Seni Perang 1.0

390 86 19
                                    

'Walau kamu sebenarnya kuat, tampakkan seolah kamu lemah. Walau kamu sebenarnya berani, tampakkan seolah kamu pengecut'

Kata Zhang Yu panutan Aretha dalam memulai perangnya.

Selama ini Eyang akan berpikir jika Aretha adalah sosok menantu lemah yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan dia. Namun, Eyang tidak pernah tahu apa yang ada di dalam hati dan pikiran Aretha. Eyang hanya terpaku pada apa yang terlihat dimatanya, bagaimana Aretha yang hanya bisa menangis di pelukan Arjuna apabila mencoba berdebat dengannya. Aretha hanya beruntung Arjuna adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga Sosro hingga membuat Eyang sedikit melunak, selain itu tidak ada lagi pikir Eyang.

Ah, mungkin baru-baru ini Aretha harus bersyukur mempunyai anak laki-laki sumbu pendek yang tidak takut akan konfrontasi. Eyang tidak pernah menyangka jika cucunya yang waktu kecil terlihat lemah tidak berdaya dan penakut itu justru tumbuh menjadi sosok yang tidak disangka akan menjadi tembok tinggi nan kokoh yang sulit untuk digempur. Dia akui memang salahnya tidak memperhitungkan sejak awal jika Aretha mungkin saja melahirkan anak yang sulit diatur seperti Athala.

Persona yang dibangun Aretha nyatanya berhasil mengelabui mertuanya tanpa celah.

Sebagai seorang pengusaha perempuan yang memulai usahanya lagi dari nol pasca tergempur krisis moneter tahun 1998 di tengah desakan patriarkisme masih mampu berdiri di puncak hingga sekarang pastilah ada alasan yang membuatnya tetap bertahan di singgah sananya. Ada alasan mengapa Aretha dijuluki Srikandi, dia menghitung dan menghitung tiap langkahnya ketika bertindak.

Seperti ucapan Suntzu 'bersikap rendah hati di hadapan lawan agar lawan menjadi angkuh'.

Itulah teknik perang pertama yang dijalankan oleh Aretha selama hampir dua puluh delapan tahun menjadi menantu keluarga Sosro yang terlalu banyak aturan tidak tertulisnya. Aretha selalu mengalah diinjak dan menuruti semua kemauan mertuanya semata-mata agar membuat mertuanya itu semakin angkuh dan angkuh kemudian hancur. Aretha akan membuat mertuanya merasa tinggi hati menganggap Aretha bukanlah lawan yang perlu diwaspadai, sampai pada akhirnya lengah dan melakukan kecerobohan. Pada saat itulah Aretha akan menyerang.

Seperti taktik yang sekali lagi dilakukan oleh Suntzu 'Menyerang ketika lawan tidak siap, menyerbu di waktu yang tidak diduga oleh lawan'.

Eyang melemparkan dua buah map transparan ke atas meja ruang tamu begitu melihat Aretha datang dari luar rumah. Aretha yang sesekali memijat punggungnya yang lelah setelah duduk bersandar di kursi untuk waktu yang cukup lama menghentikan langkahnya.

"Duduk kamu Retha, Ibu mau bicara," ucap Eyang dengan nada suara rendah pada menantunya.

Aretha mengamati raut wajah Eyang sejenak baru kemudian duduk. Dia melirik map transparan yang tadi dilempar dengan kasar oleh Eyang.

"Kamu ambil terus baca itu sekarang," titah Eyang dengan dagu yang mengarah pada map tadi. Dia menatap bengis pada map itu layaknya map itu adalah hewan buruannya.

Dengan ragu Aretha mengambil map itu dan melihat isinya. Raut wajah Aretha terkejut sedikit, namun dengan cepat dia merubah ekspresinya menjadi tenang kembali. Dia mengangkat satu alisnya ketika membaca lembar demi lembar pada map yang pertama.

Aretha jadi mengingat masa lalu saat perusahaannya belum sebesar sekarang, dia terjun langsung untuk mewawancarai calon pegawainya. Nah sekarang ini, isi map itu layaknya curriculum vitae pelamar kerja, hanya saja terlihat berlebihan karena menyangkut hal privasi seperti latar belakang keluarga dan juga informasi yang tidak seharusnya ikut justru ada di dalamnya sangat lengkap dan mendetail.

Kemudian dengan santainya Aretha membaca map kedua sekilas-sekilas tiap halamannya lalu menaruhnya kembali ke atas meja.

Mertuanya sudah mengeluarkan banyak uang ternyata.

L A   F A M I L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang