Jumat Malam

538 91 20
                                    

Askara dan Meirana bersepakat jika mereka berdua akan bertemu di hari jumat malam setiap minggunya untuk membahas desain cover novel karya Meirana. Setiap jumat Askara akan menjadi sosok yang paling antusias, begitu selesai kegiatan klubnya di kampus langsung melajukan motornya menuju Melted Way, tempat yang juga mereka sepakati sebagai titik temu karena berada di tengah antara kampus Askara dan Meirana menimba ilmu.

Begitu sampai di cafe itu, Askara disambut oleh Rena yang hari ini berdiri di depan counter pemesanan.

"Hai Ka tumben jam segini udah disini. Rana nya belum dateng tuh," ucap Rena yang sudah hapal jika hari jumat Askara akan bertemu dengan Meirana.

"Emang sengaja lebih awal kok Mba," balasnya tersenyum malu.

"Hmmm gitu." Rena memberikan pandangan menggoda pada Askara yang terlihat malu-malu. "Lo udah makan?" Tanyanya.

"Belum, tapi nanti aja deh. Mba Rena minumnya kayak biasa ya!"

Rena mengacungkan jemarinya membentuk tanda 'oke'. Askara memberikan senyum pada sahabat kakaknya itu lalu pamit untuk mencari meja.

"Eh Ka," panggil Rena membuat Askara berbalik dengan raut muka penuh tanda tanya. "Kalau udah laper, gofood aja makanan. Khusus buat lo boleh bawa makanan dari luar," lanjutnya karena di cafe Rena hanya ada makanan manis saja.

Askara mengacungkan jempolnya, namun dia tidak benar-benar mematuhi perintah Rena untuk membeli makanan dari luar. Dia menghargai peraturan umum di cafe itu untuk tidak membawa makanan dari luar.

Tidak lama Meirana menampakkan batang hidungnya bersamaan dengan lagu milik James Blunt berjudul you're beautiful terputar pada bagian chorus. Perasaan rindu Askara membuncah tak terbendung, setelah seminggu berlalu dia bisa bertemu lagi dia yang membuatnya kehilangan logika.

"Hai," sapa Meirana disertai senyuman yang bagi Askara masih terasa sama dengan saat perempuan itu pertama kali tersenyum padanya di depan kelas dulu.

Mau tidak mau Askara juga ikut tersenyum lebih lebar. "Hai."

Meirana menaruh tas laptopnya di ata meja."Udah lama?" Tanyanya lalu duduk di depan Askara.

Askara menggeleng. "Gak terlalu kok. Udah pesen minum atau makan?"

Meirana menggeleng sambil mengangkat tumbler berisi air mineral yang baru saja dia keluarkan dari dalam tasnya. "Akhir bulan gak jajan dulu."

Askara bisa saja menawarkan diri untuk mentraktir makanan atau minuman, namun dia tahu jika Meirana tidak akan menyukainya. Maka Askara hanya mengangguk mengerti lalu mempersiapkan tabletnya yang di dalamnya sudah banyak desain yang dia buat.

"Gimana, sesuai yang lo mau?"

Meirana masih terdiam. Mata tajamnya fokus mengamati gambar buatan Askara. Raut wajah datar yang ditunjukkan oleh Meirana membuat Askara ketar-ketir merasa bahwa hasilnya pasti mengecewakan.

"Gambarnya bagus, tapi ini bukan yang gue mau. Ada yang kurang."

Askara menekuk wajahnya kecewa, tebakannya seratus persen benar. Meirana yang melihat kesedihan tercetak di wajah lawan bicaranya pun jadi menggigit bibirnya tidak enak.

"Kurangnya dimana?" Tanya Askara ketika dia kembali mode profesional. Terbawa perasaan ketika karyanya dikritik hanya akan membuatnya tetap di tempat dan tidak pernah berkembang, keyakinan itu seharusnya Askara realisasikan pada Meirana juga.

"Lo udah baca draft novelnya?"

Askara mengangguk kecil sedikit tidak yakin.

"Coba sekarang ceritain ke gue dari sudut pandang lo tentang novelnya."

L A   F A M I L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang