Eyang Putri

538 90 6
                                    

Arjuna dan Aretha begitu mendengar kabar eyang putri dilarikan ke rumah sakit langsung terbang ke Solo. Mba Asri asisten rumah tangganya yang kebetulan kangen kampung halaman pun diikutkan dalam perjalanan tersebut. Sepanjang perjalanan, Arjuna sama sekali gak ngomong apa-apa dan cuma diam aja melamun membuat Aretha jadi khawatir. Namun, dalam kondisi demikian yang bisa dilakukan olehnya sebagai seorang istri hanyalah menggenggam dan mengusap lembut punggung tangan Arjuna.

"Everything will be allright Mas," bisik Aretha lalu menarik kepala Arjuna untuk bersandar di bahunya.

Sesampainya di Solo, rombongan Arjuna dijemput sama sopir pribadi Reno, adik bungsu Arjuna. Mereka langsung menuju rumah sakit tempat eyang putri dirawat. Di sebuah kamar VVIP eyang putri duduk bersandar di atas ranjang pasien sambil tertawa mendengar cerita yang dilontarkan Wanda cucunya sekaligus keponakan Arjuna. Wanda langsung menghentikan ceritanya ketika melihat pintu geser kamar dibuka dan menampakkan sosok Arjuna dan istrinya.

"Eyang, Pak Lik kalih Bu Lik sampun rawuh*," ucap Wanda langsung bangkit dan menghampiri Arjuna dan Aretha, mencium punggung tangan mereka.

*Om sama tante udah datang

Aretha tersenyum lalu mengusap rambut Wanda lembut.

Eyang putri yang tadinya tertawa langsung merubah ekspresinya menjadi muram bahkan menghindari bertatap muka dengan Arjuna. Melihat itu Aretha langsung peka meminta tolong Wanda untuk membelikan roti di lobi bawah dengan alasan Arjuna sama Aretha belum makan. Wanda yang memang anaknya penurut langsung menerima permintaan tolong dari Aretha, dia bergegas keluar dari kamar.

Hanya ada Arjuna, Aretha, dan Eyang yang berada di kamar itu. Arjuna berjalan mendekat dan mencium punggung tangan mamanya yang masih tidak bereaksi apa-apa, diikuti oleh Aretha juga.

"Kamu aja yang duduk," ucap Arjuna manakala Aretha menyuruh Arjuna duduk di kursi samping ranjang pasien.

Aretha duduk dengan perasaan yang tidak nyaman, namun dia berusaha mengendalikan ekspresinya terlihat biasa saja.

"Apa kata dokter, Bu?" Tanya Arjuna membuka pembicaraan diantara mereka.

"Kata dokter ibu banyak pikiran."

"Pikiran apa lagi Bu?"

"Pikiran kalau Athala sama Alia udah siap untuk tunangan."

Mendengar ucapan mertuanya, membuat jantung Aretha berdegup kencang dan tangannya mencengkram erat ujung gaun yang dipakaianya. Arjuna juga terkejut, namun pemikiran mamanya sudah dapat dia prediksi sejak lama hanya tinggal menunggu waktunya saja.

"Anak-anak akan menikah kalau memang mereka ingin menikah Bu," jawab Arjuna masih bersikap tenang. Arjuna melirik tangan Aretha yang mencengkram gaunnya, dia langsung menggenggam tangan Aretha.

Aretha mendongak menatap Arjuna yang berekspresi datar, sementara mertuanya sudah mengerutkan dahinya merasa tidak suka dengan jawaban Arjuna.

"Maksud kamu? Kamu gak mau anak-anak kamu menikah? Iya gitu?" Tanya eyang putri sengit.

"Bukan gitu Bu. Anak-anak pasti akan menikah kalau memang mereka sudah menemukan seseorang yang tepat. Gak perlu untuk buru-buru."

Eyang putri langsung tersenyum lebar dengan mata yang berbinar. "Nah itu! Ibu udah punya orang yang tepat untuk jadi jodoh Alia!"

"Ibu, saya dan Aretha sudah sepakat untuk membiarkan anak-anak memilih jodohnya sendiri. Dan kami akan sangat menghargai apabila mama menghormati pilihan kami."

"Oh gak bisa gitu dong! Ibu gak mau ya kalau cucu-cucu ibu menikah dengan keluarga yang gak jelas bibit, bebet, bobotnya."

Jujur saja Aretha muak mendengar mertuanya yang terus memaksakan perjodohan bagi anak-anaknya. Namun, setiap Aretha bersiap angkat bicara. Arjuna selalu menahannya dengan meremas tangannya. Suaminya itu tidak ingin Aretha terkena imbas kemarahan dari mamanya.

L A   F A M I L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang