Pergi ke Puncak

546 112 24
                                    

Alia dan geng taman bunganya weekend ini merencanakan refreshing ke Puncak. Ide itu dicetuskan oleh Rena yang merasa bahwa dirinya mengalami burnout. Usulan dari Rena kompak disetujui oleh anggota geng taman bunga lainnya. Alia mengajak Athala untuk ikut dengannya membuat Askara merajuk. Setelah mengalami perdebatan yang sengit dengan orang tuanya karena kondisi Askara yang belum sembuh betul, akhirnya bungsu keluarga Sosro itu diizinkan untuk ikut.

Sejak pagi yang namanya Alia udah riwuh bawa ini itu padahal sama Agista udah disuruh bawa badan doang, tapi yang namanya Alia itu gak bisa kalau cuma disuruh bawa badan doang. Alhasil dia bawa lagi camilan punya Askara yang emang sengaja di-stock kalau malam-malam ngerasa lapar.
Selain ribut masalah camilan, Alia juga ngeributin masalah baju yang dibawa sama Athala. Soalnya saudara kembarnya itu menginap dua hari, tapi gak bawa baju ganti, alibinya bisa beli di toko yang ada dekat sana.

"Please ya Athala don't waste your money untuk sesuatu yang gak perlu. Baju lo banyak, seberat itu kah bawa 2 pieces baju? Lagian baju yang baru dibeli harus dicuci dulu. Nunggu baju lo kering mau telanjang seharian?" Omel Alia pada Athala yang udah menjelang siang malah masih tidur-tiduran di sofa ruang keluarga mana belum mandi lagi.

"Ka, beresin baju punya Mas Atha sekalian ya! Bulan depan Mas beliin 20 lot sahamnya Astra!" Teriak Athala menggema.

Askara yang diteriakin kayak gitu langsung nongolin kepalanya dari lantai atas. "Mas Atha bikinin galeri dulu buat Aska. Baru Aska mau bantu beresin!" Teriak Aska gak kalah kencengnya.

Muka Athala yang tadinya udah tengil yakin banget kalau Askara mau langsung berubah sepet. Alia yang dari tadi nungguin Athala gerak cuma bisa bersedekap dada sambil naikin satu alisnya merasa menang dari Athala.

"See? Ayo cepet beres-beres jangan jadi kukang yang kerjanya tidur terus. Temen gue udah otw, jangan sampai dia harus ikutan kesel nungguin lo."

Akhirnya Athala bangkit dari posisinya dan berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya untuk membereskan bajunya.

"Atha jangan lupa mandi dulu!" Teriak Alia ingat jika Athala sejak bangun tidur belum mandi.

"Gak usah! Mandinya nanti aja kalau udah sampe. Toh gue selalu wangi!" Balas Athala.

Beda cerita dengan Athala, Askara justru bolak-balik memegang dahinya yang terasa hangat. Sebenarnya Askara belum sembuh-sembuh banget, tapi dia juga gak mau melewatkan acara di puncak karena teman-temannya juga datang, ya kali dia doang yang absen cuma gara-gara gak enak badan. Jadi Askara udah well prepared banget untuk urusan obat-obatan dan baju yang mau dibawa, jaga-jaga biar sakitnya gak makin parah.

"Mba Asri, lihat sweater Aska yang warna coklat moka gak? Aska cari di lemari gak ada," tanya Askara pada Mba Asri asisten rumah tangga yang udah kerja di rumah itu hampir lima belas tahun lamanya. Mba Asri yang sedang membersihkan kamar mandi di dalam kamar Askara langsung mencuci tangannya dan keluar menuju closet diikuti oleh Askara.

Gak sampe satu menit, sweater coklat moka yang dimaksud sama Askara langsung ketemu. Sebagai orang yang udah berantakin baju buat cari sweater itu, Askara cuma bisa ketawa malu merasa payah banget kalau disuruh cari barangnya sendiri.

"Aska gak bisa bayangin hidup Aska tanpa Mba Asri. When i have my own family, please ngikut Aska ya Mba?"
Mba Asri dipesenin gitu sama Askara cuma bisa senyum sambil geleng-geleng kepala.

"Aaaaa promise me Mba. Ya? Ya? Ya?" Bujuk Aska mulai manjanya gak inget umur.

"So Mas Aska must have a girlfriend first, just in case," balas Mba Asri usil membuat Askara cemberut.

"It will take a very long time Mba Asri. Nanti keburu Mba Asri kepikiran jadi TKW gara-gara sekarang udah jago bahasa inggris," jawab Askara ketus.

"Kalau Mba sih kepikirannya pulang ke Solo kan Mba jago banget bahasa jawa."

L A   F A M I L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang