Nano Nano

444 97 17
                                    

Sesuai rencana yang didiskusikan minggu lalu, Athala membantu Kevin menyiapkan kejutan ulang tahun bagi Agi sekaligus melamarnya yang sudah dia pacari selama tujuh tahun ini. Sambil mulutnya menggerutu, tangan Athala bergerak memasang balon di setiap sudut ruangan lantai dua cafe milik Rena.

"Lo bilang waktu itu gue cuma harus dateng doang makan kue! Ini apa malah mainan balon."

Kevin yang sedang menata curtain foil di tembok mendengar gerutuan Athala melirik sinis berusaha sabar karena sahabatnya itu kalau tidak menggerutu mulutnya terasa gatal.

"Ah elah nyet. Namanya juga perubahan rencana. Lo kan yang nawarin sendiri di grup tadi bilang dengan ikhlas mau gantiin tugas Amba yang tiba-tiba diajak anak residen ikut conference, harusnya haram dong kalo lo mau menggerutu," balas Kevin menyindir tepat sasaran hingga membuat Athala diam tidak berkutik.

Athala menatap Kevin yang pura-pura tidak melihatnya. Sorot mata Athala bak laser siap melubangi kepala sahabatnya yang tumben sekali mulutnya lancar mengejeknya.

"Tau ah!" ucap Athala melempar asal balon ke lantai lalu memilih duduk dan melemaskan bahunya yang terasa pegal karena tangannya yang terjulur ke atas menata balon.

"Dih ngambek." Kevin mengambil balon yang dilemparkan oleh Athala lalu memasangkannya ke sudut tembok yang terakhir. Setelah itu menyusul duduk di depan sahabatnya seraya melirik arlojinya dan mengamati kondisi parkiran depan cafe yang sepi lewat kaca transparan. Tentu saja sepi karena cafe milik Rena hanya buka sampai pukul empat sore khusus hari ini, sisa harinya disewa oleh Kevin untuk melaksanakan rencananya melamar Agi.

"Vin, lo beneran mau nikah?" tanya Athala tiba-tiba.

"Ya beneran. Emang ada nikah bohongan?" tanya balik Kevin tertawa renyah melihat sahabatnya itu justru terlihat tidak tenang, padahal seharusnya dia yang demikian.

Athala mencebik. "Bukan itu maksud gue. Lo emang beneran udah seyakin itu nikah sama si Yuyun? Gimana kalo nanti Yuyun nolak lamaran lo? Emang Yuyun udah bilang pengen dilamar sama lo? Emang lo udah ijin sama orang tuanya?" tanyanya beruntun membuat Kevin pusing mendengarnya.

"Yakin lah. Emang Agi ada alasan apa sih gak mau nikah sama gue?"

Ucapan penuh percaya diri yang dilontarkan oleh Kevin tidak membuat Athala cukup puas menerimanya, dia justru merasa semakin sangsi.

"Lo kan gak tau isi kepala orang," ucap Athala sembari menatap langit bintang menerawang kembali kisahnya bersama Selena, bagaimana Selena yang terlihat sangat ingin bersama dengannya, namun kenyataannya tidak pernah ingin bersama dalam suatu ikatan yang pasti.

Kevin bungkam dengan raut wajah memucat, membuat Athala yang tadinya menatap langit langsung tersadar bahwa ucapannya itu seharusnya dia simpan sendiri.

"Vin, bukan gitu maksud gue. Sorry gue," kata Athala kelabakan hingga dia sulit mengucapkan kata lanjutannya. Rasanya Athala ingin menampar mulutnya sendiri yang terkadang tidak filternya.

"Santai kali ah. Gue tau lo gak maksud gitu, tapi makasih loh udah khawatirin gue," balas Kevin tulus dari hatinya terdalam membuat suasana di antara mereka menjadi aneh karena tidak biasanya mereka berdua saling minta maaf dan berterima kasih karena biasanya kalau bertengkar ya langsung damai tanpa maaf-maafan dan kalau menerima bantuan tidak berterima kasih. Bagi mereka berdua kedua kata itu terdengar menggelikan jika diucapkan satu sama lain. Seperti saat ini, mereka berdua kompak bergidik geli karena suasana aneh yang mereka ciptakan sendiri.

"Sumpah geli banget!" Ucap Kevin dan Athala serempak sambil membuang muka.

Kevin yang kebetulan membuang muka ke arah luar langsung membelalak. "Woy itu Amba kenapa woy?" ucapnya setengah berlebihan.

L A   F A M I L I ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang