Walaupun saat ini dia tengah kembali ke tempat dimana dia berasal—ke tempatnya dilahirkan. Tapi Jaemin merasa bahwa kemanapun ia melangkah ia selalu merasa asing terhadap tempat itu, ke tempat yang dipijakinya. Seolah bahwa perasaan asing itu selalu mengikutinya kemanapun ia pergi.
Termasuk ke tempat dimana dia pernah tumbuh besar disana. Dia sudah lupa tentang canda tawanya yang selalu menemaninya saat dulu dia tinggal disini.
Lalu kemana perasaan nyaman itu pergi? Jaemin tak mengerti dan saat ini dia justru tidak tahu apa arti dari kata rumah itu sendiri. Tempat paling nyaman ketika pulang? Namun Jaemin tidak merasakan itu.
Atau mungkin karena Jaemin saat ini tidak punya siapa-siapa untuk berlindung? Dibawah atap ini dan dimana ia berteduh- ada sesuatu yang selalu mencekiknya.
Sesak dan membuatnya berat untuk bernapas seolah terikat oleh sesuatu yang tak terlihat dan dia tak bisa pergi melarikan diri.
Jaemin tertahan disana , Terperangkap bagaikan sangkar—dan Dia Terpenjara di dalam rumahnya sendiri.
"Jaemin Apa yang tengah kau pikirkan di siang hari seperi ini?"Jaemin menoleh ke arah sumber suara. Dan itu adalah Jeno yang kini tengah menujunya.
"Aku sedang tidak memikirkan apapun. " Jaemin kembali mengalihkan fokusnya untuk melihat ke sekitar luar balkon kamarnya.
"Kau sudah disini, tapi kau seperti tidak senang."
Jeno menyentuh bahu Jaemin.
"Dia selalu tahu apa yang sedang kurasakan."
Jaemin bergumam dalam hati.
"Apa lebih baik kita pulang lagi saja?" Jeno bertanya membuat Jaemin sedikit terkejut.
"Kau pura-pura atau sungguh tidak tahu Jen, disini maupun di rumahmu aku merasa tidak senang dimanapun itu."
Lagi-lagi Jaemin hanya bisa bergumam di dalam hati.
"Kesehatan kakek sudah membaik setelah melihatmu, mungkin dia jatuh sakit karena terlalu merindukan cucu semata wayangnya"
"Dia sakit karena dosanya yang telah berani menjualku pada keluarga bangsawan Lee."
Jaemin menjawab lagi dalam hati.
"Syukurlah saya senang kakek kembali sehat." pada akhirnya hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Na Jaemin.
"Oh ya Kau tahu Jisung pergi kemana?"
"Jisung?"
"Akhir-akhir ini Jisung sering bermain diluar, ada satu anak perempuan dipinggir jalan yang menjual topi. Jisung disana untuk menemaninya dan ikut membatu menjualnya juga."
"Kau membiarkan anak kita bermain dengan orang seperti itu?"
"Apa itu salah?" Jawab Jaemin.
Jeno memasukkan tangannya ke dalam saku celananya.
"kau membiarkan anak kita itu berteman bersama orang yang tidak sesuai dengan kelasnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEATIFUL TARGET | NOMIN
FanficBEAUTIFUL TARGET (The Real Villain) Romance, Thriller, Sad Action, Royal Family, boys love, yaoi Jaemin merasa bahwa anugerah kecantikan yang diberikan padanya tidak memiliki berkah, semua orang membencinya bahkan ingin melenyapkannya. Jaemin tida...