-ugalan di jalan yang basah karena hujan. Dia gak perlu menderita karena gak bisa menggunakan tangannya untuk sementara waktu.
"Tha. Lihat jedai gue yang warna biru gak?" Tanya Alia yang sedang membuka tiap laci bufet berharap menemukan jedai kesukaannya.
"Jedai? Maksud lo jepitan yang bisa mangap itu? Kemarin dipake Kevin buat jepit poninya. Kebawa kali."
Alia seketika melotot. "What?! Kok lo kasih ke Kevin sih. Itu kan jedai favorit gue, dibeliin papa waktu business trip ke Hongkong. Mana satu-satunya lagi!" Pekiknya tidak percaya.
"Ah elah jepitan doang. Gue beliin satu lusin kalo lo mau Al."
"Gak mau! Pokoknya gue mau jedai itu balik. Awas sampe enggak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
L A F A M I L I A
FanfictionKeluarga Arjuna Sosro itu keluarga berdarah ningrat jawa yang anggota keluarganya punya pemikiran liberal, terpaksa harus tunduk sama aturan adat untuk memilih pasangan berdasarkan bibit, bebet, bobot. Hal tersebut membuat perjodohan jadi hal biasa...