Festival

425 102 50
                                    

"Tha, kamu nungguin aku ya?" Tanya Amba dengan nada suara yang ceria.

Athala yang sedang mengecek baret pada bemper mobilnya akibat kemarin menyerempet tiang saat parkir terburu-buru di kantor langsung menoleh. Dia menatap Amba cukup lama sebelum memilih untuk berkedip dan membuang mukanya ke arah lain.

Dini hari tadi Athala juga tidak bisa tidur. Dia hendak pergi ke balkon kamarnya yang letaknya di samping kamar Alia, namun tidak jadi begitu mendengar sesi curhat antara Amba dan Alia. Bukan maksud Athala untuk menguping sampai selesai, hanya saja dia punya telinga untuk mendengar dan kebetulan kakinya enggan beranjak sehingga dia mendengar semuanya.

Mendengar kemalangan Amba dini hari tadi dan sekarang dia melihat perempuan itu tampak baik-baik saja membuat Athala merasa asing. Jika itu dirinya, maka dia tidak bisa merubah suasana hatinya sedrastis itu apalagi perihal yang melibatkan perasaan. Dulu saat dia baru putus cinta dari Selena, untuk tersenyum sekadar basa-basi dengan orang kantornya saja dia enggan.

"Ck. Kebiasaan kalo diajak ngomong pasti diem deh," sindir Amba membuyarkan lamunan Athala.

"Siapa yang nungguin lo. Pede banget," balas Athala ketus lalu beranjak menuju pintu samping kemudi. Dia membukanya dan mendudukan diri di kemudi.

"Kata bapak kamu gitu kok!" Ucap Amba lalu berlari kecil memutar untuk sampai ke kursi samping kemudi. Tanpa permisi dia berani duduk disana dan tidak mendapat penolakan dari Athala.

"Ngapain lagi papi ikut-ikutan ngelenong," gumam Athala berbisik sebal merasa ditelanjangi.

Amba tertawa kecil. "Udah ah jalan. Mau nungguin siapa lagi?"

Athala menoleh pada Amba. "Pake tuh sabuk pengaman yang bener," ucapnya lalu mulai tancap gas.

"Oh iya lupa."

"Lupa aja terus."

"Dih. Namanya lupa kan gak inget. Kamu kenapa sih dari kemarin aneh?"

Athala tidak menjawab.

"Dih yaudah kalo gak mau ngomong."

"Lo kenapa sih pura-pura bahagia kalo sebenernya enggak?" Tanya Athala tiba-tiba.

"Maksudnya?" Tanya balik Amba tidak mengerti.

Athala susah payah meneguk air liurnya menyesali dia yang mengangkat topik pembicaraan yang tidak seharusnya dibahas.

"Cowok kemarin. Itu kedua kalinya gue liat dia nyamperin lo," ucap Athala susah payah.

Amba membatu tidak menyangka. Jika ini kedua kalinya Athala melihatnya cekcok dengan Rehan, artinya di basemen saat itu juga dia masih ada disana. Perlahan Amba menunduk merasa malu dan tidak tahu harus merespon seperti apa karena dia tidak ingin membahas Rehan lagi apalagi dengan Athala.

"Kalo lo gak mau jawab juga gak papa, itu hak lo. Gue cuma gak suka aja cara dia memperlakukan lo."

"Ya aku emang sedih sih digituin, tapi aku gak mau lagi buang-buang waktu buat enggak bahagia karena alasannya itu dia. Aku gak pura-pura bahagia kok karena aku emang beneran bahagia kalo ketemu sama kamu."

Kali ini gantian Athala yang membisu. Dia merasakan AC di dalam mobilnya tiba-tiba mati dan hawa panas menjalar di seluruh tubuhnya terutama pipinya. Dia khawatir jika hawa panas terlihat jelas di pipinya, maka yang dilakukannya mengibaskan satu tangannya untuk menghilangkan panasnya.

Amba melirik Athala yang fokus menyetir dengan satu tangannya dan tangan lainnya mengipasi wajahnya. "Emang AC nya kurang dingin ya? Mau aku kecilin suhu nya biar gak panas?" Tanyanya seraya pandangan matanya beralih mencari tombol pengatur AC.

L A   F A M I L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang