Siang ini Dirga mengajak beberapa bawahannya untuk makan ayam goreng presto di dekat kampus Askara yang memang terkenal enak rasanya. Lokasinya yang dekat dengan kampus Aska, maka peluang mereka berdua untuk bertemu lebih besar ketimbang disebut sebagai kebetulan. Seperti saat ini, Askara yang duduk bergerombol dengan teman-temannya melihat keberadaan Dirga pun langsung heboh memanggil tidak peduli jika pelanggan lainnya merasa terganggu karena kakek pemilik restoran ini kenal baik sama Askara dan menganggap anak itu kayak cucunya sendiri.
"Mas Dirga!" Panggil Askara bangkit lalu berjalan cepat menghampiri Dirga dan rombongannya yang berhenti sejenak mencari tempat kosong.
Dirga yang melihat Askara langsung melambaikan tangannya dan tersenyum hangat.
"Eh Ka," sapa Dirga memeluk pundak Askara dan menepuknya. "Kalian cari tempatnya dulu, nanti saya menyusul," perintah Dirga dingin pada bawahannya yang menunggu.
Askara mengerucutkan bibirnya membentuk huruf O heran sekaligus takjub dengan duality seorang Dirga ketika berhadapan dengan rekan kerja dan juga kenalannya di luar. Perbedaan yang cukup signifikan menurutnya.
"Gimana Ka kabar?" Tanya Dirga.
"Baik. Mas Dirga kok makan sampe sini? Kan jauh banget itu dari kantornya Mas Dirga."
"Gak ada istilah jauh kalau buat makanan yang enak mah Ka."
Askara mengangguk setuju. "Bener juga sih. Gak ada yang sia-sia kalau buat makanan yang enak," katanya yang juga si pemburu makanan enak.
"Lagi sama temen-temen apa Ka?"
"Iya. Tuh mereka," ucap Askara menunjuk keberadaan teman-temannya yang ribet sendiri meskipun beberapa ada yang menatap pada Dirga ingin tahu sosoknya.
"Udah makan?"
"Baru dateng, tapi udah pesen."
"Oh gitu," jawab Dirga manggut-manggut lalu melangkah sedikit mendekati meja kasir. "Pak, nanti bill makanan anak-anak disana biar saya aja yang bayar," ucapnya seraya menunjuk meja tempat teman-teman Askara duduk pada Kakek pemilik restoran yang mengacungkan jempol dengan ramah.
"Woah. Beneran dibayarin nih Mas?" Tanya Askara antusias.
"Iya. Makan yang banyak, temen-temen kamu juga. Gak perlu sungkan."
'Gak sungkan Mas, temen-temen Aska malah gak tau diri kalo ditraktir,' batin Askara.
Tapi yang diutarakan sama Askara tentu saja berbeda. "Oy para domba yang tersesat. Dapat traktiran nih dari Mas Dirga!" Ucapnya pada teman-temannya.
Teman-teman Askara yang tadinya riwuh sendiri langsung terdiam, kemudian baru pada bersorak senang.
"Makasih Mas!"
"Makasih Mas, semoga panjang umur Mas," ucap Yuga.
"Sehat selalu Mas," sambung Amin.
Terakhir. "Selamat ulang tahun! Semoga rejekinya gak cuma tumpah doang, tapi sampe luber kemana-mana," Ucap Kaffa ngelantur langsung dijitak sama Chris.
Askara yang gak kaget kalau teman-temannya bakalan nyeleneh kayak gitu cuma bisa meringis tak enak hati pada Dirga yang justru tertawa.
"Maaf ya Mas temen Aska emang agak gendeng apalagi yang terakhir tuh udah kayak anak Paud. Sekali lagi makasih loh udah mau traktir."
Dirga tertawa renyah. "Iya, sama-sama. Mas Dirga juga mau makasih sama Aska buat permen karamelnya yang diselipin ke paper bag waktu Mas Dirga ke rumah."
Askara menaikkan satu alisnya bingung seraya jari telunjuknya menunjuk dadanya sendiri. "Aska?" Tanyanya memastikan kalau ucapan terima kasih Dirga tidak salah alamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
L A F A M I L I A
Fiksi PenggemarKeluarga Arjuna Sosro itu keluarga berdarah ningrat jawa yang anggota keluarganya punya pemikiran liberal, terpaksa harus tunduk sama aturan adat untuk memilih pasangan berdasarkan bibit, bebet, bobot. Hal tersebut membuat perjodohan jadi hal biasa...