Ada Apa dengan Meirana

489 97 15
                                    

"As-Ka," sapa Alia waktu berpapasan dengan adiknya ketika masuk ke MeltedWay bersama dengan Athala. Alia yang melihat Askara berjalan tanpa melihatnya tentu saja bingung. Dia menatap Athala di belakangnya yang juga bingung dengan sikap adiknya yang aneh, namun dia hanya bisa mengendikkan bahu.

Sebelum Alia benar-benar masuk sekali lagi dia melihat jejak kepergian Askara sambil memikirkan kenapa adiknya bersikap demikian dan jawabannya dia peroleh ketika Rena berjalan cepat mendekatinya sedikit panik.

"Adek lo kayaknya berantem sama temennya," adu Rena yang kebetulan sedang menjadi kasir di cafe-nya sendiri pada Alia dan Athala yang kompakan menautkan kedua alisnya. "Sama cewek yang disana. Ceweknya nangis tau," lapornya kembali seraya menunjuk Meirana yang duduk tertunduk.

Pandangan Alia dan Athala menatap punggung Meirana. Mereka berdua saling bertukar pandang seakan sedang berdiskusi tanpa suara.

"Kevin sama Amba belum dateng?" Tanya Alia mendapat gelengan kepala dari Rena. Rencananya mereka berkumpul malam ini untuk membahas kejutan ulang tahun untuk Agista.

Alia kembali menatap Athala lalu mengangguk kecil dan dibalas sama oleh Athala.

"Bentar ya Ren," pamit Alia lalu menarik lengan Athala untuk mengikutinya menghampiri Meirana.

Alia mencondongkan wajahnya ke samping Meirana. "Ha-i?" Sapanya sedikit ragu.

Meirana mendongak dengan sisa air mata masih membasahi pipinya. Dia buru-buru mengusap wajahnya terkejut ketika melirik Alia yang berdiri di sampingnya tersenyum sedikit canggung.

"Kita boleh duduk disini?"

Meirana terlihat berpikir panjang kemudian baru mengangguk meskipun sedkit ragu.

Alia dan Athala menarik kursi di depan Meirana. Ketika melihat wajah Meirana lebih dekat, Athala merasa pernah melihat sosoknya. "Al, kok gue ngerasa pernah liat dia di suatu tempat ya?" Bisik Athala mendekatkan bibirnya ke telinga Alia.

Alia menjauhkan wajah Athala darinya, mendengar ucapan dari Athala membuatnya kembali menatap Meirana lamat-lamat. "Perasaan lo doang kali," jawab Alia kemudian menyuruh Athala diam.

Athala mendecak kesal lalu memilih untuk menyedekapkan tangan di dada memilih menjadi pendengar saja. Meskipun begitu, dia masih tidak menyerah untuk mengingat-ingat tentang Meirana. Dia yakin pernah bertemu dengan perempuan di hadapannya di suatu tempat.

"Ada apa ya Kak?" Tanya Meirana menggigit bibirnya gugup. Dia mengenali kedua orang di depannya, orang yang pernah menyelamatkannya dari kejadian mengerikan beberapa tahun silam. Sosok yang tidak akan pernah Meirana lupakan seumur hidupnya.

"Emm begini. Kita tau mungkin ini lancang keliatannya, kamu temennya Aska?" Alia tanpa basa-basi memilih kata-kata yang sekiranya dapat membuat lawan bicaranya merasa nyaman.

Meirana membulatkan mata terkejut, dia menundukkan pandangannya berpikir sejenak. "Partner kerja Kak," jawabnya tersenyum kecil membuat Alia dalam hati mendesah kecewa, akan sangat menyenangkan baginya kalau perempuan di depannya itu pacar adiknya.

"Ah gitu." Alia tersenyum canggung lalu melirik Athala yang terlihat melamun. Tangan Alia menepuk paha kembarannya bermaksud menyuruhnya juga bicara.

Mendapat tepukan dari Alia, Athala pun menegakkan posisi duduknya masih dengan bersedekap dada. "Kamu anak Treso kan?" Tanya Athala menyebutkan nama keren dari sekolahnya Askara dulu.

Meirana terdiam tentu saja membuat Athala sedikit jengkel, dia gak suka diabaikan sama orang lain.

"Rambut kamu sekarang udah panjang dan rapi ya, kamu juga udah gak keliatan ketakutan lagi."

L A   F A M I L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang