Hari yang Tak Biasa

559 110 8
                                    

"Tha, kamu mau gak Papa kasih proyek rahasia?" Tawar Arjuna ketika lagi duduk-duduk di depan televisi sama Athala.

Athala mengernyit bingung. "Proyek rahasia apaan lagi Pa? Papa cuma mau becandain Atha doang kan?" Tuduh Athala negative thinking karena emang sering dibercandain sama papanya.

Arjuna tertawa. "Loh kok bercanda. Beneran ini. Kamu mau denger gak?"

"Ya apa?"

"Ya kamu duduk yang bener dulu dong, masa kamu sambil tiduran gitu."

Dengan malas Athala yang udah dalam posisi enak rebahan di sofa langsung berganti jadi duduk.

"Jadi Papa pengen investasi ke Rumah Sakit Kasih Ibu. Papa udah baca prospektusnya, tapi Papa masih pengen tahu kualitas pelayanan disana gimana. Papa kan gak ada waktu buat ngecek itu, kamu mau gak liat ke sana terus ceritain ke papa?"

Athala masih mikir, pekerjaannya di kantor aja kadang overworked cuma karena dia posisinya junior di perusahaan, jadi hal remeh temeh yang harusnya tugas seniornya dioper ke dia dengan dalih buat pengalaman katanya.

"Ah enggak ah. Aku aja sering lembur." Tolak Athala demi kesehatan jiwa dan raganya.

Arjuna mendesah kecewa, tapi belum patah semangat buat membujuk anaknya itu biar mau. "Kamu serius? Papa kasih bonus loh."

"Asetku masih berlebih untuk menghidupi diri sendiri Pa," jawab Athala cuek yang sebenarnya gak kerja juga uang bakalan tetap mengalir lancar. Gimana enggak? Ulang tahun ke 21 dia dikasih kado sama mamanya saham BCA 100 lot. Terus dia juga dapet hibah dari kakeknya sebuah bangunan tipe 70 di Solo yang sama dia diubah jadi kos-kosan. Belum lagi unit apartemen yang dia sewakan juga.

"Liburan akhir tahun kamu gak perlu ke rumah Eyang."

Athala langsung membelalak, dengan cepat dia langsung menengok wajah papanya yang udah naik turunin alis sambil menyeringai.

"Oke. Deal."

Rumah sakit tidak pernah menjadi ingatan yang baik bagi Athala. Saat kecil dia sering sekali keluar masuk rumah sakit. Bukan untuk menjenguk orang sakit, melainkan dia orang sakitnya. Dulu ada gangguan otak kecil Athala yang membuat dia kerap kali mengalami vertigo, parahnya sampai pingsan. Menghabiskan waktu yang lama di rumah sakit menjadi alasan bagi Athala sulit bergaul dengan orang lain karena kemampuan bersosialisasinya kurang terasah seiring dengan seringnya dia absen sekolah, oleh karenanya Athala cuma punya Kevin satu-satunya temannya.

Athala memilih untuk kembali mendatangi tempat yang tidak dia sukai itu karena iming-iming dari papanya kalau liburan gak perlu ikut ke rumah Eyang. Gak ada hal apapun yang Athala inginkan melebihi jauh-jauh dari sosok eyang putrinya. Selain rumah sakit, eyang putri juga sosok yang gak pernah ada dalam ingatan baik Athala. Waktu kecil dia diabaikan sama eyang putrinya yang gak suka punya cucu sakit-sakitan, dia yang dulu terasing sekarang ingin membalasnya denga hal yang sama.

Maka, Athala memantapkan hatinya menjalankan misinya di hari jumat sore setelah pulang dari kantor. Masih berpakaian kerja lengkap, cuma bedanya dasi udah dia copot dan lengan kemeja udah dia tekuk sampai siku. Athala mengamati setiap sudut rumah sakit, Menurutnya fasilitas dan juga tata kelola bangunannya udah teratur. Dia juga mengamati kinerja staff rumah sakit mulai dari pegawai pengelola manajemen sampai tenaga kesehatan. Athala menyimpulkan jika rumah sakit tersebut pantas untuk dibeli sahamnya karena kedepannya mempunyai prospek bisnis yang menjanjikan.

Setelah mengelilingi rumah sakit, Athala melihat arloji yang melingkar di tangannya, menunjukkan pukul 7 malam. Gak terasa dia udah muter-muter selama dua jam, Athala pun memilih untuk turun ke lantai satu dengan menggunakan lift.

L A   F A M I L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang