Welcome Dirga!

466 90 19
                                    

Sejak berangkat dari rumah, Dirga terus bersenandung karena suasana hatinya sedang senang. Membayangkan dirinya akan mendapatkan pengalaman baru membuat jantungnya berdebar kencang. Biasanya jika ada pengemudi ugal-ugalan Dirga akan membunyikan klakson terus menerus dan mengumpat kasar, namun pagi ini dia cuma akan mendumel kecil lalu setelahnya kembali bersenandung riang.

Alia yang sejak Dirga mengabari sudah di jalan menuju rumahnya, menunggu di teras dengan perasaan ketar-ketir. Dia belum bilang pada orang di rumahnya jika pagi ini Dirga akan datang ke rumah. Alia takut jika dia bilang dari jauh hari, maka Athala akan mengacau dengan segala perencanaan jahat dan nekatnya. Raut wajah penuh khawatir yang ditunjukkan oleh Alia tertangkap indra penglihatan Arjuna yang baru saja keluar dari rumah membawa bola basket yang dia tekan-tekan mengecek angin di dalamnya.

"Kenapa Al?" Tanya Arjuna menghentikan langkah Alia yang sejak tadi mondar-mandir tidak karuan.

Alia terlonjak kaget. "Papa!" Serunya lalu menghampiri Arjuna yang masih menatap bingung pada anaknya. Alia pun mengamit lengan papanya. "Eyang ikut olahraga gak?" Tanyanya waspada soalnya kalau udah ada Dirga terus ditambah Eyang lengkap deh perang dunia ketiga buat Athala.

"Eyang kakinya lagi sakit, sekarang lagi di taman belakang nelponin saudara-saudara yang lain," terang Arjuna membuat Alia menghembuskan napas lega.

Gak lama Athala keluar sama Askara keduanya merangkul Aretha yang tenggelaman di tengah mereka.

"Kok basket sih," gerutu Askara ketika melihat bola yang dipegang Arjuna. "Kan kita kurang orang jadinya," lanjutnya diangguki sama Athala yang merasa satu pikiran.

"Kan ada Mba Alia?" Ucap Aretha.

"Emang Mba Alia mau sikut-sikutan sama Aska?"

"Aska emang ngapain kok mau sikut-sikutan segala?" Tanya Aretha bersedekap dada dengan wajah garang membuat Askara menggaruk belakang kepalanya seraya terkekeh geli.

"Bercanda Mi. "Askara mengamit lengan Aretha dan menyenderkan kepalanya manja di pundak maminya itu.

Alia mengamati satu persatu wajah anggota keluarganya setelahnya dia tersenyum cerah dengan menautkan kedua telapak tangannya. "Gak bakalan kurang orang soalnya pagi ini ada tamu yang join kita buat olahraga! Yeay!" Ucapnya antusias disertai tawa yang dibuat-buat untuk mencairkan suasana. Namun, keempat anggota keluarga lainnya justru membeku heran dengan tamu yang dimaksud oleh Alia.

Athala bahkan menaikkan satu alismya menatap penuh selidik pada kembarannya.

"Wait...wait...wait...biar Aska tebak! jangan bilang, Mas Roy orangnya!" Seru Askara tepuk tangannya antusias. Mas Roy itu tetangga sebelah rumah yang seumuran sama Athala dan Alia. Biasanya Roy itu waktu jaman masih sekolah sering main basket di lapangan komplek sama Askara. Saking sukanya Askara sama Roy, dulu waktu masih SD dia pernah terang-terangan minta Roy untuk jadi kakak iparnya.

Alia mengusap tengkuknya canggung, dia memilih diam karena tidak ingin merusak ekspektasi Askara. Meskipun nanti pada akhirnya adiknya itu bakalan kecewa karena yang datang bukan Roy melainkan Dirga.

Bunyi pagar bergeser disertai suara mobil yang kian jelas terdengar membuat anggota keluarga Sosro itu kompak menoleh. Mobil Lamborghini Aventador terparkir tepat di halaman rumah. Athala yang melihat mobil impiannya ada di depan mata seketika menganga lebar melupakan rasa ingin tahunya pada pengemudinya. Aretha dan Arjuna kompak saling menatap seakan mengirim telepati tentang sosok yang sudah menginjakkan kakinya ke pelataran.

Askara yang mengetahui jika mobil itu bukan milik Roy langsung mengerucutkan bibirnya kecewa. Dia memilih untuk tidak menebak-nebak siapa gerangan tamu yang dimaksud oleh Alia.

L A   F A M I L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang