Tiring Day

529 102 13
                                    

Alia memasuki ruang keluarga sembari menguap berkali-kali, tubuhnya terasa lelah setelah kegiatannya selama sabtu-minggu berkumpul di puncak bersama teman-temannya. Kelelahan Alia menghilang ketika melihat keberadaan orang tuanya yang sedang bercengkerama di depan televisi, tidak hanya Alia bahkan Askara yang menyeret tasnya karena sudah tidak ada tenaga pun langsung membuangnya sembarangan dan berlari ke arah sang mami yang sudah dirindukannya selama satu minggu ini.

“Mami!” Pekik Askara lalu nyempil duduk di antara Aretha dan Arjuna. Rangkulan Arjuna pada Aretha langsung lepas diterjang sama si bungsu yang tenaganya kayak badak.

Sementara itu, Athala menjadi yang terakhir masuk ke dalam rumah karena harus memarkirkan mobil di dalam garasi pun hanya menunduk lelah hingga dadanya tidak sengaja terantuk pada kepala Alia yang sejak kedatangannya tidak berlari seantusias Askara ketika melihat keberadaan mami dan papa.

“Anjir,” umpat Athala lalu mendongak dan mengusap dagunya yang terantuk kepala Alia yang sekeras batu itu. “Papa? Mama?” ucap Athala heran manakala sudah menyadari kehadiran kedua orang tuanya.

Keheranan atas keberadaan orang tuanya tidak hanya menyerang Athala melainkan Alia juga. Bagaimana tidak? Orang tuanya bilang setelah menjenguk eyang putri di Solo, mereka langsung berangkat ke Vietnam karena harus mengurus sengketa dagang yang menimpa pabrik kosmetik milik Aretha di sana selama satu bulan, namun mereka belum ada seminggu sudah kembali ke Indonesia.

Alia pun melangkah bersama dengan Athala menuju ke sofa depan TV. Mereka berdua secara serempak mendudukkan diri pada single sofa masing-masing sebelah kanan dan kiri sofa utama.

“Mi, why are you here? Shouldn’t you be in Vietnam right now?” tanya Alia heran.

Aretha hanya tersenyum simpul pada Alia lalu mengusap rambut Askara yang sejak tadi sudah gelendotan di lengannya.

“Kamu nih Al. Maminya pulang bukannya bilang i miss you,” tegur Papa Juna.

Alia melirik sang Papa. “Ya karena aneh aja Papa sama Mami udah pulang. Aku sama Athala ngerti banget loh kalo sengketa bisnis pabrik punya Mami itu kasus yang susah, yang kemungkinan gak bisa selesai lewat jalur ADR aja,” balas Alia kemudian.

*ADR means Alternative Dispute Resolution

“Kita kan punya lawyer untuk itu, ngapain lama-lama disana. Kita percayakan aja sama lawyer kita,” ucap Aretha akhirnya buka suara.

Kali ini bukan Alia yang maju untuk bertanya melainkan Athala. “Mi, Tumben banget. Biasanya kan kalau ada masalah mami selalu turun tangan sampai masalahnya bener-bener selesai.”

Memang susah kalau mau membohongi anak-anaknya yang sudah tumbuh dewasa, yang sudah melihat dunia lebih kritis dan terbuka. Kalau kondisinya seperti ini mau tidak mau Aretha dan Arjuna pun menceritakan yang sejujurnya.

“Senin besok Eyang mau kesini,” ucap Papa Arjuna sebagai pembuka.

Baik Alia, Athala, maupun Askara pun terkejut karena tumben sekali eyang yang jauh di Solo sana datang berkunjung dan kesannya mendadak. Biasanya selalu mengabari satu bulan sebelumnya, setidaknya begitu.

“So? Kalau eyang kesini ya udah kesini aja. Kan ada kita bertiga yang bisa nemenin,” jawab Alia masih tidak mengerti.

“Gimana bisa kita gak cepat-cepat kembali kesini saat eyang sendiri bilang mau menjodohkan kamu dengan cucu temannya,” balas Aretha yang kali ini terdengar serius dan tegas.

Jantung Alia seakan berhenti berdetak, jarum jam dinding yang sekilas dia lihat pun terasa tidak bergerak di matanya. Dunia Alia terhenti seketika.

“2022? And eyang still does that?” tanya Athala heran benar-benar heran. Dalam pikiran Athala, apakah eyang nya tidak kapok menghancurkan hidup anggota keluarganya sendiri. Benar- benar tidak belajar dari pengalaman.

L A   F A M I L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang